Sebuah kesenian baru yang lahir di tahun 2000, Wayang Bambu menjadi salah satu objek seni yang mengajarkan pembelajaran terkait moral dan nilai karakter untuk para generasi muda.Â
Wayang bambu merupakan kesenian khas dari tanah kasundanan Bogor, Jawa Barat. Wayang Bambu atau Wayang Awi (berasal dari kata wiwitan yang berarti bambu) ditemukan oleh Ki Drajat Iskandar seorang pegiat seni asal Bogor.Â
Awalnya Wayang Bambu ini tidak sengaja diciptakan dari keisengan Ki Drajat dan anak-anaknya yang sedang menyulam kembali wadah bekas besek (tempat sedekah dari pelepah singkong untuk selametan khas sunda) kemudian tercetuslah ide untuk membuat sebuah wayang.
"besek eta dibesetin, dirusakeun ku barudak "dirusakeun wae sia, hayu urang nyieun deui" ceuk aki, aki ge pan teu tiasa jadi weh lupat lipet lupat lipet pan teu tiasa menyulam nya, akhirna terbesitlah itu wawayangan dari tangkal singkong, eta tah awalna (wayang bambu) orang kampung mah," kata Ki Drajat saat wawancara langsung di padepokannya (26 Desember 2024).
Bermula dari pelepah singkong hingga bambu, Ki Drajat terus melakukan peremajaan untuk penemuannya. Akhirnya dimulailah pengenalan Wayang Bambu dari mulai tingkat RT, RW, Kelurahan, Kecamatan, bahkan ke sekolah-sekolah dari mulai tahun 2000. Sampai saat ini Wayang Bambu telah berhasil menembus pasar nasional bahkan Internasional.Â
"Udah mencicipi tingkat provinsi, nasional, ASEAN, sampe tingkat Eropa juga kita udah pernah merasakan teh, walaupun kondisinya seperti ini tapi alhamdulillah bisa mengembangkan sayap membantu daripada generasi bangsa," lanjut Ki Drajat mengenai distribusi pementasan Wayang Bambu.
Mengangkat Tema Moral dan Akhlak
Berbeda dengan wayang lainnya, Wayang Bambu tidak mengangkat cerita tentang Mahabrata ataupun Ramayana. Cerita yang diangkat merupakan cerita sehari-hari, biasanya mengangkat isu sosial yang sedang ramai di perbincangkan maupun sering ditemui semua kalangan setiap harinya, seperti pergaulan bebas, narkoba, tawuran, seks bebas, dan sebagainya. Namun Ki Drajat menambahkan bahwa saat ini Masyarakat Indonesia memang sedang berada di tengah krisis moral,
"kalau masyarakat sekarang itu makan pagi, siang ga makan udah biasa, hebat-hebat orang Indonesia mah, dampak ekonomi itu udah biasa lah. Yang lebih prihatin lagi itu dampak krisis moral, krisis akhlak neng," kata Ki Drajat saat wawancara.
Beliau berkata bahwa kehadiran Wayang Bambu ini diharapkan dapat menjadi media pembelajaran moral maupun akhlak untuk para generasi muda. Ki Drajat menjelaskan jika sebelum pementasan ia akan melakukan riset di daerah sekitar pementasan terkait hal yang sedang ramai menjadi pembicaraan. Nantinya hasil riset tersebut akan dibawakan menjadi sebuah cerita yang akan dipentaskan oleh Ki Drajat sebagai dalang. Dengan pendekatan ini harapannya selain menjadi hiburan bagi para penonton juga menjadi pembelajaran bagi semua kalangan khususnya anak-anak muda.
Kurangnya Dukungan Pemerintah
Namun sayangnya pemerintah belum sepenuhnya mendorong wayang bambu untuk dapat berkembang di kalangan masyarakat, ini menjadi tantangan bagi Wayang Bambu untuk dapat dilestarikan. Ki Drajat memaparkan bahwa belum adanya inisiatif pemerintah yang masuk untuk berkontibusi melestarikan para seniman budayawan yang telah bertahan,
"mending kalo punya gaji dari pemerintah, berapa nayaga nya biarin deh sebulan lima ratus rebu cukup ga cukup bagiin buat wayang bambu dan baladnya, mungkin aya mereun tapi seperak juga ora ada dari pemerintah padahal kita sendiri berkontribusi (melestarikan kesenian Indonesia) kepada pemerintah (dan masyarakat)," Keluh Ki Drajat ketika wawancara.
Namun Ki Drajat tidak menyerah sampai situ, Beliau melakukan program independen seperti "Wayang Bambu Manjang ka Sakola" di mana beliau beserta tim akan melakukan pagelaran Wayang Bambu ke sekolah-sekolah dari mulai tingkat SD sampai Perguruan Tinggi walaupun tanpa support dari pemerintah.Â
Hal ini dilakukan beliau karena memang ingin "menyelamatkan" generasi muda dengan Wayang Bambu, keikhlasan hatinya dalam melestarikan kesenian untuk menjadi contoh bagi para generasi muda Indonesia.
Keberlangsungan Wayang Bambu
Wayang Bambu saat ini telah menjadi kesenian yang membantu menjaga keberlangsungan Bahasa sunda dengan logat daerah Bogor, meski suku sunda merupakan satu kesatuan namun di setiap tanah kasundanan memiliki logatnya masing-masing. Seperti daerah Bogor yang terkenal dengan logat heuras genggerong alias bahasanya yang cukup keras berbeda dengan Bahasa sunda Bandung yang mendayu-dayu. Wayang Bambu inilah yang membantu melestarikan sekaligus memperkenalkan logat sunda Bogor yang terbilang unik.
"khas Bogor itu logatnya heuras genggerong, bukan berarti gak sopan hanya keras logatnya, kan kalo bandung mendayu-dayu. Wayang bambu inilah yang menyelamatkan logat Bogor, kan harus diselametin logat bogor ini meski heuras genggerong neng," kata Ki Drajat melalui wawancara.
Sebagai penulis saya cukup melihat serta mendengar keikhlasan Ki Drajat dalam menghidupi kesenian ini, beliau banyak memberikan kontribusi bagi masyarakat dalam pembelajaran moral lewat caranya sendiri. Selain ikhlas beliau juga puas serta bangga dengan semua pencapaian yang Wayang Bambu raih hingga saat ini.
"Aki sangat bangga sebagai putra daerah, kakek nenek abah buyut dari Bogor asli, ternyata Bogor ini mempunyai daripada khas budaya, khas seni, khas sejarah. Wayang bambu mungkin lahir disini lewat aki tercipta untuk ditugaskan oleh orang tua kita itu ngamumule (menjaga) tradisi khas Bogor asli," pernyataan Ki Drajat sewaktu wawancara.
Penulis sebagai warga Bogor sangat bangga dengan Wayang Bambu yang berhasil menjadi kesenian yang memperkenalkan budaya Bogor, saya kira selama ini Bogor hanya sekadar kota hujan, namun ternyata Bogor sangat lebih daripada itu. Bukankah sepatutnya kita sebagai generasi muda ikut bangga dengan semua kesenian budaya yang ada di Indonesia?Â
Sebagai penutup dari artikel ini saya harap semua yang membaca bisa mulai peka dengan kesenian yang ada di sekitar kita dan ikut berkontribusi dalam pelestariannya, walau hanya sekadar berbagi informasinya di sosial media.
Penulis: Khalea Aria Wibowo
Mahasiswi Program Studi Film dan Televisi Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H