Mohon tunggu...
Khalea Aria
Khalea Aria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Institut Seni Indonesia Surakarta

Seorang mahasiswi jurusan Film dan Televisi di Institut Seni Indonesia Surakarta, memiliki ketertarikan di bidang managerial film maupun televisi yaitu produserial namun tetap memiliki minat di bidang teknis film seperti kamera, lighting dan artistik. Tidak gemar menulis namun senang membaca hal-hal menarik terkait dunia luar yang luas, bukan seorang ekstrovert namun senang menjelelajahi dunia baru dan pergi ke tempat-tempat seru. Memiliki cita-cita menjadi traveler dan menamatkan seluruh negara di usia 30.

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Lahirnya Wayang Bambu di Tengah Merosotnya Moral di Indonesia

30 Desember 2024   13:36 Diperbarui: 31 Desember 2024   07:57 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ki Drajat Iskandar, pencipta Wayang Bambu (Sumber: Pribadi)

Sebuah kesenian baru yang lahir di tahun 2000, Wayang Bambu menjadi salah satu objek seni yang mengajarkan pembelajaran terkait moral dan nilai karakter untuk para generasi muda. 

Wayang bambu merupakan kesenian khas dari tanah kasundanan Bogor, Jawa Barat. Wayang Bambu atau Wayang Awi (berasal dari kata wiwitan yang berarti bambu) ditemukan oleh Ki Drajat Iskandar seorang pegiat seni asal Bogor. 

Awalnya Wayang Bambu ini tidak sengaja diciptakan dari keisengan Ki Drajat dan anak-anaknya yang sedang menyulam kembali wadah bekas besek (tempat sedekah dari pelepah singkong untuk selametan khas sunda) kemudian tercetuslah ide untuk membuat sebuah wayang.

"besek eta dibesetin, dirusakeun ku barudak "dirusakeun wae sia, hayu urang nyieun deui" ceuk aki, aki ge pan teu tiasa jadi weh lupat lipet lupat lipet pan teu tiasa menyulam nya, akhirna terbesitlah itu wawayangan dari tangkal singkong, eta tah awalna (wayang bambu) orang kampung mah," kata Ki Drajat saat wawancara langsung di padepokannya (26 Desember 2024).

Bermula dari pelepah singkong hingga bambu, Ki Drajat terus melakukan peremajaan untuk penemuannya. Akhirnya dimulailah pengenalan Wayang Bambu dari mulai tingkat RT, RW, Kelurahan, Kecamatan, bahkan ke sekolah-sekolah dari mulai tahun 2000. Sampai saat ini Wayang Bambu telah berhasil menembus pasar nasional bahkan Internasional. 

"Udah mencicipi tingkat provinsi, nasional, ASEAN, sampe tingkat Eropa juga kita udah pernah merasakan teh, walaupun kondisinya seperti ini tapi alhamdulillah bisa mengembangkan sayap membantu daripada generasi bangsa," lanjut Ki Drajat mengenai distribusi pementasan Wayang Bambu.

Salah satu Wayang bambu buatan Ki Drajat (Sumber: Pribadi)
Salah satu Wayang bambu buatan Ki Drajat (Sumber: Pribadi)

Mengangkat Tema Moral dan Akhlak

Berbeda dengan wayang lainnya, Wayang Bambu tidak mengangkat cerita tentang Mahabrata ataupun Ramayana. Cerita yang diangkat merupakan cerita sehari-hari, biasanya mengangkat isu sosial yang sedang ramai di perbincangkan maupun sering ditemui semua kalangan setiap harinya, seperti pergaulan bebas, narkoba, tawuran, seks bebas, dan sebagainya. Namun Ki Drajat menambahkan bahwa saat ini Masyarakat Indonesia memang sedang berada di tengah krisis moral,

"kalau masyarakat sekarang itu makan pagi, siang ga makan udah biasa, hebat-hebat orang Indonesia mah, dampak ekonomi itu udah biasa lah. Yang lebih prihatin lagi itu dampak krisis moral, krisis akhlak neng," kata Ki Drajat saat wawancara.

Beliau berkata bahwa kehadiran Wayang Bambu ini diharapkan dapat menjadi media pembelajaran moral maupun akhlak untuk para generasi muda. Ki Drajat menjelaskan jika sebelum pementasan ia akan melakukan riset di daerah sekitar pementasan terkait hal yang sedang ramai menjadi pembicaraan. Nantinya hasil riset tersebut akan dibawakan menjadi sebuah cerita yang akan dipentaskan oleh Ki Drajat sebagai dalang. Dengan pendekatan ini harapannya selain menjadi hiburan bagi para penonton juga menjadi pembelajaran bagi semua kalangan khususnya anak-anak muda.

Kurangnya Dukungan Pemerintah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun