Ketahanan pangan merupakan elemen penting dalam memastikan kesejahteraan masyarakat dan stabilitas nasional. Di Indonesia, negara dengan populasi yang terus bertambah dan keberagaman budaya yang melimpah, ketahanan pangan menjadi tantangan yang harus dihadapi dengan serius. Keberhasilan pembangunan sektor pangan tidak hanya bergantung pada kapasitas produksi, tetapi juga pada keanekaragaman pangan yang dimiliki, termasuk pemanfaatan sumber daya lokal dan kearifan budaya dalam pengolahan serta konsumsi pangan. Dengan adanya perubahan iklim, tekanan globalisasi, dan ketidakpastian ekonomi global, memperkuat ketahanan dan keanekaragaman pangan adalah langkah strategis yang harus diprioritaskan untuk memastikan kesejahteraan rakyat Indonesia di masa mendatang.
Peran Ketahanan Pangan dalam Kesejahteraan Nasional
Ketahanan pangan dapat diartikan sebagai kondisi di mana seluruh lapisan masyarakat memiliki akses yang cukup terhadap pangan yang bergizi dan aman untuk dikonsumsi. Ketahanan pangan memiliki tiga pilar utama: ketersediaan, akses, dan stabilitas. Dalam konteks Indonesia, ketahanan pangan memiliki arti yang lebih luas, meliputi upaya untuk memastikan bahwa kebutuhan pangan pokok seperti beras, jagung, ikan, daging, dan sayuran dapat terpenuhi dari produksi lokal, sehingga mengurangi ketergantungan pada impor. Ketahanan pangan yang baik tidak hanya meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara langsung, tetapi juga mendorong kemandirian ekonomi dan ketahanan sosial, terutama di wilayah pedesaan yang sangat bergantung pada sektor pertanian dan perikanan.
Keanekaragaman Pangan sebagai Solusi terhadap Ketahanan Pangan
Keanekaragaman pangan adalah aspek penting dalam ketahanan pangan yang sering kali diabaikan. Indonesia memiliki kekayaan sumber daya pangan lokal yang sangat beragam, seperti umbi-umbian, biji-bijian, sayur-mayur, buah-buahan, serta bahan pangan laut. Pangan tradisional merupakan wujud nyata interaksi budaya dan alam, sekaligus menjadi cerminan dari apa yang dikonsumsi oleh para leluhur. Paradigma dan haluan pangan di Indonesia sudah seharusnya dirubah, dengan keberagaman yang ada, sudah seharusnya orientasi pangan mengacu pada keragaman pangan pula terlebih di sumber daya hayati. Keberagaman budaya dan daerah yang ada di Indonesia nyatanya belum cukup atau belum maksimal untuk menggeser haluan juga orientasi pangan yang didominasi oleh beras, data menunjukkan kebutuhan beras di Indonesia menyentuh angka 31,2 juta ton. Hal ini berdasarkan prognosa neraca pangan nasional periode Januari hingga Desember 2024 yang telah disusun oleh Badan Pangan Nasional.
Budaya makan di Indonesia secara langsung menggambarkan hasil kearifan lokal yang diwariskan, sehingga memperlihatkan keberagaman tanaman pangan sesuai dengan kondisi alam dan budaya setiap wilayah. Dengan pemanfaatan sumber daya lokal ini, keanekaragaman pangan seharusnya dapat memperkaya asupan nutrisi masyarakat sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
Pemanfaatan pangan lokal yang beragam juga dapat mengurangi dampak perubahan iklim pada ketahanan pangan. Misalnya, tanaman lokal seperti sagu, singkong, dan ubi jalar dikenal lebih tahan terhadap cuaca ekstrem dibandingkan padi. Dengan mempromosikan konsumsi pangan lokal yang lebih beragam, Indonesia tidak hanya memperkuat ketahanan pangan tetapi juga mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Tantangan dan Hambatan dalam Mewujudkan Ketahanan dan Keanekaragaman Pangan
Meskipun potensi untuk memperkuat ketahanan dan keanekaragaman pangan sangat besar, Indonesia menghadapi beberapa tantangan dalam mewujudkannya. Pertama, modernisasi dan globalisasi mendorong perubahan pola konsumsi masyarakat, di mana makanan cepat saji dan produk impor menjadi lebih populer. Hal ini menyebabkan pengabaian terhadap sumber pangan lokal, yang berakibat pada penurunan produksi dan konsumsi pangan asli Indonesia.
Kedua, perubahan iklim yang semakin mempengaruhi sektor pertanian, terutama pada tanaman padi yang sangat tergantung pada curah hujan. Bencana alam seperti banjir, kekeringan, dan kebakaran hutan berdampak buruk pada hasil pertanian, sehingga menambah risiko ketidakstabilan pangan di tingkat nasional. Selain itu, infrastruktur pertanian dan distribusi pangan yang belum merata di beberapa wilayah juga menghambat upaya pemerataan akses pangan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Tantangan lainnya adalah kebijakan pangan yang kadang kurang berpihak pada diversifikasi pangan. Fokus yang besar pada produksi beras sebagai makanan pokok menyebabkan jenis-jenis pangan lain kurang mendapat perhatian, baik dalam aspek produksi maupun pemasaran. Untuk menciptakan ketahanan pangan yang sejati, dibutuhkan kebijakan yang mendukung diversifikasi pangan dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya mengonsumsi makanan yang beragam.
Strategi Meningkatkan Ketahanan dan Keanekaragaman Pangan di Indonesia
Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, beberapa strategi perlu diterapkan secara berkelanjutan. Pertama, diversifikasi pangan lokal perlu didorong melalui kampanye edukasi dan promosi yang mengajak masyarakat untuk mengonsumsi produk pangan lokal. Edukasi tentang manfaat kesehatan dan lingkungan dari makanan tradisional dapat meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap pangan lokal dan mengurangi ketergantungan pada makanan impor. Contoh edukasi sederhana yang dapat disampaikan kepada masyarakat terutama generasi muda adalah pertanyaan seperti, darimana makananku berasal?, mengenal apa saja gizi dari makanan yang kita makan?, apa saja makanan yang tidak sehat? Dan apa saja yang ideal ada di piring kita?. Dengan begitu generasi muda akan lebih memiliki kesadaran akan pangan di Indonesia.
Kedua, penerapan teknologi pertanian berkelanjutan menjadi solusi penting untuk menjaga ketahanan pangan di tengah perubahan iklim. Teknologi ini mencakup penggunaan bibit unggul yang tahan terhadap perubahan cuaca, sistem irigasi hemat air, dan metode pertanian organik yang ramah lingkungan. Dengan teknologi ini, ketergantungan terhadap satu jenis pangan bisa dikurangi, dan keanekaragaman pangan dapat ditingkatkan secara efisien.
Ketiga, pentingnya peran pemerintah dalam mendukung kebijakan yang berpihak pada diversifikasi pangan. Kebijakan subsidi atau insentif bagi petani lokal yang menanam tanaman pangan alternatif, seperti singkong atau jagung, dapat membantu meningkatkan produksi pangan lokal yang beragam. Selain itu, pengembangan infrastruktur dan distribusi pangan di daerah terpencil perlu dioptimalkan agar akses pangan menjadi lebih merata.
Terakhir, kolaborasi antara sektor publik dan swasta dalam pengembangan industri pangan berbasis lokal juga sangat diperlukan. Industri pangan berbasis lokal dapat membantu mempromosikan produk pangan Indonesia di pasar domestik dan internasional, sekaligus menciptakan lapangan kerja di sektor pangan yang berkelanjutan.
Ketahanan dan keanekaragaman pangan merupakan dua aspek yang saling mendukung dan menjadi pilar penting dalam mewujudkan kesejahteraan Indonesia di masa depan. Keberhasilan dalam menjaga ketahanan pangan bukan hanya soal ketersediaan pangan, tetapi juga soal keberagaman jenis pangan yang dikonsumsi. Indonesia memiliki potensi besar dalam hal sumber daya pangan lokal, dan dengan strategi yang tepat serta dukungan kebijakan yang inklusif, ketahanan dan keanekaragaman pangan dapat diwujudkan.
Oleh karena itu Forum Bumi yang diselenggarakan Yayasan KEHATI dan Nasional Geographic Indonesia, bergerak sembari menyajikan kondisi dan keadaan perihal ketahanan pangan di Indonesia, juga membahas tentang aspek-aspek yang berperan dalam mempengaruhi ketahanan, ketersediaan juga akses pangan di Indonesia. Dengan demikian, upaya memperkuat ketahanan dan keanekaragaman pangan tidak hanya menjadi keluhan, namun juga menjadi isu masalah bersama untuk di selesaikan, dengan adanya sosialisasi pengetahuan tentang ketahanan pangan, yang diharapkan adalah tidak hanya manfaat untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan sejahtera, tetapi juga memperkokoh kemandirian ekonomi Indonesia serta memastikan bahwa bangsa ini siap menghadapi berbagai tantangan global yang mungkin terjadi di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H