Mohon tunggu...
khairunnisa umar
khairunnisa umar Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

suka makan, kalo suka kamu kan kamunya suka dia...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Perbaikan Berkelanjutan

10 Desember 2022   20:27 Diperbarui: 12 Desember 2022   21:43 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Khairunnisa Umar1, Novianty Djafri2

Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo

Abstrak

Perbaikan yang berkelanjutan merupakan suatu perbaikan yang dilakukan oleh organisasi yang bersifat terus menerus, konstan, dan reguler dengan melibatkan seluruh elemen organisasi diberbagai tingkatan. Patok duga merupakan suatu proses belajar secara sistematika dan terus menerus untuk menganalisis tata kerja terbaik untuk menciptakan dan mencapai tujuan dengan prestasi kelas dunia, denga membandingkan setiap bagian. Patok duga muncul pada awal tahun 1980, tetapi baru tahun 1990 mulai populer sebagai alat untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Tujuan utama patok duga untuk menemukan kunci atau rahasia sukses dan kemudian mengadaptasi dan memperbaikinya untuk diterapkan pada perusahaan yang melaksanakan patok duga tersebut. International Benchmarking Clearinghouse menetapkan suatu kode etik yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam kegiatan patok duga.

Pendahuluan

Perbaikan yang berkelanjutan merupakan suatu perbaikan yang dilakukan oleh organisasi yang bersifat terus menerus, konstan, dan reguler dengan melibatkan seluruh elemen organisasi diberbagai tingkatan. Konsep tersebut diperkenalkan bersama dengan Total Qualiti Manajemen. Secara histori, perbaikan yang berkelanjutan dilaksanakan oleh perusahaan sekitar abad ke-18, dimana para pemimpin melakukan perbaikan terhadap pekerja dan program insentif sehingga mampu merubah organisasi kearah yang lebih baik. Pengembangan berbagai metode dilakukan untuk membantu para manajer menganalisis dan mengatasi permasalahan, khususnya dibidang produksi dengan pendekatan saintifik. Salah satu aktifitasnya adalah perbaikan berkelanjutan, program tersebut kemudian diperkenalkan oleh Deming, Juran, dan Gilbret di Jepang dan berkembang lebih luas.

Menurut Jerome S. Arcaro (2005), ada lima pilar mutu yang sangat menentukan bagi sekolah yang bermutu total, yaitu fokus pada kostumer, keterlibatan total, pengukuran, komitmen, dan perbaikan berkelanjutan. Implementasi kelima pilar mutu dalam pendidikan yang menghasilkan sekolah unggul atau sekolah berstandar internasional tidak dapat dipisah-pisahkan.

Perbaikan berkelanjutan sebagai salah satu pilar mutu dalam mewujudkan sekolah yab bermutu total difokuskan pada tujuh faktor diantaranya: (1) iklim yang kondusif, (2) keterlibatan stakeholders sebagai pelanggan internal dan eksternal dalam perencanaan mutu, (3) tercapainya harapan terhadap prestasi akademik, (4) kesempatan, tanggung jawab, dan partisipasi siswa, (5) pemberian ganjaran dan insentif sekolah, (6) tata tertib dan disiplin sekolah, (7) pelaksanaan kurikulum dan proses pembelajaran disekolah.

Metode penelitian

Pada penelitian ini menggunakan metode library research, yakni dengan mempelajari dan menganalisis berbagai referensi, artikel jurnal, buku dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan obyek penelitian, serta beberapa sumber lain yang mendukung penelitian ini. Hal ini disebablkan karena penelitian ini tidak akan lepas dari literatur ilmiah. Dan diperoleh dari data yang relevan terhadap permasalahan yang sedang diteliti dengan melakukan studi pustaka seperti buku, jurnal, artikel, dan penelitian terdahulu. Pada penelitian ini peneliti melakukan beberapa tahapan diantaranya yaitu pengumpulan, analisi, dan penyajian data.

Pembahasan 

Patok duga merupakan suatu proses belajar secara sistematika dan terus menerus untuk menganalisis  tata kerja terbaik untuk menciptakan dan mencapai tujuan dengan prestasi kelas dunia, denga membandingkan setiap bagian dari suatu perusahaan. Patok duga muncul pada awal tahun 1980, tetapi baru tahun 1990 mulai populer sebagai alat untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Tujuan utama patok duga untuk menemukan kunci atau rahasia sukses dan kemudian mengadaptasi dan memperbaikinya untuk diterapkan pada perusahaan yang melaksanakan patok duga tersebut.

International Benchmarking Clearinghouse menetapkan suatu kode etik yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam kegiatan patok duga. Kode etik patok duga patok duga diantaranya yaitu: (1) prinsip legalitas, (2) prinsip pertukaran, (3) prinsip keberhasilan, (4) prinsip penggunaan, (5) prinsip kontak pihak pertama, (6) prinsip kontak pihak ketiga.

Salah satu dasar pemikiran perlunya patok duga adalah bahwa tidak ada gunanya persaingan diri didalam suatu laboratorium khusus untuk berusaha menemukan proses baru yang dapat meningkatkan kualitas atau mengurangi biaya, apabila proses itu sendiri sudah ada. 

Menurut Watson (dalam wijayanto, 1994), konsep patok duga sebenarnya telah mengalami setidaknya lima generasi yaitu: 1) Reverse Eigneering, dalam tahap ini dilakukan perbandingan karakteristikroduk, fungsi produk, dan kinerja terhadap produk sejenis dari pesaing. 2) Competitive Benchmarking, memungkinkan produk yang dihasilkan adalah produk unggul. 3) Process Benchmarking. 4) Strategic Benchmarking. 5) Global Benchmarking.

Adapun jenis-jenis patok duga diantaranya yaitu: 1) patok duga internal, Pendekatan ini dilakukan dengan membandingkan operasi suatu bagian dengan bagian internal lainnya dalam suatu organisasi. 2) patok duga kompetitif, merupakan pedekatan yang dilakukan dengan mengadakan perbandingan dengan berbagai pesaing. 3) patuk duga fungsional, Pendekatan ini dilakukan dengan mengadakan perbandingan fungsi atau proses dari perusahaan-perusahaan yang berada di berbagai industri. 4) patok duga generik, yakni melakukan perbandingan dengan proses bisnis fundamental yang cenderung sama di setiap industrinya.

Beberapa faktor penghambat yang dapat menyebabkan kegagalan pelaksanakan patok duga diantaranya yaitu: 1) faktor internal. 2) tujuan patok duga terlalu luas. 3) skejul yang tidak realistis. 4) komposisi tim yang kurang tepat. 5) bersedia menerima OK-in-class. 6) penekanan yang tidak tepat. 7) kekurang pekaan terhadap mitra.

Kesimpulan

            Patok duga merupakan suatu proses belajar secara sistematika dan terus menerus untuk menganalisis  tata kerja terbaik untuk menciptakan dan mencapai tujuan dengan prestasi kelas dunia, denga membandingkan setiap bagian dari suatu perusahaan. Salah satu dasar pemikiran perlunya patok duga adalah bahwa tidak ada gunanya persaingan diri didalam suatu laboratorium khusus untuk berusaha menemukan proses baru yang dapat meningkatkan kualitas atau mengurangi biaya, apabila proses itu sendiri sudah ada. 

Referensi 

Tjiptono, Fandy. 2001. Total Quality Management Edisi Revisi. Andi Ofset:Yogyakarta

Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana. 2000, TQM. Total Quality Management. Yogyakarta, Andi

Offset.

Fandy Tjiptono . 2005, Prinsip-prinsp Total Quality Service. Yogyakarta, Andi Offset.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun