Patok duga merupakan suatu proses belajar secara sistematika dan terus menerus untuk menganalisis  tata kerja terbaik untuk menciptakan dan mencapai tujuan dengan prestasi kelas dunia, denga membandingkan setiap bagian dari suatu perusahaan. Patok duga muncul pada awal tahun 1980, tetapi baru tahun 1990 mulai populer sebagai alat untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Tujuan utama patok duga untuk menemukan kunci atau rahasia sukses dan kemudian mengadaptasi dan memperbaikinya untuk diterapkan pada perusahaan yang melaksanakan patok duga tersebut.
International Benchmarking Clearinghouse menetapkan suatu kode etik yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam kegiatan patok duga. Kode etik patok duga patok duga diantaranya yaitu: (1) prinsip legalitas, (2) prinsip pertukaran, (3) prinsip keberhasilan, (4) prinsip penggunaan, (5) prinsip kontak pihak pertama, (6) prinsip kontak pihak ketiga.
Salah satu dasar pemikiran perlunya patok duga adalah bahwa tidak ada gunanya persaingan diri didalam suatu laboratorium khusus untuk berusaha menemukan proses baru yang dapat meningkatkan kualitas atau mengurangi biaya, apabila proses itu sendiri sudah ada.Â
Menurut Watson (dalam wijayanto, 1994), konsep patok duga sebenarnya telah mengalami setidaknya lima generasi yaitu: 1) Reverse Eigneering, dalam tahap ini dilakukan perbandingan karakteristikroduk, fungsi produk, dan kinerja terhadap produk sejenis dari pesaing. 2) Competitive Benchmarking, memungkinkan produk yang dihasilkan adalah produk unggul. 3) Process Benchmarking. 4) Strategic Benchmarking. 5) Global Benchmarking.
Adapun jenis-jenis patok duga diantaranya yaitu: 1) patok duga internal, Pendekatan ini dilakukan dengan membandingkan operasi suatu bagian dengan bagian internal lainnya dalam suatu organisasi. 2) patok duga kompetitif, merupakan pedekatan yang dilakukan dengan mengadakan perbandingan dengan berbagai pesaing. 3) patuk duga fungsional, Pendekatan ini dilakukan dengan mengadakan perbandingan fungsi atau proses dari perusahaan-perusahaan yang berada di berbagai industri. 4) patok duga generik, yakni melakukan perbandingan dengan proses bisnis fundamental yang cenderung sama di setiap industrinya.
Beberapa faktor penghambat yang dapat menyebabkan kegagalan pelaksanakan patok duga diantaranya yaitu: 1) faktor internal. 2) tujuan patok duga terlalu luas. 3) skejul yang tidak realistis. 4) komposisi tim yang kurang tepat. 5) bersedia menerima OK-in-class. 6) penekanan yang tidak tepat. 7) kekurang pekaan terhadap mitra.
Kesimpulan
      Patok duga merupakan suatu proses belajar secara sistematika dan terus menerus untuk menganalisis  tata kerja terbaik untuk menciptakan dan mencapai tujuan dengan prestasi kelas dunia, denga membandingkan setiap bagian dari suatu perusahaan. Salah satu dasar pemikiran perlunya patok duga adalah bahwa tidak ada gunanya persaingan diri didalam suatu laboratorium khusus untuk berusaha menemukan proses baru yang dapat meningkatkan kualitas atau mengurangi biaya, apabila proses itu sendiri sudah ada.Â
ReferensiÂ
Tjiptono, Fandy. 2001. Total Quality Management Edisi Revisi. Andi Ofset:Yogyakarta
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana. 2000, TQM. Total Quality Management. Yogyakarta, Andi