2. Implementasi Nilai Kebatinan dalam Pencegahan Korupsi
   Implementasi nilai kebatinan Ki Ageng Suryomentaram dalam upaya pencegahan korupsi tidak hanya sebatas pada teori atau konsep, melainkan harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari baik oleh individu, organisasi, maupun masyarakat secara keseluruhan. Nilai-nilai kebatinan tersebut dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan yang berkaitan dengan integritas, etika, dan pengambilan keputusan.
2.1 Penerapan dalam Kehidupan Individu
   Individu yang hidup sesuai dengan nilai-nilai kebatinan yang diajarkan oleh Ki Ageng Suryomentaram akan memiliki pandangan hidup yang lebih sederhana, tidak mementingkan kepentingan pribadi, dan memiliki kesadaran batin yang tinggi.Â
Penerapan ngelmu rasa dalam kehidupan sehari-hari akan memungkinkan seseorang untuk mampu menahan godaan-godaan negatif yang sering kali mengarah pada perbuatan koruptif. Sebagai contoh, dalam konteks pekerjaan atau jabatan publik, individu yang telah menginternalisasi nilai ini akan lebih cenderung untuk mengutamakan kejujuran, transparansi, dan kepentingan publik dibandingkan dengan mengejar keuntungan pribadi melalui cara yang tidak sah.
   Selain itu, ajaran urip sak madya mengajarkan pentingnya hidup sederhana dan tidak terobsesi dengan kekayaan. Ini dapat diterapkan dalam pola konsumsi dan gaya hidup sehari-hari. Individu yang hidup dengan rasa cukup dan tidak terjebak dalam materialisme tidak akan tergoda untuk memanfaatkan jabatan atau kekuasaan untuk memperkaya diri sendiri. Dengan memahami dan mengamalkan prinsip ini, individu akan mampu menjaga integritasnya dan menjauhi perilaku koruptif.
2.2 Penerapan dalam Organisasi dan Pemerintahan
    Di tingkat organisasi atau pemerintahan, penerapan nilai kebatinan dapat dilakukan dengan cara membangun budaya organisasi yang berlandaskan pada nilai-nilai kejujuran, transparansi, dan akuntabilitas. Dalam birokrasi atau lembaga negara, misalnya, penerapan ajaran Ki Ageng Suryomentaram dapat dilakukan dengan menciptakan sistem yang tidak hanya fokus pada hasil, tetapi juga pada proses yang jujur dan sesuai dengan prinsip moral.
   Salah satu cara yang dapat diterapkan dalam birokrasi adalah dengan menanamkan dalam setiap anggota organisasi atau pejabat publik untuk selalu mengedepankan kepentingan rakyat dan negara di atas kepentingan pribadi atau kelompok.Â
Nilai kebatinan seperti ngelmu rasa yang mengajarkan kepekaan terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain, serta urip sak madya yang mengajarkan untuk hidup tidak berlebihan, bisa membentuk budaya kerja yang lebih etis dan transparan. Selain itu, pengendalian hawa nafsu juga dapat diterapkan dalam pengambilan keputusan yang melibatkan kekuasaan, di mana pemimpin atau pejabat publik diharapkan tidak mudah terpengaruh oleh ambisi pribadi atau kelompok yang dapat merugikan masyarakat.
2.3 Penerapan dalam Pendidikan Karakter dan Sosialisasi Nilai-Nilai Etika
    Pendidikan karakter yang berbasis pada nilai-nilai kebatinan Ki Ageng Suryomentaram juga memiliki peran penting dalam mencegah korupsi di masa depan. Pendidikan ini tidak hanya mengajarkan keterampilan atau pengetahuan, tetapi juga menanamkan nilai moral dan etika yang kuat pada generasi muda.Â
Dengan mengajarkan pentingnya pengendalian diri, rasa syukur, dan hidup sederhana sejak dini, pendidikan karakter berbasis kebatinan dapat membentuk generasi yang lebih sadar akan bahaya korupsi dan tidak tergoda untuk terlibat dalam praktik-praktik yang merugikan masyarakat.