Mohon tunggu...
khairunnisa nur safitri
khairunnisa nur safitri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Mercu Buana

Nama: Khairunnisa Nur Safitri NIM: 43223010018 Jurusan: S1 Akuntansi Fakultas: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Nama Dosen: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebatinan Ki Ageng Suryomentaram pada Upaya Pencegahan Korupsi dan Transformasi Memimpin Diri Sendiri

19 November 2024   22:21 Diperbarui: 19 November 2024   22:22 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  Pencegahan korupsi adalah masalah besar yang terus mengganggu Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan, baik itu dalam bidang politik, ekonomi, sosial, maupun hukum. Oleh karena itu, upaya untuk memberantas korupsi tidak hanya harus dilakukan dengan pendekatan hukum atau kebijakan yang ketat, tetapi juga dengan pendekatan yang lebih dalam, yaitu pembentukan karakter melalui nilai-nilai moral dan spiritual. 

Salah satu sumber ajaran yang kaya dengan nilai-nilai tersebut adalah ajaran kebatinan Ki Ageng Suryomentaram, yang menekankan pada pengendalian diri, kesederhanaan hidup, dan pemahaman yang mendalam mengenai pentingnya integritas dalam kehidupan sehari-hari.

  Dalam kajian ini, telah dijelaskan bahwa ajaran kebatinan Ki Ageng Suryomentaram mengandung prinsip-prinsip yang sangat relevan dalam upaya pencegahan korupsi. Salah satunya adalah ngelmu rasa atau ilmu rasa sejati, yang mengajarkan pentingnya kesadaran batin untuk mengontrol nafsu dan dorongan pribadi yang sering kali menjadi penyebab perilaku koruptif. 

Urip sak madya, yaitu hidup sederhana dan cukup, juga menjadi prinsip yang sangat penting dalam pencegahan korupsi, karena seseorang yang hidup dengan rasa syukur dan tidak terobsesi pada kekayaan akan lebih mudah menjauh dari godaan korupsi. Selain itu, pengendalian hawa nafsu adalah salah satu ajaran utama yang mengajarkan individu untuk menahan diri dari keinginan untuk memperoleh keuntungan dengan cara yang tidak sah, yang pada akhirnya dapat membantu mencegah tindakan koruptif.

    Implementasi nilai kebatinan Ki Ageng Suryomentaram dalam pencegahan korupsi dapat dilakukan di berbagai level kehidupan, mulai dari individu, organisasi, hingga pemerintahan. Pada tingkat individu, penerapan ngelmu rasa dan urip sak madya akan mendorong seseorang untuk hidup dengan integritas, menghindari perilaku yang merugikan diri sendiri maupun orang lain, serta berfokus pada kesejahteraan bersama daripada keuntungan pribadi. 

Di tingkat organisasi dan pemerintahan, nilai kebatinan ini dapat diterapkan dengan membangun budaya kerja yang berlandaskan pada kejujuran, transparansi, dan akuntabilitas. Jika nilai-nilai kebatinan ini diterapkan dengan konsisten di dalam organisasi atau pemerintahan, akan terbentuk suatu iklim yang mencegah korupsi dan melahirkan sistem yang lebih adil dan efisien.

   Selain itu, pendidikan karakter yang berbasis pada nilai-nilai kebatinan juga sangat penting untuk mencegah korupsi di masa depan. Dengan mengajarkan nilai-nilai seperti pengendalian diri, rasa syukur, dan hidup sederhana sejak dini, pendidikan dapat membentuk generasi muda yang lebih berintegritas dan sadar akan bahaya korupsi. 

Melalui kurikulum pendidikan yang mengintegrasikan ajaran kebatinan ini, diharapkan siswa atau mahasiswa dapat mengembangkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan prinsip moral yang diajarkan oleh Ki Ageng Suryomentaram, yang pada gilirannya akan mengurangi potensi korupsi di masa depan.

   Namun, penerapan nilai kebatinan dalam pencegahan korupsi juga menghadapi beberapa tantangan. Salah satu tantangan utama adalah budaya korupsi yang sudah mengakar di masyarakat, yang sering kali sulit untuk diubah dalam waktu singkat. 

Meskipun ajaran kebatinan dapat memberikan dasar moral yang kuat, perubahan budaya yang lebih luas memerlukan waktu dan upaya yang konsisten dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat. Selain itu, kurangnya pemahaman tentang nilai kebatinan dan spiritualitas di kalangan masyarakat modern juga menjadi kendala, sehingga perlu ada upaya untuk meningkatkan pemahaman ini melalui edukasi dan sosialisasi yang lebih intensif.

   Tantangan lainnya adalah pengaruh politik dan ekonomi yang kuat, yang sering kali menjadi pemicu korupsi di berbagai sektor. Tekanan politik dan godaan ekonomi dapat mempengaruhi individu untuk melakukan tindakan yang melanggar hukum dan etika. Oleh karena itu, meskipun nilai kebatinan dapat memberikan bekal moral, diperlukan juga sistem hukum yang adil dan mekanisme pengawasan yang ketat untuk menanggulangi korupsi secara efektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun