Seluruh hafizhah Ibnu Katsir menshalatkan jenazah beliau. Jenazahnya melintasi pagar betis para santriwati penghafal Al Quran. Jenazahnya diusung oleh enam orang santri penghafal Qur'an Ibnu Katsir. Yang memimpin shalat jenazahnya mudir Ibnu Katsir, Ustadz Abu Hasanudin, SPd, Al Hafizh.
[caption id="attachment_421080" align="aligncenter" width="300" caption="Para Hafizh yang Mengangkat Jenazah "]
Bude... Selamat jalan... Saya selalu merindukanmu...
Bunda... Kami kehilangan dirimu...
Duhai mujahidah... Kepergianmu adalah bahan bakar dakwah bagi kami... (*)
--------------
Tiba-tiba saya teringat artikel senada yang pernah saya tulis tentang berpulangnya seorang mujahidah di Jember di sini. Ya, keindahan hati dan iman seseorang tercermin dari keindahan kata-kata mereka yang mengenang dan mendoakannya.
Innaalillahi wa innaa ilayhi rooji'uun…
Allahummagh firlaha war hamha wa ‘afiha wa’fu ‘anha…
Bu Maryanto…
Saya tak banyak mengenal beliau secara pribadi. Saya pertama mengenalnya adalah ketika mengundang beliau mengisi tausiyah di organisasi kewanitaan yang saya pimpin di sebuah fakultas di Universitas Jember. Kehadiran beliau kemudian semakin sering saya temui karena ternyata beliau juga kerap diundang mengisi pengajian ibu-ibu di Universitas Jember. Potret ummahat yang sederhana, tetapi memiliki cita-cita besar untuk anak-anaknya kelak menjadi pemelihara Al-Qur'an. Ketika suaminya terserang stroke, beliau yang menjadi 'kaki, tangan, kepala' untuk suaminya. Ia menggonceng suaminya untuk mengajar, terapi, dan lain sebagainya, namun ia tetap tunaikan pula pengabdiannya bagi ummat dengan mengisi taklim-taklim. Sungguh, layak bila Allah memuliakannya dengan para hafidz/ah yang mensholatkan dirinya. Setimpal dengan pengorbanan yang beliau berikan untuk para penghafal Al-Qur’an…