Di sebuah kota kecil yang dikelilingi oleh pegunungan dan langit yang biru, hiduplah seorang gadis bernama Nisa. Dia adalah remaja berusia dua puluh dua tahun yang ceria dan penuh semangat. Setiap sore, dia menghabiskan waktu di teras rumahnya sambil menikmati senja yang indah dan mendengarkan musik favoritnya. Namun, meskipun hidup dikelilingi oleh keindahan, ada satu hal yang selalu mengganjal di hatinya ialah kesepian. Nisa menemukan teman baru melalui media sosial, seorang pemuda yang bernama Putra. Putra tinggal di kota lain, jauh dari tempat tinggal Nisa, tetapi mereka terhubung seperti dua bintang yang bersinar di malam gelap. Mereka mulai berbincang setiap hari, berbagi cerita, mimpi, dan tawa. Setiap pesan yang mereka tukar semakin mendekatkan mereka, seolah-olah jarak itu hanyalah angka yang tak berarti.
Suatu malam, ketika bintang-bintang bertaburan di langit, Nisa memutuskan untuk mengungkapkan perasaannya kepada Putra.
 "Kamu tahu, kadang aku merasa aneh mencintai seseorang yang belum pernah kutemui," tulisnya dengan cepat.Â
Hatinya berdebar-debar menunggu balasan. Beberapa detik kemudian, ponselnya bergetar.Â
"Saya juga merasakan hal yang sama, Nisa. Namun, rasanya sangat nyaman. Seolah-olah kita sudah saling mengenal sejak lama," balas Putra.Â
Nisa tersenyum lebar. Sejak saat itu, mereka mulai suka sama satu sama lain. Hari-hari berlalu dan dan keduanya semakin sering menghabiskan waktu bersama meski hanya melalui layar ponsel. Mereka saling berbagi impian dan rencana masa depan. Putra berkeinginan membuka usaha kafe, sementara Nisa bercita-cita menjadi pengusaha di bidang wedding organizer. Keduanya berharap dapat bertemu suatu saat nanti, namun kenyataan akan jarak yang memisahkan mereka tak bisa diabaikan.
Suatu sore, saat senja mulai memerah, Putra mengirimkan pesan berbahasa Jawa. Isinya kurang lebih seperti iniÂ
"Nisa, Piye yen Minggu ngarep aku teko menyang kuthamu? Aku pengin ndeleng pasuryan sampeyan lan ngrungokake crita sampeyan kanthi langsung."Â
Sayangnya, Nisa tidak begitu memahami maksud pesan tersebut. Merasa bingung setelah menerima pesan itu, Nisa bertanya-tanya mengenai maksud pesan tersebut. Kemudian, Nisa menanyakan kepada Putra tentang makna pesan itu.Â
Putra menjawab, "Nisa, bagaimana jika aku mengunjungi kotamu minggu depan? Aku ingin melihat wajahmu secara langsung dan mendengarkan cerita darimu."Â
Hati Nisa berdebar kencang setelah membaca pesan tersebut. Mimpi mereka untuk bertemu akhirnya akan terwujud.Â
"Tentu saja! Aku sangat menanti kedatanganmu," jawabnya dengan suara penuh kegembiraan.
Minggu berikutnya pun tiba. Cuaca hari itu begitu cerah dengan awan putih yang menghiasi langit. Nisa mempersiapkan diri dengan mengenakan pakaian terbaiknya dan merias wajahnya secantik mungkin. Ia ingin memberikan kesan yang baik kepada Putra. Ketika jam menunjukkan pukul empat sore, Nisa keluar menuju tempat mereka sepakat untuk bertemu taman kota di bawah pohon besar yang sering mereka obrolkan. Hatinya berdebar-debar saat dia melangkah. Setiap langkah terasa semakin berat, sekaligus penuh harapan.
Setibanya di taman, Nisa mengamati sekelilingnya, mencari sosok yang telah akrab di bayangannya meski belum pernah berjumpa secara langsung. Dan pada saat itu, dari ujung jalan, ia melihat seorang pemuda berpostur tegap dengan tinggi badan 173 sentimeter yang menyunggingkan senyum lebar dan memancarkan kepercayaan diri. Dialah Putra. Jantung Nisa berdebar kencang dan pipinya memerah, menandakan bahwa Nisa sedang gugup dan malu.
"Nisa!" teriak Putra, melambaikan tangan.Â
Putra membalas lambaian tangannya, berusaha menetralkan rasa gugup yang menggelora. Saat mereka berpapasan, seakan waktu berhenti. Putra mendekati Nisa dengan langkah cepat namun hati-hati, lalu memeluknya erat. Aroma tubuh Putra yang menyegarkan membuat Nisa merasakan kebahagiaan yang selama ini ia inginkan.
 Lalu Putra berkata "Kowe luwe ayu ketimbang sing aku bayangke" bisiknya dengan pelan.Â
Sementara itu nisa tidak paham apa yang dikatakan oleh Putra, lalu Putra menjelaskan bahwa yang dikatakan nya ialah  "Kamu lebih cantik daripada yang aku bayangkan," Nisa menatap dalam-dalam wajah Putra, seakan ingin mengukir setiap detailnya dalam ingatan. Mereka menghabiskan sore itu di taman, berbincang, tertawa, dan bersama-sama menikmati keindahan senja yang menyelimuti langit. Semua kekhawatiran tentang jarak dan waktu seolah sirna, tergantikan oleh kebahagiaan bersama. Namun, perjalanan cinta mereka tidak selalu mulus. Ketika senja mulai meredup, Nisa dan Putra membicarakan realitas yang harus mereka hadapi.Â
"Bagaimana kita dapat mengatasi jarak yang memisahkan kita?" tanya Nisa dengan suara lembut yang penuh kekhawatiran. Putra meraih tangan Nisa dan menggenggamnya erat.Â
"Kita akan berusaha, Nisa. Setiap hubungan memerlukan pengorbanan. Aku siap untuk berkorban. Kita dapat saling mendukung, meskipun jarak memisahkan kita," jawabnya tegas. Nisa merasa tenang mendengar kata-kata Putra. Dia tahu bahwa cinta sejati tidak mengenal batas. Mereka pun sepakat untuk menjaga hubungan ini, meski dengan tantangan yang harus dilalui.
Keesokan harinya, saat mereka harus berpisah, Nisa merasa ada kepedihan dalam hatinya. Namun mereka tahu, ini bukan akhir, melainkan awal dari sebuah perjalanan cinta. Dengan janji untuk terus saling terhubung, mereka berlari ke arah yang berbeda, dibawa oleh angin senja yang lembut. Nisa pulang dengan pikiran penuh harapan, sementara Putra melangkah pergi dengan tekad yang bulat. Masing-masing membawa kembali sepotong hati satu sama lain. Nisa merasa tenang mendengar kata-kata Putra. Dia tahu bahwa cinta sejati tidak mengenal batas. Mereka pun sepakat untuk menjaga hubungan ini, meski dengan tantangan yang harus dilalui.
Keesokan harinya, saat mereka harus berpisah, Nisa merasa ada kepedihan dalam hatinya. Namun mereka tahu, ini bukan akhir, melainkan awal dari sebuah perjalanan cinta. Dengan janji untuk terus saling terhubung, mereka berlari ke arah yang berbeda, dibawa oleh angin senja yang lembut. Nisa pulang dengan pikiran penuh harapan, sementara Putra melangkah pergi dengan tekad yang bulat. Masing-masing membawa kembali sepotong hati satu sama lain.
Dalam beberapa bulan selanjutnya, hubungan mereka terjalin lebih kuat. Mereka rutin melakukan video call dan bertukar pesan singkat berisi ungkapan kasih sayang yang menghangatkan hati. Berbagai tantangan yang muncul, seperti kesibukan kuliah dan pekerjaan nya, tidak memudarkan rasa cinta yang mereka miliki. Dan setiap kali senja tiba, Nisa selalu berdiri di teras rumahnya, menantikan cahaya jingga yang menyinari langit, mengingat kembali momen indah saat mereka bertemu.
"Senja selalu mengingatkanku padamu, Putra," bisiknya pada angin.
Suatu hari, ketika Nisa menerima pesan singkat dari Putra, hatinya berdebar kencang. Dalam pesan tersebut, Putra menyampaikan rencananya untuk memberikan kejutan.Â
"Aku akan datang kembali, dan kali ini aku akan mengajakmu menjelajahi tempat yang selama ini kamu inginkan. Kita akan membuat lebih banyak kenangan indah," tulis Putra.
Perasaan campur aduk memenuhi hati Nisa. Dia bersemangat, tapi juga sedikit takut.
 "Apakah semua ini nyata?" tanyanya pada diri sendiri.Â
Namun, keyakinan dalam hatinya memberi jawaban. Cinta mereka adalah nyata. Waktu berlalu, dan hari yang dinantikan pun tiba. Saat Putra muncul kembali di taman itu, perasaan bahagia tak terbendung. Mereka berpelukan erat, merasakan betapa kuatnya ikatan yang telah terjalin. Di bawah pohon yang menjadi saksi bisu perjalanan cinta mereka, Nisa menyadari satu hal bahwa cinta tidak mengenal jarak sejauh apapun itu. Cinta adalah sebuah janji yang akan selalu diingat, bahkan ketika mereka terpisah oleh ribuan kilometer.
"Selamat datang kembali, Putra" ucap Nisa sambil tersenyum, air mata bahagia mengalir di pipinya.
"Kita akan menciptakan lebih banyak kenangan, Nisa. Senja ini dan seterusnya," Putra menjawab, memandang langsung mata Nisa. Dan pada malam itu, di bawah sinar bulan yang bersinar terang, mereka berdua tahu bahwa cinta mereka akan selalu abadi, tak peduli seberapa jauh jarak yang memisahkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H