Mohon tunggu...
Khairunnisa
Khairunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hamasah

Jadilah bermanfaat hingga puing-puing amal menjadi sahabat yang melekat, mengikis setiap dosa dan mengubahnya menjadi butiran pahala.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tunawisma Butuh Dibina

3 Februari 2021   11:27 Diperbarui: 3 Februari 2021   22:40 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tunawisma Butuh Dibina

Karya : Khairunnisa

Teruntuk para tunawisma yang hidup terombang ambing di jalan

Selaksa konstelasi menyamar begitu kelam tak nyaman

Makanpun tak seperti kebanyakan orang

Meronta derik rasa lapar,  haus, badan kering terbentuk tulang

Siapa yang di salahkan atas kematian dari gelandangan?

Mati karena kelaparan di jalan, tanpa seorangpun yang memperdulikan

Wahai penguasa bantulah mereka, yang butuh dibina dan disejahterakan hidupnya

Tidak meringkuk ceruk kemiskinan, bersipuh air mata

Anak-anak mereka  yang seharusnya menjadi generasi terkemuka

Mengapa harus turun di jalan hanya untuk sesuap nasi?

Menyelusuri lorong jembatan meraba penuh iba

Kantong kresek menjadi satu-satunya harta benda berarti

Trotoar jalan menjadi rumah singgah, tanpa atap dinding melindungi

Kardus menjadi permadi tidur terhampar ditubuh mereka

Hujan turun membahasahi badan baju mereka tanpa terkecuali

Anginpun memberikan semilir dingin menusuk raga dan jiwa

Bersemayam lara, Sengsara nasip di jalani penuh duka

Kumal wajah meraka, mata tak berdaya tiada senyum menyala

Begitu muda untuk merasa perihnya dunia

kaki mungil bertapak mengais barang bekas penuh lara

Tujuan mereka satu agar bertahan hidup di jalanan

Wahai penguasa lihatlah mereka butuh uluran tangan dan dibina

Bukankah itu tanggung jawab para pemimpin?

Katanya negara telah merdeka, tapi mengapa masih ada yang sengsara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun