Kita bisa saja menganggap masalah etika akademik ini sebagai labirin yang sulit untuk dilalui, tetapi mungkin labirin ini juga bisa menjadi tantangan untuk kita. Kita dapat memilih untuk berusaha menemukan jalan keluar yang etis. Namun, jika kita terus menganggap etika akademik sebagai sekadar formalitas, kita mungkin akan berputar-putar selamanya tanpa bisa menemukan jalan keluar.
Akhir kata, marilah kita merenungkan kembali bagaimana kita memandang etika akademik, terutama dalam konteks Islam. Jika kita hanya melakukannya untuk memenuhi tuntutan administratif semata, kita akan kehilangan esensi dari pencarian ilmu itu sendiri. Menjadi etis bukan hanya soal mengikuti aturan, tetapi soal membangun karakter dan integritas. Jika kita mampu memetik pelajaran dari etikanya, insya Allah, kita dapat melahirkan generasi yang tidak hanya memiliki gelar, tetapi juga memiliki integritas.
Tentu saja, kita tidak ingin melahirkan generasi yang hanya bisa berkata, "Etika? Cuma formalitas!" Kita ingin mereka bisa berkata, "Etika adalah kunci untuk memahami dan mendalami ilmu, serta menjunjung tinggi prinsip-prinsip Islam." Jadi, marilah kita berusaha mendorong diri kita untuk menjadi lebih baik, tidak hanya di hadapan orang lain, tetapi juga di hadapan Tuhan kita sendiri.
Penulis merupakan mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Semester 7
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H