Mohon tunggu...
Braga InsaN
Braga InsaN Mohon Tunggu... wiraswasta -

Follow My Twitter @irulinsan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Telik Sandi

3 Februari 2016   13:09 Diperbarui: 3 Februari 2016   13:52 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Pasar Tritik adalah pusat perdagangan di lingkungan kerajaan Maya. Jika ditarik garis lurus, maka letaknya hanya sekitar lima kilometer saja dari lingkup Istana. Meski matahari hampir kembali ke peraduan, namun geliat perdagangan masih tersisa. Beberapa lapak pedagang yang hanya dinaungi atap rumbia, masih disambangi pembeli. Pedagang lapak hewan, sengaja menutup kegiatan di akhir petang.

Agak di sudut area pasar, sebuah kedai tampak ramai pengujung. Rata-rata mereka adalah para pedagang, yang sengaja melepas lelah dengan menghirup wedang jahe atau seduhan kopi dari janda pelayan kedai. Setidaknya ada tiga kedai di wilayah pasar Tritik ini. Namun kedai janda Mijah selalu lebih ramai pengunjung. Keramahan Mijah lah yang menjadi magnet nya.

Kedai menjadi penunjang interaksi sosial di lingkungan ini. Pengunjung terbisa saling bincang meski tak saling kenal. Meja berbentuk persegi panjang dengan  dikelilingi bangku yang terbuat dari potongan batang pohon kelapa menjadi fasilitas warga di kedai. Jika terisi penuh, maka meja dapat menampung setidaknya dua puluh lima orang sekaligus. dua meja berbentuk serupa di kedai Mijah sore itu nyaris penuh jejal pengunjung.

“Sudah kau dengar berita kemarahan Tumenggung Arga Mulya tentang kebodohan salah seorang anggota telik sandi?” pemuda bertubuh tipis membuka pembicaraan kepada temannya yang tengah asik menghisap tembakau gulung.

“Surya Pratama? Anak saudagar Brata Pratama? Kampungan! Lebih kampung dari kita yang orang desa ini!”

“Tak hanya anak saudagar itu yang salah. Tapi Senopati Durga juga harus memikul tanggungjawab atas kejadian itu.” Tamu kedai lain, seorang pria berusia di atas lima puluh tahun urun cakap. “Bagaimana mungkin lembaga rahasia bisa mengangkat seseorang yang nyenyes laku seperti itu?!”

“Yahh… mungkin maksudnya untuk gagah-gagahan…” pemuda pertama menambahkan.

“Apa lembaga telik sandi yang dipimpin Senopati Durga itu tak memiliki standar prosedur perekrutan anggota?! Harusnya sebelum diangkat secara resmi, Surya Itu mesti lolos tes terlebih dahulu. Jika mental dan pikirnya belum lagi siap memikul beban sebagai anggota telik sandi, maka tentu diragukan kemampuannya. Memang susah jika jabatan diberikan berdasarkan kedekatan semata.” Pria setengah abad kembali menumpahkan kekesalannya.

“Sudah.. sudah.. jangan terlalu berlebihan kalian mengumpat. Hati-hati. Nanti terdengar anggota telik sandi kerajaan kalian bisa digelandang prajurit kerajaan.”

Kedatangan Janda Mijah menghentikan obrolan ketiga orang tadi. Gelas gerabah berisi wedang jahe yang masih mengeluarkan uap diserahkan Mijah ke hadapan pria setengah abad tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun