Mohon tunggu...
Braga InsaN
Braga InsaN Mohon Tunggu... wiraswasta -

Follow My Twitter @irulinsan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Telik Sandi

3 Februari 2016   13:09 Diperbarui: 3 Februari 2016   13:52 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rupaya Surya Pratama resmi diangkat menjadi bagian keluarga besar telik sandi Kerajaan Maya. Bukan menjadi prajurit di kesatuan tersebut. Diangkat menjadi mata-mata resmi Kerajaan. Jabatan bergengsi yang diberikan kepada warga sipil di luar lingkup Istana.

***

Senopati Durga terpaku di dalam kamarnya. Sengatan amarah Tumenggung Arga belum lagi hening di pikirannya. Dipandangi lembar daun lontar yang terkulai di atas meja di hadapannya. Pikirnya berkecamuk. Bingung dan kesal menjadi satu. Kesal dengan tindakan bodoh Surya Pratama yang pendek akal. Sekenanya mengumumkan pengangkatannya sebagai telik sandi. Kesalnya begitu memuncak. Namun tumpukan kesal itu tertimbun perasaan bingung yang melangit. Ini kesalahan fatal yang dilakukan anggota telik sandi. Namun  Senopati Durga bingung untuk menjatuhkan hukuman setimpal.

Surya Pratama adalah anak sahabatnya yang bernama Pamungkas Brata Pratama. Dominasi Pamungkas Brata Pratama dalam karir Durga tak terelakkan. Sebagai saudagar masyur di lingkup Kerajaan Maya, pundi-pundi emas dari kantung Pamungkas Brata, mampu mengantar Durga menikmati jabatan nya saat ini. Jerat itu membuat Durga tak mampu menolak perminta Brata, yang diungkapkannya secara tiba-tiba, saat bertandang beberapa waktu lalu.

“Anak ku Surya Pratama, memiliki akses luas untuk menjaring informasi. Sebagai pewaris kerajaan bisnis ku, pergaulan Surya Pratama akan memberikan manfaat untuk lembaga yang kau pimpin.”

“Itu perkara gampang Brata. Segera kubuat perintah pengangkatannya. Kau tenang saja.”

Durga memotong perbincangan dengan mempersilahkan Brata meneguk wedang jahe yang tersaji hangat di atas meja. Senyum Durga mengembang biak. Matanya sedari tadi tak lepas memandang kotak kayu mungil, upeti  yang dibawa Brata untuk nya.

Meluluskan permintaan Brata hari itu menjadi sesal yang belum jelas ujungya. Surya ternyata menjadi penyebar informasi alih-alih menjadi pengumpul informasi untuk lembaga yang dipimpin nya. Jika sudah begini, maka beban harus dipikulnya. Menghindar rasanya tak memiliki ruang.

Durga pasrah saja menunggu keputusan Tumenggung Arga Mulya terhadap dirinya. Nurani Durga memantaskan jika hukuman segera jatuh untuknya. Pasalnya ini bukan kali pertama. Sebelumnya, seorang anggota pasukan bawahannya mengamuk di sebuah rumah bordir. Rebutan gadis pemicunya. Pengaruh minuman keras mencabut akalnya. Sesumbar sebagai anggota telik sandi, maka yang bersangkutan merangsek masuk satu-satu ke bilik tempat “bermain” yang ada. Tindakan onar itu memancing reaksi Bromocorah setempat. Kekerasan menjadi jalan akhir. Prajurit telik sandi itu babak bingkas di tangan belasan Pendekar yang menjaga lokasi rumah bordir.

Sebelumnya lagi, Senopati Durga juga dianggap tak becus mnejalankan jaringan telik sandi di wilayahnya. Teror sempat melanda pejabat lembaga tinggi di kerajaan Maya. Sekelompok begajul yang meng-atas namakan rakyat, meneror kediaman lima pejabat pengadilan di lingkungan Istana. Pasalnya, gerombolan tersebut tak terima dengan keputusan hakim kerajaan yang tengah menyidangkan salah satu anggota mereka terkait pencaplokan batas wilayah oleh Lurah kademangan setempat.

Informasi telik sandi telah mengabarkan bahwa gerombolan itu akan menyebar terror. Namun pihak telik sandi gagal mengolah informasi awal tersebut. Aksi gerombolan berhasil diredam dengan diturunkannya resimen pasukan khusus Istana. Kediaman gerombolan penebar terror yang berada di kedalaman rimba, habis digasak pasukan tersebut. Mestinya itu bisa dilakukan jauh hari. Tak perlu menunggu terror terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun