Dinihari sudah, namun keramaian tak berhenti di Masjid Nabawi yang berada di pusat Kota Madinah. Dinihari di sekitar Nabawi orang-orang hilir dan mudik, keluar dan masuk masjid. Siang dan malam di Madinah, hampir sama saja.
Perbedaan, hanya tidak ada toko yang buka pada dinihari, dan suhu lebih rendah, sekitar 30 derajat celcius. Bandingkan suhu siang hari yang mencapai 42 derajat. Tetapi walaupun panas, ribuan orang setiap hari datang.
Madinah yang merupakan kota suci kedua bagi umat Islam, menjadi tempat persinggahan wajib. Baik sebelum maupun sesudah melaksanakan umrah di Makkah. Magnet utamanya adalah Masjid Nabawi. Keberadaan masjid ini menggenapkan catatan panjang sejarah kota suci yang memiliki 29 nama dan julukan ini.
Jumlah nama dan julukan yang mencapai 29 ini, bersumber dari beragam literatur yang mengacu pada ucapan-ucapan Nabi Muhammad tentang kota ini, serta penamaan lain yang sudah ada sebelum masa Nabi, yakni; (1) Al Madinah, (2) Thayyibah , (3) Thabah, (4) Al Miskinah, (5) Al 'Azra, (6) Al Jabirah, (7) Al Mahabbah, (8) Al Qaashimah, (9) Al Muhabbabah, (10) Al Mahburoh, (11) Yastrib, (12) Al Najiah, (13) Al Mufiah, (14) Akkaltul Buldan, (15) Al Mubarajah, (16) Al Mahfufah, (17) Al Maslamah, (18) Al Mijannah, (19) Al Qudsiyah, (20) Al 'Asimah, (21) Al Marzuqoh, (22) Asy Syafiah, (23) Al Hirah, (24) Al Mahbubah, (25) Al Marhumah, (26) Jabirah, (27) Al Mukhtarah, (28) Al Muharramah, dan (29) Thababa.
Kota Madinah pada masa sebelum perkembangan Islam bernama nama Yastrib dan dikenal sebagai pusat perdagangan. Kemudian ketika Nabi Muhammad hijrah dari Makkah ke kota ini, namanya diganti menjadi Madinah.
Seterusnya kota gurun ini menjadi pusat perkembangan Islam. Ketika Nabi Muhammad wafat, dia dimakamkan di Madinah, dan belakangan dalam perluasan Masjid Nabawi, makam itu kemudian berada di dalam masjid.
Status sebagai pusat perkembangan Islam terus berlanjut pasca wafatnya Nabi. Pemerintahan dipegang khalifah. Terdapat tiga khalifah yang memerintah dari Madinah ini yakni Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Usman bin Affan.Â
Sementara pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, pusat pemerintahan dipindahkan ke Kufah di Irak karena terjadi gejolak politik akibat terbunuhnya Usman bin Affan oleh pemberontak. Selanjutnya ketika kekuasaan beralih kepada Bani Umayyah, maka pemerintahan dipindahkan ke Damaskus dan ketika pemerintahan berpindah kepada Bani Abassiyah, pemerintahan dipindahkan ke Kota Baghdad.
Masjid Kuba dan Qiblatain
Dari serangkaian pergantian khalifah, maupun sampai kepada masa kepemimpinan raja-raja Arab Saudi hingga saat ini, Masjid Nabawi tetap menjadi monumen utama atas perkembangan Islam. Namun Madinah tentu tidak hanya Nabawi. Masjid Quba, Masjid Qiblatain, dan Jabal Uhud merupakan bagian dari nukilan sejarah Islam yang selalu saja ramai dikunjungi peziarah.
Masjid Quba yang berada sekitar 5 kilometer dari luar kota Madinah, merupakan masjid pertama yang dibangun Nabi Muhammad. Pada masa itu, Nabi sedang dalam perjalanan hijrah dari Makkah ke Madinah. Saat tiba di Desa Quba, yang waktu itu tidak termasuk kawasan Madinah, Nabi kemudian membangun masjid ini, dan di sinilah pertama sekali sholat berjamaah dilaksanakan.
Dari segi arsitektur, Masjid Quba tentu tidak bisa dibandingkan dengan Masjidil Haram atau Masjidil Nabawi. Arealnya juga tidak terlalu luas. Namun masjid ini menjadi istimewa karena namanya disebut dalam Al Quran, Surat At-Taubah ayat 108. Kutipan ayat tersebut dipampangkan dalam bentuk prasasti di halaman depan masjid. Dan menurut sebuah riwayat hadist, satu kali salat di sini sama pahalanya dengan melaksanakan satu kali umrah.
Masjid Qiblatain juga mencatatkan sejarah penting dalam Islam, karena di sinilah terjadi perubahan arah Kiblat menuju Makkah. Setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, pelaksanaan sholat masih berkiblat atau menghadap ke arah ke Baitul Maqdis, yakni arah Masjidil Aqsa yang berada di Palestina saat ini. Namun saat sedang melaksanakan sholat zuhur, Nabi mendapat wahyu agar segera mengalihkan kiblat ke arah Kakbah di Masjidil Haram, Makkah. Saat itu juga Nabi mengubah arah kiblat ke arah Kakbah. Sejak itu masjid tersebut dikenal dengan nama Qiblatain yaitu memiliki dua kiblat.
Jabal Uhud
Umumnya setelah mengunjungi Masjid Quba dan Qiblatain, wisata sejarah Islam akan satu paket dengan mengunjungi Jabal Uhud atau Bukit Uhud. Di bukit ini peperangan besar antara Islam dan kafir Quraish pernah terjadi pada masa penyebaran Islam di tahun ketiga Hijriah.
Seperti umumnya perbukitan di Arab Saudi, Jabal Uhud merupakan bukit batu yang tandus. Ini merupakan bukit terbesar di Madinah. Peperangan terjadi karena kafir Quraish ingin membalas kekalahannya dalam perang Badar. Namun dalam perang Uhud, pasukan Muslim mengalami kekalahan yang disebabkan tidak dipatuhinya strategi perang. Sebanyak 70 syuhada mati syahid dalam perang ini, termasuk paman kandung Nabi yaitu Hamzah. Para syuhada tersebut dimakamkan di kaki Jabal Uhud.
Bus-bus pariwisata umumnya berhenti di sekitar komplek Makam Syuhada Uhud yang berada di pertengahan antara Jabal Uhud dan Jabal Rumat. Peziarah biasanya mendaki Jabal Rumat yang relatif lebih rendah dan dapat dicapai sekitar 5 menit pendakian. Dari sini bisa memandang lepas ke arah Jabal Uhud dan melihat Makam Syuhada Uhud.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI