Jauh sebelum itu, perang sudah menjadi hobi yang berkembang lama di Eropa. Tentara Romawi, suka mengirim sepasukan tentara dan menaklukkan daerah di sekitarnya hingga mencapai Afrika dan Asia. Lalu ada Inggris, Spanyol, Portugis dan tentu saja Belanda.
Indonesia tentu memiliki pengalaman perang. Perang melawan Belanda, Inggris, Jepang. Kerajaan-kerajaan di Indonesia, punya sejarah perang yang lumayan pula. Antarkerajaan sering berperang, misalnya antara Tidore dan Ternate di Maluku.
Pengalaman perang yang banyak itu, tidak lepas dari kemampuan masyarakatnya dalam mengembangkan senjata, baik tradisional maupun modren. Indonesia ternyata sudah sejak lama memiliki kemampuan membuat senjata api, setidaknya menurut catatan penulis Portugis, Duarte Barbosa, yang tinggal di Asia antara tahun 1500 sampai 1517. Dia melihat orang-orang yang tinggal di Jawa sudah mahir membuat senjata api, meriam maupun senapan.
Orang Aceh juga sudah menggunakan senjata bola api yang ditembakkan dari perangkat pelontar saat berperang dengan armada Portugis pimpinan Laksamana Alfonso D'Albuquerque di Selat Malaka tahun 1558. Bola api itu sebenarnya kain yang dilumuri minyak bumi.
Serangkaian pengalaman tadi menempatkan Indonesia sebagai negara dengan pengalaman perang paling banyak di Asia Tenggara. Bandingkan dengan Kerajaan Thailand kuno yang dulu berperang dengan Myanmar. Vietnam juga perang dengan Amerika Serikat dan menjadi perang paling populer, karena setiap kali Holywood butuh pahlawan baru, mereka membuat film dengan setting perang Vietnam.
Sementara Malaysia juga sempat dijajah Inggris, dan merdeka juga akhirnya tahun 1957 dengan penunjukan Tunku Abdul Rahman sebagai Perdana Menteri. Namun perolehan kemerdekaannya agak berbeda dengan proses yang dialami Indonesia.
Mungkin pengalaman masa lalu itu juga yang membuat Indonesia terus mengantisipasi terjadinya perang. Pesawat-pesawat tempur, pesawat angkut terus dibeli. Kapal selam, fregat juga diperbanyak. Kita selalu siap untuk perang walau musuhnya belum diketahui.
Dalam kaitan itu, mungkin kita perlu memikirkan masalah yang bisa dijadikan musuh secara bersama. Untuk mengalihkan perhatian dari masalah toa, amandemen, minyak goreng, BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, tiga periode, dan hal remeh-temeh lainnya yang saat ini terlihat penting. Hal-hal yang semestinya juga bisa dituntaskan dengan chat Whatsapp.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H