Mohon tunggu...
khairul ikhwan d
khairul ikhwan d Mohon Tunggu... Penulis - pernah main hujan

sedikit demi sedikit, lama-lama habis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Perang Supaya Punya Musuh Bersama

28 Februari 2022   12:55 Diperbarui: 28 Februari 2022   13:11 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka begitulah. Rusia akhirnya menginvasi Ukraina untuk alasan yang sepertinya hanya Presiden Putin saja yang memahaminya. Lalu dengung World War III pun membahana sejagad maya. Telah begitu lama sejak perang dunia yang terakhir itu.

Di masing-masing negara yang berseteru itu, tak ada urusan lain yang lebih penting. Semua fokus pada urusan perang, termasuk urusan menyelamatkan diri. Mereka menyatu dalam masalah yang sama, menyatu dalam perang karena memiliki musuh yang sama.

Peperangan sering kali dipicu masalah-masalah yang tidak mudah dipahami. Seperti menebak alasan Putin. Memangnya Rusia kurang luas? Kalau tidak, lantas apa? Jangan-jangan masalahnya itu sebenarnya sesuatu yang bisa dituntaskan melalui chat Whatsapp.

Di zaman silam, peperangan tak melulu terjadi karena ada konflik kepentingan. Bisa saja karena kebiasaan masyarakatnya, karena tak ingin mati bosan. Daripada tidak ada kerjaan, mending menyerang kerajaan sebelah. Perang bahkan menjadi kegiatan rekreatif karena masyarakatnya sudah terlalu sering perang. Jadi ketika terjadi kevakuman perang, mereka butuh musuh. Kalau tak ada musuh baru, yang lama pun jadi.

Perang tidak selalu didasari hal-hal yang fundamental seperti perselisihan maupun ambisi penaklukan atau aneksasi. Perang bisa saja dilakukan karena alasan yang sederhana, seperti langkah penyelamatan bangsanya sendiri dari pertikaian antarsesama.

Misalnya suku Indian Mundurucu yang mendiami kawasan padang rumput di Para, Brazil bagian tengah. Sukubangsa ini menjadikan peperangan sebagai pengalihan permusuhan dan egresi di dalam internal suku. Jadi memilih musuh bersama untuk menghilangkan permusuhan di dalam kelompok.

Memang ada pandangan bahwa semua manusia memiliki kantung cadangan egresi, yaitu tindakan yang diniatkan untuk menyakiti atau melukai orang lain. Para penganjur dan pendukung teori ini mengatakan bahwa berfungsinya masyarakat secara umum aman dan tenteram bergantung pada adanya saluran-saluran yang disepakati secara sosial guna melampiaskan cadangan egresi yang niscaya ada itu.

Perang dengan kelompok luar merupakan salah satu opsi penting dalam hal ini. Atau jangan-jangan malah jadi satu-satunya saluran.

Pengalaman Perang

Tentu saja perang hanya akan menimbulkan kerugian, jatuhnya korban, derita dan sebagainya. Belum lagi biaya untuk perang yang sangat besar. Sejarah mencatat, perang dalam skala masif terjadi dua kali, itulah yang dikenal sebagai Perang Dunia (PD) I dan PD II dan itu semua berlangsung di Eropa, benua yang ditempati Ukraina dan juga sebagian kecil masuk wilayah Rusia.

PD I dipicu kasus terbunuhnya Franz Ferdinand, putra mahkota Austria, di Serbia. Austria meminta Serbia menyerahkan pembunuhnya, jika tidak akan diserang. Serbia menolak, dan akibatnya diserang Austria. Rusia sebagai sekutu Serbia datang menolong.

Jerman ikut serta membantu Austria yang kelimpungan. Sekutu Rusia bertambah dengan masuknya Inggris dan Perancis ke gelanggang. Pada akhirnya kelompok Austria dan Jerman kalah. Sementara PD II dipicu serangan Jerman ke Polandia, lalu tiba-tiba hampir semua negara besar terlibat dalam perang itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun