Ini tentu bukan pekerjaan kecil di tengah segala hambatan, terutama berseliwerannya berita-berita yang meragukan, atau bahkan hoaks, tentang vaksin. Perlu sedikitnya 67 persen dari keseluruhan penduduk Indonesia, atau 182 juta penduduk yang divaksin untuk membuat vaksinasi bisa berjalan efektif. Hanya dengan jumlah itulah apa yang disebut 'kekebalan kawanan' bisa terbentuk, sehingga Covid-19 pun musnah.
Presiden sendiri menyadari hal itu. "Itu perlu sebanyak 182 juta penduduk. Bayangkan, banyak sekali. Memerlukan waktu untuk menyuntik satu-satu," kata Presiden.
Yang lebih menggembirakan adalah manakala vaksinasi itu diberlakukan gratis. Tegasnya, tanpa bayar, bahkan tanpa harus lebih dulu menjadi anggota BPJS. Â Jokowi menampik langsung isu yang berkembang bahwa vaksin Corona gratis hanya untuk peserta BPJS Kesehatan.
"Tidak ada kaitannya dengan anggota BPJS. Kan ada isu itu yang divaksin hanya memiliki kartu BPJS. Tidak. Semuanya, seluruh warga bisa mengikuti vaksinasi," ujarnya.
Kini, sebenarnya yang masih harus dibuktikan adalah kecintaan kita, warga negara, terhadap nasib negeri ini. Bila negara sudah memberikan vaksin itu gratis tanpa bayar, Presiden pun sudah bersedia menjadi orang pertama yang divaksin untuk membuktikan keamanannya, kapan warga negara akan berbondong-bondong menyingsingkan lengan baju?
Bukan untuk berperang melawan penjajah dari negeri lain. Tetapi untuk membuktikan kecintaan dan kepedulian akan nasib negeri ini. Untuk mencapai 67 persen atau lebih penduduk yang divaksin; untuk membangun kekebalan kawanan yang membuat perjuangan dan biaya bergunung-gunung selama ini tak hilang ambyar tanpa menuntaskan tujuan: membebaskan negeri ini dari cengkeraman pandemi Corona. [ ]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI