Dari pernyataan Plato di atas mengandung unsur kesengajaan memoles kepalsuan menjadi kebenaran dengan suatu tindakan menyimpang (manipulatif dan culas) untuk mencapai tujuan. Yaitu, seperti menampilkan wajah kesantunan nan rupawan, menghadirkan angka-angka pencapaian, memoles ayat-ayat hukum, jikalau perlu ayat-ayat kitab suci disitir dan dipelintir demi kepentingan segelintir orang. Pelakunya sadar cara menyimpang tersebut dibutuhkan untuk menutupi realitas. Yakni, realitas yang hanya dapat dirasakan korban; kemiskinan, kelaparan, ketidakadilan, beban hidup semakin menghujam dan lain sebagainya. Penyimpangan realitas ini tidak akan bisa dirasakan oleh indera semata tapi melainkan hati nurani, dengan kesadaran penuh, melihat dan merenungi apa yang terjadi di sekitar.
Kesadaran bahwa ada sesuatu tidak benar pada bangsa ini akan selalu muncul dengan terkuaknya peristiwa-peristiwa seperti kasus Selly dan Melinda, Gayus H. Tambunan, PSSI, Century, dan berbagai persoalan yang menyelimuti negeri ini. Semua itu akan membuat kita mau berkaca pada diri sendiri dan melihat lebih dalam lagi (tidak hanya pada yang tampak). Akhirnya mari jadikan kasus Selly dan Melinda menjadi tempat titik tolak bagi kita untuk (lagi-lagi) mengoreksi diri dan bangsa ini. Buat mbak selly dan tante Melinda, Terima kasih membuat kami introspeksi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI