Mohon tunggu...
Khairina SalsabilaPramono
Khairina SalsabilaPramono Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN Raden Mas Said Surakarta

Saya suka menulis dan memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menghadapi Stigma Mental Health di Lingkungan Kampus

24 November 2024   21:22 Diperbarui: 24 November 2024   21:23 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesehatan mental adalah kondisi psikologis, emosional, dan sosial yang memengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku. Setiap orang mempunyai kondisi psikologis yang berbeda-beda, orang yang sehat mental mampu mencapai potensi maksimalnya, sedangkan orang yang  mengalami gangguan mental memiliki masalah dalam mengendalikan suasana hati, pikiran, dan emosinya, sehingga mungkin dapat menyebabkan seseorang berperilaku buruk. Gejala gangguan jiwa antara lain kesedihan yang berkepanjangan, stres, kecemasan atau ketakutan, tekanan orang-orang di sekitarnya, ketidakmampuan mengendalikan emosi, pikiran untuk menyakiti diri sendiri, dan kehilangan  konsentrasi. Penyebab gangguan jiwa pada masyarakat antara lain riwayat keluarga, pengalaman kekerasan fisik, perundungan, trauma atas peristiwa yang dialami, kesepian, dan ketergantungan pada alkohol atau obat-obatan (Novita, 2023).

Gangguan mental ini bisa terjadi oleh siapa saja mulai dari anak -- anak, remaja, dewasa, hingga orang lanjut usia. Maka dari itu, pentingnya kita untuk berfikir positif, istirahat yang cukup, terbuka pada orang lain yang dipercaya, bersyukur terhadap apa yang dimilikinya, menghargai diri sendiri, dan menjaga hubungan baik dengan keluarga, teman ataupun masyarakat sekitar (Florencia, 2023). The Health and Safety Executive (HSE) melaporkan bahwa pada tahun 2023, terdapat 1,8 juta orang mengalami penyakit akibat kerja, 875.000 mengalami stress, depresi, dan kecemasan. Mengutip laman tirto.id, di Indonesia, kasus depresi yang ditemukan sebanyak 9.162.886 kasus dengan prevalensi 3,7%. Angka ini kemungkinan akan terus bertambah setiap tahun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Ini artinya Indonesia sedang gawat darurat. Sebagai salah satu contoh yang sering terkena gangguan mental adalah mahasiswa. Mahasiswa merupakan salah satu populasi yang rentan terhadap kesehatan mental, dalam beberapa tahun terakhir ini banyak kasus mahasiswa bunuh diri karena perundungan, tugas kuliah, skripsi yang tidak kunjung selesai, terlilit hutang pinjaman online, tuntutan prestasi dan lain -- lain. Sebagian dari mereka ada juga yang dirawat di rumah sakit jiwa karena mengalami depresi. Namun, Sebagian dari mereka biasanya malah memandang rendah orang yang terkena gangguan mental dengan perkataan "lebay'', "lemah'', "cupu'' dan lain sebagainya, dengan perkataan mereka seperti itu membuat seseorang yang terganggu mentalnya tambah down. Tingginya angka penderita gangguan mental yang menjadi faktor bertambahnya angka kematian.Tingginya angka kasus yang terjadi membuat kita perlu mengetahui apa yang menjadi penyebab kesehatan mental bisa terjadi. Mengetahui gejala kesehatan mental merupakan bentuk proteksi diri.

 Berikut ini gangguan kesehatan mental yang sering terjadi :

  • Gangguan Kecemasan 

Kondisi psikologis ini ditandai dengan rasa takut dan khawatir yang berlebihan.Korban merasakan berbagai ketakutan tanpa alasan yang jelas. Gangguan kecemasan dapat menyebabkan serangan panik yang berlangsung dalam jangka waktu lama dan sulit  dikendalikan.

  • Depresi 

Gangguan jiwa ini ditandai dengan rasa bersalah yang berlebihan, perasaan sedih yang berkepanjangan, dan hilangnya minat beraktivitas. Pikiran tentang kematian atau bunuh diri juga merupakan gejala orang dengan depresi mempunyai risiko lebih tinggi untuk melakukan  bunuh diri.

  • Gangguan Bipolar 

Gangguan bipolar  ditandai dengan perubahan suasana hati yang drastis.Orang yang terkena dampak bisa sangat bahagia dan kemudian  sangat sedih. Lalu sering membuat keputusan emosional  yang kemudian disesali kemudian hari.

Menurut WHO, ada beberapa kemungkinan faktor risiko gangguan jiwa diantaranya :

  • Faktor Genetik

Orang dengan riwayat keluarga dengan gangguan jiwa lebih mungkin mengalami gejala serupa. Namun, bukan berarti orang tua yang sakit jiwa akan melahirkan anak yang sakit jiwa. Faktor genetik ini membuat keturunannya lebih mungkin menderita gangguan jiwa. Faktor lingkungan dan pertumbuhan pribadi juga harus dipertimbangkan.

  • Faktor Ekonomi 

Kondisi ekonomi dapat mempunyai dampak yang signifikan terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, seperti kemiskinan yang erat kaitannya dengan gangguan jiwa. Bukan hanya depresi dan stres yang  dialami orang, tapi kecemasan juga akan kehilangan pekerjaan atau mata pencaharian juga bisa menjadi risiko bagi penderita penyakit mental.

  • Faktor Fisik 

Orang yang mengalami kekerasan fisik, seperti kekerasan dalam rumah tangga atau kekerasan seksual, mempunyai dampak yang signifikan terhadap kesehatan mentalnya. Penanganan yang tidak tepat pada kasus ini dapat mengakibatkan trauma jangka panjang dan gangguan jiwa.

  • Faktor Sosial 

Orang yang mengalami diskriminasi diperlakukan berbeda oleh orang disekitarnya. Perlakuan yang berbeda ini membuat masyarakat enggan bersosialisasi dan akhirnya memilih  mengisolasi diri. Hal ini dapat meningkatkan risiko gangguan  mental.

Upaya pencegahan gangguan jiwa dapat dilakukan melalui tindakan skrining.Tujuan skrining adalah untuk  lebih cepat mengidentifikasi atau menentukan risiko seseorang terkena gangguan jiwa. Hal ini penting karena masalah kesehatan mental yang terlambat terdeteksi dapat berdampak negatif pada kualitas hidup. Semakin dini terdeteksi, semakin efektif pengobatan masalah psikologis (Saputra, 2024).

Seseorang yang mengalami gangguan mental harus didukung dengan memberi motivasi -- motivasi  yang dapat memperbaiki mentalnya. Dukungan keluarga juga sangat dibutuhkan pada saat masa -- masa seperti ini, karena keluarga lah yang tahu perilaku kita dan bisa menciptakan kerhamonisan keluarga. Selain itu, dukungan sosial juga perlu contohnya seperti memiliki teman yang siap mendengarkan keluh kesah kita dan dapat memberikan solusi permasalahan tersebut.

Kurangnya edukasi masyarakat dan keterbukaan mengenai gangguan jiwa mungkin menjadi penyebab mengapa masalah kesehatan jiwa begitu sering terjadi. Pendidikan kesehatan jiwa sangat penting karena kesehatan jiwa sama pentingnya dengan kesehatan jasmani, ketika tubuh terganggu maka pikiran dan psikologi pun  ikut terganggu. Pendidikan masyarakat juga harus dilakukan, ingatlah bahwa orang yang menderita gangguan jiwa ini tidak boleh dihindari atau diisolasi, tetapi harus mendapat  pengobatan yang tepat. Oleh karena itu, sangat penting memberikan pendidikan kesehatan mental sejak dini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun