Mohon tunggu...
Khairina Retnaningtyas
Khairina Retnaningtyas Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Kuala Pembuang, Kalimantan Tengah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Temperamen terhadap Kestabilan Emosi Anak

29 September 2021   08:06 Diperbarui: 29 September 2021   08:32 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Temperamen (Sumber: Pixabay)

Kompetensi sosial emosi anak dikatakan berhasil apabila anak mampu mengendalikan emosi, mandiri, mampu berkomunikasi dan bersosialisasi dengan lingkungan.

Emosi akan selalu berkembang dan dipahami seiring dengan perkembangan anak. Ketika memulai dari perkembangan paling dasar, yaitu saat keinginan bayi terpenuhi maka mereka akan menunjukkan rasa aman dan nyaman terhadap keluarganya. Maka sejak masa inilah anak akan bereksplorasi terhadap lingkungannya sehingga memudahkan mereka untuk beradaptasi dalam tahapan-tahapan berikutnya. 

Pada masa golden age aktivitas anak akan dikendalikan oleh sel-sel otak. Oleh karena itu, apabila ingin mempercepat proses belajar anak dan dengan hasil yang optimal maka sebagai orang dewasa kita harus memperhatikan dan memahami emosi anak (Sukatin et al., 2020). Maka dengan begitu emosi anak akan terkendali sehingga proses pematangan emosi menjadi lebih baik dan tentunya mereka akan memanfaatkan emosi secara positif.

Pada usia prasekolah, selain untuk meningkatkan perkembangan kognitif, perkembangan sosial emosional juga penting bagi perkembangan mental agar anak dapat merasakan kesejahteraan, selain itu juga untuk kesiapan sekolah dan keberhasilan akademik anak. Apabila sosial dan emosi anak terkendali, besar kemungkinan potensi anak juga akan ikut berkembang dan anak akan menjadi individu yang lebih dewasa dalam berperilaku. Kompetensi sosial emosi anak dikatakan berhasil apabila anak mampu mengendalikan emosi, mandiri, mampu berkomunikasi dan bersosialisasi dengan lingkungan (Kusramadhanty, 2019).

Ketika anak memasuki masa prasekolah, maka lingkungan anak untuk bersosialisasi akan semakin luas pula. Adanya lingkungan sosialisasi yang luas anak akan membentuk dan memiiki hubungan baik dengan teman sebaya, sehingga anak akan memiliki kemampuan untuk mengekspresikan emosinya dengan baik. 

Saat memasuki tahapan ini anak akan menunjukkan kekuatan dan kontrol diri terhadap lingkungan melalui sebuah interaksi. Pada tahapan ini jugalah anak akan ditantang untuk menghadapi lingkungan sosial yang lebih luas lagi. Anak yang berhasil yaitu anak yang kompeten dalam memimpin. Lain halnya dengan anak yang gagal, mereka akan merasa ragu, bersalah bahkan kurang berinisiatif dalam hal apapun.

Pada masa prasekolah anak cenderung memiliki beberapa permasalahan mengenai sosial emosi seperti kesulitan dalam menyesuaikan diri, egosentris (baca: Kontrol Egosentris Anak dengan Kemampuan Menoleransi Rasa Frustasi), agresif, bahkan antisosial.

Selain itu, tempramen juga dapat mempengaruhi perkembangan sosial emosi anak. Menurut Srelau (dalam Kusramadhanty, 2019) Allport mengemukakan sebuah teori mengenai kepribadian, bahwa temperamen merupakan salah satu komponen kepribadian yang mengarah pada gambaran karakteristik sifat emosional setiap individu yang diwariskan secara genetik, rentan terhadap stimulasi emosi, kecepatan dan kekuatan respon dan kualitas suasana hati. Emosional yang berasal dari kepribadian adalah salah satu hal yang menjadi dasar biologis tempramen.

 Dapat diartikan bahwa antara tempramen pada masa kanak-kanak dan struktur kepribadian orang dewasa sudah pasti memiliki keterikatan sehingga hal tersebut dapat dijadikan sebuah konsep. Selain itu, kepribadian orang dewasa juga harus dipahami agar dapat menjadi sebuah hasil dari pengalaman dimasa kecilnya. Adapun pendapat lain yang menyebutkan bahwa temperamen merupakan kehidupan emosional individu yang mencirikan suasana hati. Artinya, temperamen merupakan faktor yang dapat memberikan pengaruh terhadap fungsi sosial dan emosi anak.

Temperamen merupakan karakteristik anak, selain itu gaya pengasuhan berperan sebagai karakteristik lingkungan, juga sebagai korelasi antara hasil kompetensi sosial anak di lingkungannya. Peran orang tua terhadap temperamen anak sangatlah penting, sebuah penelitian menyatakan bahwa semakin orang tua memahami temperamen anak, maka semakin mengerti pula orang tua tentang respon yang akan diberikan kepada anak. 

Respon yang diberikan pun tentunya sangat konsisten sehingga temperamen anak akan lebih mudah dikendalikan. Namun, berdasarkan penelitian Verron dan Teglasi (dalam Kusramadhanty, 2019) menjelaskan bahwa jika anak merasa kesusahan untuk menunjukkan kesulitannya dalam mengendalikan amarah, maka anak tersebut memiliki karakteristik temperamen. Jika tidak bisa dikendalikan maka dapat menghambat pemahaman emosi anak dan dapat menjadi dampak buruk sehingga interaksi soial anak juga akan ikut terpengaruh.

Apabila anak memiliki temperamen dan pengendalian diri rendah maka dapat dikatakan bahwa permasalahan emosi mereka belum terlalu matang. Anak dengan temperamen yang emosional, kompetensi sosialnya cenderung rendah sedangkan mereka memiliki masalah sosial yang tinggi.

Maka dari itu, peranan orang tua disini sangat berpengruh terhadap kestabilan emosi anak. Hal yang perlu diperhatikan orang tua untuk mengerti temperamen anak yaitu dengan memberikan pengasuhan yang baik dan benar, agar anak memiliki kepribadian yang positif disetiap rentang usianya.

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan lingkungan yang sering berinteraksi langsung dengan anak. Interaksi dalam keluarga ini pula yang dapat menjadi bagian penting dalam pembentukan dasar kepribadian seorang anak. Anak akan menyerap apa yang dilihatnya dari lingkungan keluarga seperti perilaku, tutur kata dan reaksinya terhadap lingkungan. Tugas orang tua yaitu memberikan pengasuhan yang berkualitas terhadap anak-anaknya agar mereka mencapai perkembangan yang optimal.

Bahkan dengan proses pengasuhan inilah anak akan melakukan penyesuaian antara temperamen dan sifat anak dengan orang tuanya. Temperamen berperan sebagai karakteristik anak, sedangkan gaya pengasuhan yang diterima anak merupakan karakteristik lingkungan. Berdasarkan teori kepribadian, temperamen merupakan penggambaran perilaku individu berupa respon berdasarkan emosi yang dirasakannya. Temperamen juga didefinisakan sebagai respon terhadap emosi, kualitas suasana hati, kecepatan dan kekuatan bereaksi serta faktor keturunan yang kemungkinan berpengaruh.

Sumber:

Kusramadhanty, M. (2019). Temperamen dan praktik pengasuhan orang tua menentukan perkembangan sosial emosi anak usia prasekolah. Persona:Jurnal Psikologi Indonesia, 8(2), 258--277. https://doi.org/10.30996/persona.v8i2.2794

Sukatin, S., Chofifah, N., Turiyana, T., Paradise, M. R., Azkia, M., & Ummah, S. N. (2020). Analisis Perkembangan Emosi Anak Usia Dini. Golden Age: Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini, 5(2), 77--90. https://doi.org/10.14421/jga.2020.52-05

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun