Anak-anak itu sangat unik karena mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang meliputi aspek fisik, kognitif, sosial emosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang sesuai dengan tahapan usia masing-masing.
Setiap anak pasti akan mengalami tahap tumbuh dan berkembang. Tahapan ini dimulai sejak anak masih dalam kandungan hingga usia 18 tahun.Â
Periode paling penting pada tahap tumbuh kembang adalah ketika anak menginjak usia 5 tahun atau the golden periode. Pada masa emas ini rasa ingin tahu anak semakin tinggi dan mereka akan menyerap berbagai macam informasi dari lingkungan sekitar.
Anak-anak dikatakan unik karena pola pertumbuhan dan perkembangan mereka meliputi aspek fisik, kognitif, sosial emosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang sesuai dengan tahapan usia yang dilalui anak.Â
Fisik dan mental anak juga akan selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan seiring dengan bertambahnya usia anak.
Sosial emosional adalah tahapan yang menekankan pada perkembangan tingkah laku anak. Pada tahapan ini pula anak akan melakukan penyesuaian diri dengan lingkungannya berdasarkan aturan-aturan yang ada.Â
Maksudnya, anak akan melalui proses belajar dalam menyesuaikan diri dengan norma, moral dan tradisi yang ada dalam lingkungan masyarakat.
Perkembangan sosial emosional merupakan salah satu dari proses belajar anak. Maka dengan begitu proses belajar akan memberikan pengaruh terhadap perkembangan pada tahap selanjutnya.Â
Proses belajar yang telah dilakukan anak sejak  bayi hingga memasuki usia sekolah dapat menjadi dasar yang kuat dan lebih siap lagi untuk mengembangkan kemampuan sosial emosional pada tahapan yang lebih rumit.
American Academy of Pediatricts (dalam Nurmalitasari et al., 2015) mengatakan bahwa kemampuan anak dalam perkembangan sosial emosional yaitu untuk:
- Anak memperoleh pengetahuan dalam mengelola dan mengekspresikan emosi dengan baik, baik itu negatif maupun positif.
- Menjalin hubungan dengan orang tua, teman sebaya dan orang dewasa dilingkungan sekitar.
- Aktif dalam mengenal lingkungan sekitar.
Dalam perkembangan sosial emosional ini, Piaget mengatakan bahwa anak memiliki sifat egosentris yang tinggi. Hal ini dikarenakan anak belum dapat berpikir melalui perspektif orang lain dan melihat cara pandang yang berbeda terhadap lingkungannya.Â
Pada tahap ini pula anak hanya memikirkan dirinya sendiri dan belum memahami bagaimana cara bersosialisasi yang baik terhadap orang lain.
Perkembangan sosial anak bermula dari hubungan antara anak dengan anggota keluarganya terutama dengan orang tua. Selanjutnya, anak akan mulai berinteraksi dengan orang disekitarnya. Contohnya bermain bersama teman sebaya atau dengan orang dewasa dilingkungannya.
Tuntunan dan perlakuan orang tua terhadap anak sangat penting dan berpengaruh pada anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan dan norma yang berlaku di masyarakat.Â
Pengenalan ini pula lah yang disebut dengan sosialisasi. Selain itu, sosial emosi anak juga diperoleh dari kematangan usia dan juga melalui kesempatan belajar anak dengan respon terhadap tingkah laku.
Memasuki usia 4 tahun, perkembangan sosial anak sudah memasuki tahap yang lebih kompleks. Pada usia ini pula anak mulai memasuki taman kanak-kanak, anak akan mulai belajar dan bermain bersama teman sebayanya.Â
Dengan bermain bersama maka secara tidak langsung anak-anak sudah bisa membentuk sebuah kelompok bermain.
Terbentuknya kelompok inilah yang dapat memberikan perkembangan pada anak, contohnya, anak-anak mulai mengerti aturan-aturan di lingkungan sekitar, anak mulai mematuhi aturan, mengerti kepentingan orang lain dan anak mulai bersosialisasi dengan teman sebaya.
Jika dipandang dari sisi sosial emosional, bermain merupakan cara yang efektif untuk melatih anak agar lebih memahami perasaan teman-temannya. Maka dari sanalah anak akan memahami dan memecahkan masalah bersama teman-temannya melalui sudut pandang yang berbeda.Â
Emosi memiliki peranan penting bagi perkembangan anak di setiap tahapan-tahapannya. Pada dasarnya anak memiliki kebutuhan emosional seperti rasa aman, dicintai, dihargai, merasa kompeten dan lain sebagainya.
Anak-anak mulai belajar menguasai, mengendalikan dan mengekspresikan emosi yaitu ketika mereka memasuki usia prasekolah. M
ereka akan memhami konsep emosi yang lebih luas lagi seperti kesedihan, kehilangan, cemburu dan bangga, tetapi mereka belum mampu merasakan emosi orang lain. Maka dari itu anak harus memiliki sebuah pengalaman dalam memahami emosi dan bagaimana cara mengatur emosi.
Kemampuan yang harus dikuasai oleh anak agar mampu menghindari amarah dan emosi yang tak terkontrol adalah dengan adanya kemampuan untuk menoleransi rasa frustasi.Â
Ketika anak disuruh untuk melakukan sesuatu yang tidak diinginkannya, maka anak akan bertindak dengan menoleransi frustasi dan mulai belajar bernegosiasi mengenai masalah yang sedang dipecahkan.
Anak yang memiliki kontrol diri yang baik adalah anak yang berhasil dalam menguasai emosinya. Anak diharapkan mampu menahan diri jika dihadapkan dengan situasi tertentu, namun disituasi lain anak juga akan berperilaku ekspresif dan impulsif.
Berikut merupakan hal-hal penting yang perlu dipahami mengenai perkembangan emosional anak:
Usia
Emosi disetiap rentang usia akan selalu berbeda dalam pengekspresiannya. Anak yang memasuki usia prasekolah juga akan merasakan jenuh, mereka akan berusaha untuk mengatur perasaan dan mendorong dirinya agar terus maju. Perbedaan dalam mengekspresikan emosi ini juga termasuk dalam perkembangan kognitif anak. Karena kognitif dan kemampuan kontrol diri saling memiliki keterkaitan yang erat.
Ekspresi wajah
Ekspresi wajah akan berubah-ubah berdasarkan emosi yang dirasakannya. Seiring bertambahnya usia, anak akan semakin mampu untuk mengekspresikan emosi yaitu dengan tersenyum, tertawa, murung dang ekspresi-ekspresi lainnya.
Ekspresi lebih kompleks
Anak usia prasekolah akan menunjukkan ekspresi-ekspresi lain seperti jijik, malu, menyesal dan ekspresi yang sebelumnya tidak pernah ditujukkan saat masih bayi.
Bahasa tubuh
Tidak hanya wajah yang bisa mengekspresikan emosi, anak juga akan menggunakan tubuhnya untuk mengekspresikan suatu emosi. Gerak gerik tersebut dinamakan bahasa tubuh.
Kata dan suara
Dengan bertambahnya usia anak maka ada banyak cara pula untuk mengekspresikan emosi. Mereka bisa melakukannya dengan suara dan menggunakan kata-kata sesuai apa yang dirasakannya.
Ada kalanya emosi anak mengalami ketidakstabilan. Hal tersebut disebabkan oleh faktor yang berpengaruh pada kestabilan emosi, contohnya seperti masalah yang dihadapi dan lingkungan.
Saat anak melakukan proses perkembangan sosial emosianal sudah dipastikan mereka akan melalui berbagai masalah. Umumnya anak akan melalui dan memecahkan masalah-masalah tersebut dengan baik, tetapi ada juga anak yang mengalami hambatan dalam melalui masalah-masalah ini (Kudus, 2019).Â
Anak-anak yang tidak dapat mengatasi masalah ini adalah anak yang memiliki gangguan emosi. Faktor lain yang berpengaruh adalah lingkungan, baik itu lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat.Â
Hal-hal yang mempengaruhi emosi anak dari lingkungan tersebut yaitu status sosial ekonomi dan kebiasaan orang tua.Â
Bahkan faktor dari sekolah pun dapat menimbulkan gangguan emosi bagi anak, yaitu antara lain: anak dan guru memiliki hubungan yang kurang harmonis dan hubungan antara anak dengan teman sebaya.
Sumber:
Kudus, U. M. (2019). Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Pra Sekolah. 10(1), 221--228.
Nurmalitasari, F., Psikologi, P. M., Psikologi, F., & Gadjah, U. (2015). Perkembangan Sosial Emosi pada Anak Usia Prasekolah. 23(2), 103--111.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H