Mohon tunggu...
Khairina Retnaningtyas
Khairina Retnaningtyas Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Kuala Pembuang, Kalimantan Tengah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kontrol Egosentris Anak dengan Kemampuan Menoleransi Rasa Frustasi

19 September 2021   10:35 Diperbarui: 20 September 2021   13:30 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosial Emosional (Sumber Gambar: Pixabay)

ereka akan memhami konsep emosi yang lebih luas lagi seperti kesedihan, kehilangan, cemburu dan bangga, tetapi mereka belum mampu merasakan emosi orang lain. Maka dari itu anak harus memiliki sebuah pengalaman dalam memahami emosi dan bagaimana cara mengatur emosi.

Kemampuan yang harus dikuasai oleh anak agar mampu menghindari amarah dan emosi yang tak terkontrol adalah dengan adanya kemampuan untuk menoleransi rasa frustasi. 

Ketika anak disuruh untuk melakukan sesuatu yang tidak diinginkannya, maka anak akan bertindak dengan menoleransi frustasi dan mulai belajar bernegosiasi mengenai masalah yang sedang dipecahkan.

Anak yang memiliki kontrol diri yang baik adalah anak yang berhasil dalam menguasai emosinya. Anak diharapkan mampu menahan diri jika dihadapkan dengan situasi tertentu, namun disituasi lain anak juga akan berperilaku ekspresif dan impulsif.

Berikut merupakan hal-hal penting yang perlu dipahami mengenai perkembangan emosional anak:

Usia

Emosi disetiap rentang usia akan selalu berbeda dalam pengekspresiannya. Anak yang memasuki usia prasekolah juga akan merasakan jenuh, mereka akan berusaha untuk mengatur perasaan dan mendorong dirinya agar terus maju. Perbedaan dalam mengekspresikan emosi ini juga termasuk dalam perkembangan kognitif anak. Karena kognitif dan kemampuan kontrol diri saling memiliki keterkaitan yang erat.

Ekspresi wajah

Ekspresi wajah akan berubah-ubah berdasarkan emosi yang dirasakannya. Seiring bertambahnya usia, anak akan semakin mampu untuk mengekspresikan emosi yaitu dengan tersenyum, tertawa, murung dang ekspresi-ekspresi lainnya.

Ekspresi lebih kompleks

Anak usia prasekolah akan menunjukkan ekspresi-ekspresi lain seperti jijik, malu, menyesal dan ekspresi yang sebelumnya tidak pernah ditujukkan saat masih bayi.

Bahasa tubuh

Tidak hanya wajah yang bisa mengekspresikan emosi, anak juga akan menggunakan tubuhnya untuk mengekspresikan suatu emosi. Gerak gerik tersebut dinamakan bahasa tubuh.

Kata dan suara

Dengan bertambahnya usia anak maka ada banyak cara pula untuk mengekspresikan emosi. Mereka bisa melakukannya dengan suara dan menggunakan kata-kata sesuai apa yang dirasakannya.

Ada kalanya emosi anak mengalami ketidakstabilan. Hal tersebut disebabkan oleh faktor yang berpengaruh pada kestabilan emosi, contohnya seperti masalah yang dihadapi dan lingkungan.

Saat anak melakukan proses perkembangan sosial emosianal sudah dipastikan mereka akan melalui berbagai masalah. Umumnya anak akan melalui dan memecahkan masalah-masalah tersebut dengan baik, tetapi ada juga anak yang mengalami hambatan dalam melalui masalah-masalah ini (Kudus, 2019). 

Anak-anak yang tidak dapat mengatasi masalah ini adalah anak yang memiliki gangguan emosi. Faktor lain yang berpengaruh adalah lingkungan, baik itu lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. 

Hal-hal yang mempengaruhi emosi anak dari lingkungan tersebut yaitu status sosial ekonomi dan kebiasaan orang tua. 

Bahkan faktor dari sekolah pun dapat menimbulkan gangguan emosi bagi anak, yaitu antara lain: anak dan guru memiliki hubungan yang kurang harmonis dan hubungan antara anak dengan teman sebaya.

Sumber:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun