Mohon tunggu...
Khairil Miswar
Khairil Miswar Mohon Tunggu... Penulis - Esais

Pemulung Buku Tua

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Cita-Cita Indonesia Emas dan Aktor Figuran yang Mengubah Sejarah

10 November 2023   10:21 Diperbarui: 11 November 2023   08:11 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi begini. Saya melihat “sandiwara” politik kita akhir-akhir ini kian menggembirakan. Bagaimana tidak, usia calon presiden dan wakil presiden yang sebelumnya hanya boleh diisi oleh mereka yang berusia minimal 40 tahun sekarang boleh dikatakan tidak berlaku lagi, selama mereka punya pengalaman menjadi kepala daerah dan pernah dipilih dalam Pemilu. Keputusan yang dibuat MK ini, walau sedikit kontroversial sampai-sampai mendorong Tempo.co menyebarkan beberapa karakter paman di dunia hiburan dalam postingan akun media sosialnya seperti Paman Gober, Paman Muthu, Paman Kikuk, Paman Dolit, Paman Tat dan lalu bertanya paman apalagi?—namun, keputusan ini pastinya sangat menguntungkan bagi siapa saja yang ingin mencetak sejarah, sebagai capres atau cawapres termuda di Indonesia dalam seratus tahun terakhir.

Proses Judicial Review yang melibatkan “aktor paman” sebagai salah seorang hakim dalam keputusan itu telah memberi peluang bagi anak-anak muda untuk berpartisipasi dalam level tertinggi pencalonan politik, yaitu sebagai capres dan cawapres. Ini adalah capaian paling mengharukan menjelang Indonesia Emas pada 2045, di mana peran kaum muda akan menjadi lebih dominan. Dalam hal ini, di pentas politik, yang menjadi ukuran bukan lagi umur, tapi pengalaman yang kemudian diwujudkan dalam frasa baru, yaitu “sudah pernah.”

Cuma saja, netizen kita terlalu usil dan terlihat kurang bisa mencermati capaian ini dengan bijak, sehingga frasa “sudah pernah” ini kemudian digubah dalam berbagai lirik mengharukan, seperti: “Usia membuat SIM minimal 17 tahun, namun kalau sudah pernah mengendarai boleh langsung dibuatkan SIM,” “Usia menikah minimal 19 tahun, namun kalau sudah berpengalaman boleh langsung dinikahkan,” dan seterusnya. Menyimak fenomena ini, memang harus kita akui kalau netizen kita benar-benar kocak dan gemar bercanda.

Dan, saya jadi berpikir bagaimana kalau nantinya, di masa depan, ayah dan anak bisa bersanding menjadi capres dan cawapres. Toh sejauh ini tidak ada aturan yang melarang demikian. Kalau pun ada, bukankah bisa dilakukan Judicial Review. Siapa tahu di masa depan ada karakter-karakter paman lainnya yang lebih akrobatik sehingga segalanya menjadi mungkin. Ya, seperti kita lihat di film-film bahwa sosok paman memang cenderung punya lebih banyak akal ketimbang aktor utama, meskipun dalam tayangan-tayangan layar lebar paman hanya menjadi figuran. Begitu pun dalam dunia nyata, sosok paman yang semula hanya figuran juga bisa mengubah sejarah ketika aktor utama terlihat malu-malu.

Nah, yang menjadi pertanyaan sekarang, setelah mencermati realitas kekinian, apakah pembahasan tentang nepotisme atau dinasti politik masih relevan diperbincangkan dalam perkuliahan politik di tanah air? Apakah mengutuk rezim Orde Baru yang kononnya korup dan nepotis masih dianggap sebagai kepantasan? Saya pikir, itu semua sudah menjadi masa lalu ketika karakter paman berhasil memainkan peran.

Lalu, bagaimana dengan doa Said Nursi yang ngotot meminta perlindungan dari godaan setan dan politik? Untuk menjawab pertanyaan pastinya kita harus kembali pada dua aktor di masa lalu: Adam dan Ibrahim. Jika capaian ini kita anggap sebagai kejayaan demokrasi, maka jadilah Adam. Sebaliknya, jika fenomena ini mengusik kewarasan, jadilah Ibrahim. Itu!BPACBPAC

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun