Sudah menjadi rahasia umum jika laki-laki dan perempuan memiliki pola dan jalan pikiran yang berbeda. Semakin sering laki-laki dan perempuan berdebat, bisa jadi semakin tidak akan ada titik temu di dalam perdebatan tersebut.
Sama halnya seperti yang dialami oleh Tino dan pacarnya malam minggu yang lalu. Tino bercerita kepada Aji, teman dekatnya, bahwa ia dan pacarnya baru saja putus. Kepada Aji, Tino bercerita:
Tino: "Kenapa ya Ji, cewek itu susah banget dimengerti kemauannya?"
Aji: "Emang kenapa sih, kau baru putus sama pacarmu ya?"
Tino: "Iya, padahal cuma gara-gara masalah sepele doang!"
Aji: "Masalah apa rupanya?"
Tino: "Jadi kan, malam minggu kemarin dia bilang mau kursus bahasa Inggris di Kampung Inggris, gue suruh dia ikut kursus online aja dia gak mau. Katanya dia mau kursus bareng temennya di sana. Gue tetep gak ngizinin dia berangkat, tapi dia tetep juga ngotot. Akhirnya dia minta putus. Ya terserahlah, gue bilang aja gitu."
Aji: "Ya kau pun posesif kali jadi orang, minta putus lah dia. Lagian kenapa kali rupanya kalo pacarmu itu mau kesana?"
Tino: "Lu gak tau sih. Diantara temen-temen yang bareng sama dia kesana nanti itu ada mantannya!"
Aji: "Oh iya nya?!"
Tino: "Iyalah, makanya itu gue posesif. Bisa aja mereka balikan di sana trus ngapain aja mereka di sana aku juga gak akan tau kan."
Aji: "Iya juga lah itu, bahaya memang."
Tino: "Udah gue bilang ke pacar gue itu, kalo mau kursus kan bisa kursus online. Mana kursus online gratis juga ada kan. Dia malah nangis, dia bilang gue ngekanglah, inilah, itulah. Memang sih, dia punya cita-cita kuliah di luar negeri. Trus dikatain juga kalo gue itu gak dukung mimpinya. Entahlah pusing gue Ji"
Aji: "Hmm..."
Tino: "Apaan itu 'hmm' doang, ngeledek lu ya!"
Aji: "Enggak, ini aku baru dapat pencerahan dari langit"
Tino: "Pencerahaan apaan, ngaco Lu!"
Aji: "Kau denger lah dulu. Aku pernah punya masalah yang sama kayak yang kau alami sekarang. Jadi dulu itu aku sempat curhat ke kawan, kebetulan dia orang Psikologi. Dia gak ngasi solusi tentang hubungan pacaran kami, tapi dia ngasi tau kenapa laki-laki banyak memakai logika, sedangkan perempuan itu lebih pake perasaan"
Tino: "Emang apa alasannya?"
Aji: "Ini..ini.. kau baca chat dari kawanku itu, masih ku simpan di hapeku"
Kenapa Laki-laki Banyak Memakai Logika, Sedangkan Perempuan Memakai Perasaan
Pada umumnya, laki-laki dan perempuan sama-sama menggunakan logika dan perasaan. Hanya saja, semua itu tergantung pada individu mereka masing-masing. Nah tapi, kenapa dalam kenyataannya kita sering menemui bahwa seorang laki-laki lebih logis dan perempuan lebih memiliki banyak perasaan?
Hal ini bisa terbentuk oleh banyak faktor, namun yang paling penting adalah bagaimana cara mereka, laki-laki dan perempuan, menggunakan kemampuan otaknya.
Otak laki-laki 10% lebih besar jika dibandingkan dengan otak perempuan, tapi itu bukanlah penentu kecerdasan. Karena secara ilmiah sudah terbukti bahwa, Hippocampus atau bagian dari otak yang berperan dalam penyimpanan memori perempuan secara umum jauh lebih besar dari laki-laki. Hal ini membuat perempuan dapat menyimpan memori yang lebih banyak. Selain itu, otak perempuan juga lebih sering memakai pemrosesan yang berkaitan dengan emosional.
Perempuan juga lebih sering memakai area otak yang terdapat Neuron Cermin. Neuron cermin adalah neuron yang mencerminkan gerakan orang lain. Contohnya: saat kita melihat orang lain melakukan sesuatu, neuron cermin berpendar seolah kita juga melakukan hal yang sama. Neuron cermin inilah yang membuat perempuan dapat mengambil sudut pandang orang lain, sehingga perempuan lebih memahami perasaan orang lain.
Sedangkan laki-laki tidak seperti itu. Laki-laki lebih sering memakai otak untuk memahami sesuatu yang mudah dan logis daripada memikirkan tentang kerumitan perasaan atau emosional.
Penilaian umum yang menyebut laki-laki lebih kuat dan tidak mudah jatuh secara emosional juga membuat mereka berkembang dalam memakai sesuatu secara rasional dan tidak lebih banyak dari emosional. Seperti halnya laki-laki tidak lebih banyak menangis dibandingkan perempuan, ini menunjukkan bahwa perempuan lebih dominan dalam mengolah perasaan atau emosi.
Kawan Aji yang anak Psikologi
2022
Tino: "Udah segini doang?"
Aji: "Iya. Kau berharap apa rupanya? Novel?"
Tino: "Gak ada solusinya kalo cuma gini doang kan"
Aji: "Kau masih belum berpikir jernih sekarang. Kalo yang aku tangkap dari kiriman kawanku itu gini: perempuan itu bisa berpikir lebih jauh dari yang kita pikirkan. Contohnya aja waktu kau bilang kalo pacarmu itu nangis dan nganggap kalo kau gak dukung cita-citanya, dia udah bisa memposisikan dirinya itu di kau. Dia anggap kau gak dukung cita-citanya padahal kau udah tau, yang kau paksakan cuma kecurigaanmu kalo nanti dia di sana bakal balikan sama mantannya doang kan. Makanya itulah dia nangis dan minta putus, bisa juga nanti malah dia bener balikan sama mantannya yang bareng belajar bahasa Inggris di sana"
Tiba-tiba Tino pergi dan meninggalkan Aji yang baru saja menjelaskan pendapatnya.
Aji: "Eh sialan, pergi pulak kau aku belum selesai ngomong!"
Tino: "Udah...udah bro. Gue udah paham. Gue mau ke rumah pacar gue itu, gue dukung kok cita-citanya. Tapi gue juga harus ikut belajar dan dapet beasiswa luar negeri sama kayak dia. Yaudah makasih ya, gue cabut dulu"
Dan Aji pun ditinggalkan dengan tidak damai.
Aji: "Sial kali ku rasa ngasi masukan sama kawan yang taunya cuma manas-manasin hati aja. Dia enak pacaran, lah aku?! Nasib...nasib..."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H