Meski hanya sebuah kisah novel yang difilmkan, gambaran bahwa romantika dapur yang menciptakan makanan dapat mengubah semangat masyarakat. Apalagi dari suatu makanan bergizi.
Dapur dari penyedia makanan bergizi gratis saat ini diharapkan memberikan sebuah semangat dan motivasi. Dampak psikologis dari program makan bergizi gratis ini akan menciptakan kreativitas sejauh melibatkan partisipasi rakyat.
Ada dinamika pembuatan menu di dalamnya. Ini sebuah tantangan. Berkreasi.
Tidak semua anak disajikan menu yang sangat lengkap oleh orang tuanya. Terkadang, ada nasi dan hanya ada 1 lauk dan dibantu dengan air putih. Itu sudah cukup dan dia pun kenyang dan berangkat sekolah. Â Namun dengan program makan bergizi gratis ini, makanannya jadi lengkap. Ada buah-buahannya. Ada ikan dan lauknya. Tentu ini membuat semangat tersendiri bagi si anak.
Gambaran lainnya, ada anak yang biasanya di perkotaan, terbiasa dengan menu fried chicken yang mungkin (maaf) harganya lebih mahal. Sehingga anak itu tak begitu tertarik dengan menu yang disajikan dari program ini. Tapi sudahlah. Kita tidak perlu memperdebatkan menu menu yang disukai atau tidak disukai anak dari sisi harga. Intinya, kita berharap dapat membangun sebuah budaya memberikan gizi yang seimbang.
Selain yang tergambar di atas, tak bisa dipungikiri ada gambaran lain dari kehidupan anak anak di negara ini. Misalnya, di banyak desa, digambarkan keberadaan sosok anak seperti Temon. Temon adalah seorang anak dalam film Serangan Fajar, film perjuangan di era 80-an. Dia bocah kecil pemberani dari keluarga tak mampu.
Dalam pandangan generasi X dan Y, Temon memiliki mental pekerja keras dan mampu berjuang dalam situasi Indonesia yang sulit saat itu.
Tergambarlah, bagaimana situasi makan bergizi gratis ini diisi jiwa-jiwa seperti Temon, yang mewakili tekad anak anak Indonesia untuk maju.
Untuk generasi Milineal dan Gen Z, wajah Temon seperti terwakili dengan Kipli dalam sinetron Kiamat Sudah Dekat. Kipli bahkan merupakan sebuah satir. Bahkan ada cuplikan film yang menyebut "Tidak perlu keliling Indonesia untuk merasakan penderitaan, semua ada didalam wajah anak ini ..." ujar seseorang berambut gondrong saat bertemu Kipli.
Temon atau Kipli yang mungkin tidak terbiasa sarapan pagi. Entah karena orangtuanya terlanjur pergi ke sawah. Ataupun karena orang tuanya sedang mengalami kesulitan ekonomi. Namun dengan jiwa Temon dan Kipli yang memiliki daya juang tinggi membuatnya bersyukur di dalam hati. Bahwa hari yang bersejarah ini dia mendapat makanan bergizi dari negara.
Negara yang kaya ini sebetulnya tidak perlu membeli dengan mahal menu-menu bergizi itu. Tumbuhan sayuran, ternak ayam dan telur mudah ditemui. Lagu Koes Plus Kolam Susu cukup mewakili gambaran Sumbar daya alam Indonesia yang subur dan melimpah.
Hari-hari yang penat ini, di tengah rintik gerimis pada 6 Januari 2025, saat jemari terhenti menekan tombol hp. Suara azan magrib terdengar dari masjid. Anak anak kecil dengan memakai peci dan sarung tampak tertawa berlarian. Mereka kelihatan bahagia hari ini.