Pertama, tren yang tumbuh di masyarakat tidak bisa diabaikan begitu saja. Apalagi melawan arus mainstream dari sesuatu yang digandrungi masyarakat.
Kaum milenial, misalnya, yang juga merupakan pemilik suara potensial tidak bisa di abaikan begitu saja ketika mereka mulai menyukai metaverse. Sangatlah tidak taktis apabila secara politik metaverse diabaikan.
Di masa lalu, saat Facebook muncul, masyarakat sangat antusias. Gambaran peristiwa politik bahkan diukur dari viral atau tidaknya di media sosial.
Keterkaitan facebook dengan dinamika politik di suatu negara tidak diragukan. Publik bisa melihat dari Pilpres AS yang melambungkan nama Trump. Ataupun begitu hangatnya pilgub DKI Jakarta beberapa tahun lalu akibat keberadaan facebook. Akankah hal yang sama terjadi dengan metaverse?
Kendala penerapan metaverse sebetulnya ada pada peralatan VR yang dinilai cukup mahal. Keluaran Facebook sendiri yaitu Oculus Quest 2 lebih dari Rp5 juta. Hanya yang menarik jika kita browsing dari Bukalapak, Shopee dan lain-lain, ada harga VR antara Rp250.000 sampai Rp500.000.Â
Ini mungkin lebih terjangkau meski dari sisi lain misalnya kualitas akan berbeda dengan keluaran Facebook. Lagi pula masih butuh penjelasan apakah ini bisa digunakan untuk metaverse?
Kedua, masa pandemi yang belum sepenuhnya berakhir membuat masyarakat masih terbiasa untuk berada di rumah dan melakukan aktivitas di media sosial.
Tentu saja gambaran kebiasaan masyarakat ini harus di imbangi oleh para politisi dengan mencari cara untuk mensosialisasikan berbagai program secara efektif dan efisien yang dapat meraih simpati dari masyarakat secara luas.
Bukan hanya itu, situasi pandemi yang belum sepenuhnya usai masih membuat pengumpulan massa untuk berkampanye menjadi sesuatu yang belum memungkinkan. Sehingga dicari cara yang lebih efektif untuk melakukan sosialisasi politik.
Sebelumnya kondisi ini dilakukan secara virtual (zoom) dan lain-lain. Tidak saja dilakukan oleh masyarakat, tapi juga Pemerintah. Maka dengan adanya metaverse ruang tiga dimensi, hal ini menjadi tantangan yang menarik bagi politisi.
Saat Korea Selatan berkeinginan merayakan tahun baru 2022 di Balaikota yang dihadiri oleh masyarakatnya di sana secara virtual tiga dimensi, menunjukkan bahwa ada kemungkinan menggunakan metaverse di dalam menjalin pertemuan-pertemuan politik.