Semua berawal ketika saya melihat video clip Efek Rumah Kaca di salah satu acara musik televisi, musiknya enak, liriknya gamblang , dari situ saya mulai cari cari tau Band Efek Rumah Kaca, singkat cerita terjerumuslah saya ke dunia musik indie.
Saya mulai rutin mengakses website www.demajors.com untuk cari informasi band/penyanyi yang baru rilis album (sekedar informasi, demajors itu salah satu label indie) di situ saya 'Kenalan' sama album Penelisik Danilla, pertama denger saya langsung terbuai olah lagu 'Buaian', Â karakter suaranya unik dan musiknya anti manistream.
Setelah mendengarkan semua lagu di album Telisik, fix saya jadi Penelisik (sebutan fans Danilla). Lirik-liriknya sarat akan pesan, tak melulu soal cinta, di lagu berjudul Junko Furuta, Danilla justru terinspirasi dari kasus kekerasan seksual yang terjadi di Jepang, Kekerasan ini menimpa seorang siswi bernama Junko Furuta. Pantas kalau album Telisik masuk ke dalam Rolling Stone Album of The Year.
Tahun lalu Danilla merilis album keduanya yang berjudul 'Lintasan Waktu' , lagu-lagu nya muram namun tidak cengeng, Album Lintasan Waktu adalah album yang hampir 90% lagunya ditulis oleh Danilla sendiri. Tidak seperti album Telisik yang sebelumnya lebih banyak melibatkan Lafa Pratomo dalam penulisan lagu. Danilla menyebutnya sebagai album yang membebaskan dirinya, sebuah album yang penuh dengan kebebasan yang sangat merepresentasikan Danilla dari berbagai sisi.Â
Di album ini saya sangat setuju kalau Danilla disebut sebagai penyampai pesan, Â semakin membuat saya penasaran dan ingin menyaksikan aksi panggungnya secara langsung. Semoga mimpi saya bisa terwujud di SynchronizeFest18
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H