Mohon tunggu...
Khadijatun Nikmah
Khadijatun Nikmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswi Kesehatan Masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pencegahan Permasalahan Stunting Melalui Program Dapur CERIA dengan Pendekatan Smart Gastronomy di Desa Aranio

16 Oktober 2023   12:10 Diperbarui: 16 Oktober 2023   13:22 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pencegahan Permasalahan Stunting Melalui Program Dapur CERIA (Cegah Risiko Stunting pada Anak) dengan Pendekatan Smart Gastronomy di Desa Aranio

Gambaran Umum Masyarakat Mitra

Desa Aranio merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar. Desa Aranio memiliki luas wilayah sekitar 2007 ha. Desa Aranio memiliki batas wilayah yang terdiri dari sebelah utara berbatasan dengan Desa Awang Bangkal Timur Kecamatan Karang Intan, sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Desa Tiwingan Lama Kecamatan Aranio, serta sebelah barat berbatasan dengan Desa Awang Bangkal Barat Kecamatan Karang Intan. Desa Aranio memiliki 3 lingkungan Rumah Tangga (RT) dengan total jumlah penduduk 1288 orang pada data kependudukan tahun 2021. Distribusi jenis kelamin di Desa Aranio didominasi oleh penduduk laki-laki yang berjumlah 673 orang, sedangkan penduduk perempuan berjumlah 615 orang. Mayoritas masyarakat di Desa Aranio bekerja pada sektor pertanian atau perkebunan dan perikanan. 

Identifikasi

Sumber: PKM-PM Dapur Ceria di Desa Aranio, Kab. Banjar
Sumber: PKM-PM Dapur Ceria di Desa Aranio, Kab. Banjar

Kejadian stunting di Indonesia mengalami penurunan dari tahun 2019 sebesar 27,7% menjadi 24,4% di tahun 2021. Namun, penurunan cenderung masih jauh dari target di tahun 2024 yaitu kejadian stunting hingga 14%. Data primer menunjukkan bahwa 9 dari 14 balita di kawasan RT. 01 dan 4 dari 9 balita di kawasan RT.03 mengalami stunting. Kemudian, melanjutkan dengan wawancara mengenai faktor
risiko terjadinya stunting pada balita berusia 0-60 bulan di Desa Aranio, dengan data menunjukkan 76,9% (10 dari 13 balita stunting) mengalami status gizi pendek dan 23,1% (3 dari 13 balita stunting) mengalami status gizi sangat pendek. Adapun riwayat pendidikan terakhir responden bahwa terdapat 67% dari orang tua balita stunting merupakan tamat SD/Sederajat dan 56% dari orang tua balita stunting tidak mengetahui akan stunting dan tidak mengelola menu gizi seimbang kepada anak mereka dari sejak dalam kandungan hingga usia 2-60 bulan. Dari hasil diskusi bersama Sekretaris Desa Aranio didapatkan informasi penyebab dari permasalahan gizi pada kesehatan ibu dan anak di desa tersebut. Permasalahan yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor sumber daya manusia, sarana prasarana pendukung, serta kebijakan (Kemenkes RI, 2019).


Permasalahan gizi merupakan salah satu masalah kesehatan yang saat ini banyak terjadi di Indonesia. Masalah yang paling sering terjadi adalah malnutrisi seperti stunting, wasting, dan obesitas. Stunting menjadi tantangan yang harus dihadapi masyarakat baik lokal maupun global. Peningkatan angka stunting berkaitan erat dengan meningkatnya risiko kesakitan, kematian, dan pertumbuhan motorik anak yang terhambat. Berdasarkan permasalahan stunting maka dilakukan pemberdayaan kepada masyarakat melalui kegiatan Dapur CERIA (Cegah Risiko Stunting pada Anak) dengan Pendekatan Smart Gastronomy di Desa Aranio Kabupaten Banjar yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap keluarga dalam pemberian gizi anak, meningkatkan gizi balita, serta menurunkan angka balita stunting di Desa Aranio.

Alternatif Pemecahan Masalah

Berdasarkan identifikasi permasalahan yang ada, maka diperlukan upaya untuk membantu stakeholder dalam mengatasi masalah stunting. Upaya yang dapat dilakukan adalah berupa peningkatan pengetahuan kepada orang tua terutama ibu hamil dan ibu memiliki balita untuk dapat memberikan menu seimbang sebagai bentuk pencegahan stunting dini terutama pada balita. Masalah gizi yang timbul disebabkan oleh beberapa faktor (multifactor) antaranya lingkungan, seperti ketersediaan, distribusi, dan cara pengolahan bahan makanan yang tidak sesuai hingga faktor karakteristik dari orang tua seperti pendapatan, pekerjaan, pendidikan, dan pengetahuan orang tua (Narishma dkk, 2022).

Sumber: PKM-PM Dapur Ceria di Desa Arani, Kab. Banjar
Sumber: PKM-PM Dapur Ceria di Desa Arani, Kab. Banjar

Dalam konteks ini, keunggulan dari program 'Dapur CERIA (Cegah Risiko Stunting pada Anak) dengan Pendekatan Smart Gastronomy di Desa Aranio Kabupaten Banjar' adalah bahwa program ini tidak hanya memberikan pengetahuan tentang menu seimbang, tetapi juga menerapkan pendekatan Smart Gastronomy yang mengintegrasikan faktor-faktor kecerdasan dalam memilih, memasak, dan mengonsumsi makanan. Pendekatan ini memungkinkan keluarga untuk lebih efisien dalam memilih bahan makanan, memasak dengan cara yang sesuai, dan mengonsumsi makanan yang lebih bergizi, sehingga dapat lebih efektif dalam mencegah stunting pada balita. (Narishma dkk, 2022).

Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan dengan pemberian edukasi risiko stunting dan menu gizi seimbang, praktek checklist jadwal pemberian menu gizi seimbang, dan demo memasak menu gizi seimbang dengan pemanfaatan bahan lokal. Hasil pelaksanaan program Dapur CERIA menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil pre-test dan post-test dari kategori baik pada saat pre-test sebesar 63,4% meningkat saat post-test menjadi 100%, selain itu responden dapat mempraktikkan memasak menu gizi seimbang menggunakan bahan pangan lokal setelah diadakan praktik demo memasak.

Penutup

Pelaksanaan Dapur Ceria (Cegah Risiko Stunting pada Anak) dengan pendekatan Smart Gastronomy yang dilakukan di Desa Aranio Kecamatan Aranio Kabupaten Banjar berjalan dengan lancar. Partisipan mengikuti kegiatan dengan rasa antusiasme yang tinggi dari awal hingga akhir kegiatan. Pada kegiatan edukasi terkait stunting dan menu gizi seimbang untuk pembuatan makanan pendamping ASI, diikuti oleh 45 orang partisipan. Berdasarkan hasil pengisian pre dan post test 30 partisipan dari 45 partisipan yang berhadir menunjukkan hasil yang signifikan, yang artinya terdapat peningkatan pengetahuan partisipan sebelum dan sesudah kegiatan edukasi. Selain itu juga terdapat perubahan sikap partisipan yang mengarah pada sikap positif terhadap pemberian makanan pendamping ASI kepada anak. Setelah demo masak selesai, para ibu dipersilakan untuk mencicipi makanan yang telah dibuat. Selanjutnya para ibu diharapkan dapat mempraktikkan makanan yang telah dibuat tersebut di rumah masing-masing dengan memanfaatkan bahan pangan lokal yang tersedia di wilayah tempat tinggal. 

Harapan ke depan yaitu kegiatan demo masak yang dilakukan di posyandu ini tidak berhenti begitu saja. Maka dari itu juga diharapkan kepada para petugas posyandu untuk memberikan saran menu makanan pendamping ASI kepada para ibu dan mempraktikkannya terlebih dahulu pada kegiatan posyandu. Kegiatan selanjutnya untuk mengembangkan program Dapur Ceria yaitu dapat dilakukan edukasi atau demo memasak dengan metode lainnya untuk dapat meningkatkan pengetauan dan keinginan para ibu dalam mencegah terjadinya stunting pada anak dan menjadikan anak menjadi generasi penerus yang sehat.

Daftar Pustaka

1. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Hidup Bersih dan Sehat. Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. 2016.

2. Narishma V, Roselina D, Budiarto A. Hubungan Karakteristik Orang Tua terhadap Status Gizi Bayi Balita Desa Sungai Kitano Kabupaten Banjar. Sari Pediatri. 2022;24(2):112-118.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun