Mungkin akan lebih real bila saya menjelaskan dengan hal yang pertama kali kita pelajari dalam pelajaran berhitung. 1+1=2. Dan kita menerimanya dengan lapang dada karena kita tidak tahu yang lainnya. Dan kita sepakat akan nilai kebenaran tersebut.
Setelah kuliah lalu belajar MatDis dan LogMat kita jadi tau bahwa 1+1=1. Pasti sempat ada pemberontakan dalam diri ketika mengetahui nilai kebenaran yang lain. Timbulah pertanyaan. Kenapa bisa? Karena konteks keduanya berbeda.
Seorang anak SD baru saja belajar 1+1=2 akan marah bila diberi tahu bahwa 1+1=1. Jangankan anak SD, anak SMA yang mau SPMB pun akan marah. Kalau seseorang sudah bertitel Sarjana mungkin (seharusnya) sudah bisa menerima seseorang yang berkata 1+1=1, walau tidak belajar MatDis dan LogMat. Karena sudah BERSEPAKAT bahwa ilmu adalah sesuatu yang tidak sembarangan ada. Ada proses empirisasi ketika sesuatu sudah menjadi sesuatu bernama ilmu. (kalimat ini adalah rekursif. OMG!!!!)
Jadi, kebenaran adalah sebuah kesepakatan?
Apakah menjadi berarti itu hanya menjadi struktur-struktur baja dalam sebuah bangunan? Padahal secara kimiawi jelas-jelas sesuatu itu adalah pasir penyusun beton. Apa yang akan terjadi jika pasir-pasir ini dipaksa diposisikan sebagai baja? Kita tanyakan pada sarjana teknik sipil kalau begitu.
Kata-kata terakhir….
Say YES to LOOPING, Say NO to REKURSIF…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H