Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder Fifth Edition (DSM-V) disebutkan gejala yang ditunjukkan pada kondisi postpartum depression yakni suasana hati depresif, penurunan minat atau kesenangan dalam beraktivitas, perubahan pola makan, penurunan kualitas tidur, kehilangan energi yang ditandai dengan kelelahan, rasa bersalah dan tak berharga, penurunan konsentrasi, adanya pemikiran untuk menyakiti diri dan atau orang lain, adanya pemikiran berulang tentang kematian. Gejala tersebut dirasakan secara persisten setidaknya selama dua minggu berturut-turut dan dapat terjadi selama kehamilan atau dalam 4 minggu paska persalinan (American Psychiatric Association, 2013).
Agrawal dkk (2022) menyebutkan penyebab munculnya gejala postpartum depression terbagi dalam beberapa kategori, yakni faktor biologis (misalnya : usia saat kehamilan, kehamilan berisiko, proses kelahiran, dll), faktor psikologis (misalnya : adanya riwayat depresi selama hamil, kehamilan yang tidak diharapkan, penolakan terhadap jenis kelamin bayi, stress pengasuhan, dll), dan faktor sosial (misalnya : kurangnya dukungan sosial, mendapat KDRT, tingkat pendidikan dan pendapatan).
Postpartum depression merupakan salah satu jenis gangguan mood yang tercantum dalam DSM -- V. Kondisi postpartum depression bisa muncul dengan atau tanpa gejala psikotik. Gejala psikotik yang bisa muncul yakni adanya halusinasi suara, misalnya suara yang meminta Ibu menyakiti dirinya dan atau bayinya. Oleh karenanya, kondisi tersebut tidak bisa dianggap enteng.
Kadang kala keluarga maupun lingkungan sosial mengganggap bahwa gejala-gejala baby blues atau postpartum depression yang ditunjukkan oleh Ibu paska persalinan sebagai cara mencari perhatian lingkungan. Hingga akhirnya gejala cenderung terabaikan.Â
Penelitian yang dilakukan oleh Cho dkk (2021) menunjukkan bahwa dukungan sosial berpengaruh pada munculnya postpartum depression. Semakin besar dukungan sosial yang didapatkan Ibu paska melahirkan, maka akan semakin kecil potensi gejala postpartum depression muncul. Khususnya pada Ibu yang belum memiliki pengalaman sebelumnya, ibu bekerja, dan ibu yang memiliki body image rendah.
Â
Dukungan dari lingkungan sosial yang bisa diberikan bagi Ibu paska melahirkan yakni
- Bantuan terkait tugas harian (memasak makanan, mencuci baju, dll)
- Memberi ruang aman baginya bercerita, mendengar dengan penuh empati dan tanpa penghakiman
- Bantuan terkait urusan bayi (memberi susu, memandikan bayi, dll)
- Memberi waktu untuknya rehat dan melakukan hal yang dia sukai
- Memberikan dorongan untuk mengakses bantuan profesional jika dirasa gejala semakin memburuk.
Tindakan yang dilakukan oleh Ibu A dan berbagai berita tentang tindakan membahayakan yang dilakukan oleh Ibu kepada bayinya menunjukkan bahwa "Baby blues and postpartum depression are real". Jadi, jangan sepelekan gejala yang muncul, karena akan berdampak pada kondisi Ibu, bayi dan orang di sekitar. Sama dengan gangguan yang lain, kondisi baby blues dan postpartum depression bisa disembuhkan, tentunya dengan pendampingan yang tepat.Â
Salam sehat jiwa untuk Ibu di seluruh dunia.
Referensi :
Agrawal I, Mehendale A M, and Malhotra R. 2022. Risk Factors of Postpartum Depression. Cureus 14(10): e30898. DOI 10.7759/cureus.30898