Mengapa warga NU Madura menjadi pelopor gerakan akar rumput, yang mendesak pelaksanaan MLB, tidak bisa lepas dari prinsip hidup suku Madura itu sendiri. Sejauh ini, sudah populer di publik Indonesia bahwa orang-orang Madura mengusung satu prinsip hidup, yang berisi hirarki ketaatan.
Dalam kebudayaan dan alam sadar manusia Madura, orangtua (bapak-bebuk) berada pada hirarki tertinggi. Disusul kemudian oleh Kiai dan alim ulama (ghuru). Hirarki paling rendah adalah pemimpin (Ratoh). Itulah alasan mengapa komunitas Nahdliyyin yang mengatasnamakan Majelis Ta'lim Langgher Konah menyatakan pihak mereka bersama Kiai Marzuki Mustamar dan mendesak pelaksanaan MLB.
Psikologi sosial warga NU Madura menempatkan posisi Marzuki Mustamar sebagai "Ghuru", sedangkan posisi Yahya Cholil Staquf sebagai "Ratoh" dalam konteks organisasi NU. Menjatuhkan seorang guru dari posisinya jauh lebih berat dari pada sekedar menjatuhkan posisi seorang pemimpin. Dalam konteks psikososial semacam ini, desakan MLB bisa dimengerti.
Terlepas dari bagaimana alam pikir warga Nahdliyyin Madura dan Mayoritas netizen Indonesia sehingga berani mendesak MLB dan membela Kiai Marzuki Mustamar, satu hal yang harus diakui, akar rumput sudah sangat gelisah melihat gaya kepemimpinan Ketua Umum PBNU akhir-akhir ini. Bukan saja terkesan arogan suka membekukan kepengurusan tetapi juga sudah berani melangkah lebih jauh, yaitu menjatuhkan seorang Kiai sepuh dari jabatannya secara tidak hormat.
Jalan Keluar
Suara akar rumput yang mendesak pelaksanaan MLB mau tidak mau memang harus diwujudkan. Tentu saja, NU tidak memiliki sejarah MLB, karena hal itu mirip dengan pemakzulan dalam konteks kepemimpinan negara. Namun, NU juga tidak punya sejarah pemecatan Kiai Sepuh, yang seluruh hidupnya didedikasikan untuk warga NU.
Suara komunitas Majelis Ta'lim Langgher Konah yang berbasis di Madura itu memang pionir, dalam menyuarakan MLB. Dan hari ini aspirasi MLB juga sudah datang dari warga-warga NU. Untuk itu, persoalan MLB sudah menjadi bom waktu yang menunggu momentum untuk meledak.
MLB sendiri memang mendesak untuk dilakukan, bukan saja karena suara akar rumput yang bergemuruh, tetapi upaya reformasi birokrasi dan keorganisasian yang dilakukan oleh Ketua Umum dan jajarannya terlalu banyak mengorbankan nilai-nilai prinsipil, seperti kerendahatian di hadapan Kiai sepuh atau lainnya. Organisasi NU harus dibedakan dari organisasi sekuler lainnya, karena nilai-nilai tradisional harus dilestarikan apapun alasannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H