Mohon tunggu...
Kezia Tamba
Kezia Tamba Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang Mahasiswa yang senang menulis dan menuangkannya dalam sebuah artikel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Daya Saing Ekspor Unggulan Indonesia di Pasar Internasional

10 Mei 2023   21:15 Diperbarui: 10 Mei 2023   21:24 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR UNGGULAN INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

Kezia Tamba, Erika Yohana Simanjuntak 

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Palangka Raya

keziatamba64@gmail.com

rika27092002@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daya saing komoditi ekspor unggulan Indonesia di pasar internasional. Indonesia memiliki sejumlah komoditi ekspor yang memainkan peran penting dalam perekonomian negara ini, dan penting untuk memahami daya saingnya di pasar internasional guna meningkatkan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi. Dari penelitian ini ditunjukkan bahwa di antara komoditas utama di Indonesia, beberapa di antaranya menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Komoditas utama penyumbang terbesar tersebut adalah kelapa sawit, yaitu antara tahun 2010 hingga 2014.

Kata kunci: daya saing, pertumbuhan, kontribusi, ekspor

PERKENALAN

Kepemimpinan pascarevolusioner pada abad ke-19 mendorong pusat-pusat industri baru di seluruh dunia yang dikenal sebagai “dunia beradab baru” atau "pemukiman baru". Dipengaruhi oleh kegiatan impor dan ekspor, terutama ekspor. 

Pesatnya pertumbuhan ekonomi negara-negara maju seperti Inggris Raya, Prancis dan Jerman, karena pertumbuhan ekonominya didasarkan pada perdagangan terstandar, khususnya ekspor. Hal ini menunjukkan bahwa ekspor adalah perdagangan internasional yang merupakan mesin pertumbuhan di negara berkembang, kegiatan ekspor di negara berkembang menaikkan nilai tukar sehingga meningkatkan kekayaan atau pendapatan negara dan secara tidak langsung juga meningkat. pendapatan per kapita (ekspor memungkinkan pertumbuhan asumsi). (Sukawati; 1991)

Dalam negara dengan daya saing perdagangan bebas adalah pemenang, yang berarti bahwa negara tersebut juga mendapatkan keuntungan terbesar dari perdagangan bebas, sementara negara dengan kompetisi yang kurang atau tidak ada kesulitan untuk mendapatkan keuntungan dari perdagangan bebas. perdagangan dan umumnya pasar ke negara lain. Ekspor dapat diartikan sebagai kegiatan yang berkaitan dengan produksi barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri untuk konsumsi luar negeri. Lebih tepatnya, ekspor adalah surplus domestik, lanjutnya dijual ke luar negeri.

PEMBAHASAN

Perkembangan komoditas tekstil dan produk tekstil dapat dilihat melalui fluktuasi nilai ekspor pada tahun 2010-2014. Di antaranya, pertumbuhan ekspor tertinggi sebesar 17% terjadi ditahun 2011, menurun sebanyak -5% ditahun 2012, meningkat sebanyak 3% pada tahun 2013, kemudian terjadinya  penurunan terendah sebanyak 1% pada tahun 2014. Dari tahun 2010 hingga 2014 terlihat bahwa pertumbuhan komoditas elektronik mengalami peningkatan nilai ekspor yang signifikan. Barang elektronik tumbuh 13% pada 2011, 16% pada 2012, turun tajam menjadi 0% pada 2013, dan tumbuh lagi 4% pada 2014. Pertumbuhan komoditas karet dan produk karet dapat berfluktuasi pada nilai ekspor dari tahun 2010-2014. Tumbuh sebesar 46% pada tahun 2011, turun sebesar -23% pada tahun 2012, kemudian naik menjadi -8%, dan turun lagi sebesar 18% pada tahun 2014.

Pertumbuhan komoditas kelapa sawit dapat dilihat dari fluktuasi nilai ekspor dari tahun 2010-2014. Di antaranya, minyak sawit meningkat 28% pada 2011, turun 2% pada 2012, turun hingga -10% pada 2013, dan kembali meningkat 10% pada 2014. Pertumbuhan komoditas hasil hutan dapat dilihat dari fluktuasi nilai ekspor dari tahun 2010-2014. Laju pertumbuhan hasil hutan sebesar 6% pada tahun 2011, turun menjadi -2% ditahun 2012, mengalami kenaikan sebanyak 3% ditahun 2013, dan terjadi peningkatan sebanyak 3% ditahun 2014. Pertumbuhan produk alas kaki dapat dilihat dari pertumbuhan nilai ekspor dari tahun 2010 hingga 2014. Alas kaki meningkat sebesar 32% ditahun 2011, menurun sebanyak 7% di tahun 2012, meningkat sebanyak 10% ditahun 2013, dan menurun sebanyak 6% pada tahun 2014.

Pertumbuhan komoditas otomotif terlihat antara tahun 2010 dan 2012 mengalami perubahan tingkat ekspor. Persentase pertumbuhan otomotif tahun 2011 sekitar 15%; kemudian mengalami kenaikan sebesar 24%, di tahun 2012; mengalami penurunan sebesar -4% pada 2013; dan peningkatan menjadi 6% pada tahun 2014, secara rata-rata. Dari tahun 2010 hingga 2012 dapat dilihat bahwa komposisi nilai ekspor udang mengalami fluktuasi. Pada tahun 2011 terjadi peningkatan tumbuhan udang sebesar 25%, yang pada tahun 2012 mengalami peningkatan tumbuhan udang sebesar 100%, di tahun 2013 tercatat kenaikan pertumbuhan udang sebanyak 1%, dan di tahun 2014 terjadi peningkatan udang tumbuhan sebesar 7%. Dari tahun 2010 hingga 2013 terlihat bahwa tingkat prevalensi komoditas kakao berfluktuasi secara signifikan pada hasil ekspor. perkembangan biji coklat di tahun 2011 sekitar 18%, meningkat menjadi lebih dari 22% di tahun 2012, serta mengalami peningkatan di tahun 2013. sebanyak 9%, kemudian penurunan pertumbuhan di tahun 2014 hampir mencapai 8%. Dari tahun 2010 hingga 2014 dapat dilihat bagaimana harga kopi sangat berfluktuasi pada indeks ekspor. Perkembangan coffee pada Tahun 2011 mencapai 27%, hal ini menurun sebanyak 21% pada Tahun 2012, terjadi penurunan kembali pertumbuhan pada Tahun 2013, menjadi -6%, serta terus menerus mengalami penurunan sebanyak -11% pada Tahun 2014.

ANALISIS PARTISIPASI

Besaran partisipasi di bawah ini diambil dari 10 komoditi yang unggulannya di Indonesia pada tahun 2010 sampai tahun 2014. Pada data diatas dapat kita simpulkan hasil persentase serta tarif sumbangan untuk masing-masing komoditi di tahun 2010 sampai tahun 2014. naik 28%, produk karet peringkat kedua dengan rata-rata 21%, hasil hutan peringkat ketiga mencapai total ekspor 15% USD 45.742.559, kemudia untuk tekstil dan produk tekstil peringkat keempat mencapai rata-rata 15% dengan total ekspor USD 44.126.897, menduduki peringkat ke lima untuk di otomotif dengan rata-rata 9%, total ekspor pada $26.615.151, keenam pada alas sepatu dan ketujuh pada total ekspor $17.297.227. barang kakao dengan rata-rata 2% dari total ekspor $6.438.385, kedelapan barang kopi dengan rata-rata 2% dari total ekspor $5.314.154, kesembilan barang elektronik dengan rata-rata total ekspor nya mencapai  $3.449.909, serta pencapaian yang ke sepuluh sebesar $3.449.909  ekspor 1%, kemudian untk total ekspornya mencapai US$ 1.813.201.

Tabel 1. Pangsa ekspor 10 barang teratas di Indonesia

Komoditi

Tahun

Rata-rata

2010

2011

2012

2013

2014

Sawit

26%

27%

29%

27%

30%

28%

Getah dan Produk Getah

22%

26%

21%

20%

17%

21%

hasil hutan

17%

14%

15%

16%

16%

16%

Tekstil dan produk tekstil

15%

14%

14%

15%

15%

15%

Industri Otomotif

8%

7%

10%

10%

10%

9%

Sepatu

5%

5%

6%

7%

7%

6%

Biji Coklat

3%

2%

2%

2%

2%

2%

coffee

2%

2%

2%

2%

2%

2%

Udang

2%

2%

0%

0%

0%

1%

Elektronik

1%

1%

1%

1%

1%

1%

ANALISIS RCA

 Dihitung RCA menunjukkan industri tekstil serta tekstil di tahun 2010-2013 (RCA>1) berarti daya saing ekspornya lebih baik dari rata-rata daya saing dunia. Pencapaian daya saing tertinggi di tahun 2010 dan 2011 sebesar 1,44. Di tahun 2010-2014  tekstil serta tekstil mempunyai daya saing. Perhitungan RCA menunjukkan bahwa Electronics 2010-2014 (RCA1) berarti daya saing ekspornya lebih baik dari rata-rata daya saing global. Kemudian untuk daya saing tertinggi di tahun 2011 mencapai nilai 1,89. Dan di tahun 2010-2014 produk getah  bersaing pada pasar internasional. Perhitungannya RCA  menyampaikan bahwa industri kelapa sawit di tahun 2010-2014 (RCA > 1) adalah daya saing ekspornya lebih baik dari rata-rata daya saing global. Daya saing yang dicatat pada tahun 2010 adalah  54,28. Kelapa sawit mempunyai daya saing yang sangat kuat di 10 produk ini. Di perhitungan RCA memperlihatkan bahwa industri kehutanan di tahun 2010-2014 (RCA > 1) merupakan daya saing ekspor yang lebih baik dari rata-rata daya saing di dunia. Kemudian untuk pencapaian daya saing tertinggi pada tahun 2014 sebesar 2,84. Di perhitungan RCA menunjukkan industri sepatu di tahun 2010-2014 (RCA>1) berarti daya saing ekspornya lebih baik dari rata-rata daya saing di dunia. Kemudian daya saing yang tercapai pada tahun 2013 sampai 2014 dengan nilai RCA 3,14. Dihitung RCA memperlihatkan bahwa Otomotif di tahun 2010-2014 (RCA1) berarti daya saing ekspornya lebih baik dari rata-rata daya saing global. Serta daya saing yang dicapai di tahun 2011 senilai 6,36. Serta 2012-2014 (RCA1), ini berarti daya saing ekspornya lebih baik dari rata-rata daya saing di dunia. Daya saing tertinggi tejadi di tahun 2010 senilai 4,11. Dan produk biji coklat kompetitif pada pasar internasional. dihitung RCA memperlihatkan  industri coffee di tahun 2010-2014 (RCA > 1) pencapaian daya saing ekspor lebih baik dari rata-rata daya saing di dunia. Pesaing tertinggi berukuran 4,28 di tahun 2013. Kemudian pada tahun 2010-2014 produk coffee mampu bersaing pada pasar internasional. Di antara bahan baku utama Indonesia, alas sepatu dan elektronik, tekstil serta tekstil, getah srta produk getah, kelapa sawit, di produksi hasil hutan, alas sepatu dan coffee meningkat secara signifikan antara tahun 2010 dan 2014 dan kakao, udang dan mobil menurun. Di antara sepuluh komoditas teratas, importir terbesar adalah kelapa sawit, yang menyumbang 28% dari total nilai ekspor 81.636.136 USD pada 2010-2014, dan yang terkecil adalah udang, yang menyumbang hanya 1% dari total nilai ekspor pada tahun 2010. Perhitungan RCA tahun 2014 USD 1.813.201 menunjukkan bahwa sektor tersebut adalah kelapa sawit, hasil hutan, sepatu, biji coklat  coffee.

KESIMPULAN

Di antara bahan baku utama Indonesia, alas sepatu dan elektronik, tekstil serta tekstil, karet serta produk karet, kelapa sawit, di produksi hasil hutan, alas sepatu serta coffee meningkat secara signifikan antara tahun 2010 dan 2014.  dan kakao, udang dan mobil menurun. Di antara sepuluh komoditas teratas, importir terbesar adalah kelapa sawit, yang menyumbang 28% dari total nilai ekspor 81.636.136 USD pada 2010-2014, dan yang terkecil adalah udang, yang menyumbang 1% dari total nilai ekspor pada 2010. Di tahun 2014 USD 1.813.201 dihitung RCA memperlihatkan industri kelapa sawit, hasil hutan, alas sepatu, bii coklat, coffee, karet dan tekstil di tahun 2010-2014 (RCA>1) berarti daya saing produk ekspor hal tersebut lebih baik dari rata-rata daya saing di global. Jumlah tertinggi ada  industri kelapa sawit di tahun 2014 dengan pencapaian RCA sebanyak 54,28. Jika industri elektronika serta otomotif di tahun 2012-2014 (RCA1) berarti daya saing ekspornya lebih baik dari rata-rata daya saing global. Tahun 2012-2014 2014 (RCAandlt;1) berarti ekspor tesebut mmpunyai daya saing yang lemah.

Trimakasih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun