ANALISIS RCA
 Dihitung RCA menunjukkan industri tekstil serta tekstil di tahun 2010-2013 (RCA>1) berarti daya saing ekspornya lebih baik dari rata-rata daya saing dunia. Pencapaian daya saing tertinggi di tahun 2010 dan 2011 sebesar 1,44. Di tahun 2010-2014  tekstil serta tekstil mempunyai daya saing. Perhitungan RCA menunjukkan bahwa Electronics 2010-2014 (RCA1) berarti daya saing ekspornya lebih baik dari rata-rata daya saing global. Kemudian untuk daya saing tertinggi di tahun 2011 mencapai nilai 1,89. Dan di tahun 2010-2014 produk getah  bersaing pada pasar internasional. Perhitungannya RCA  menyampaikan bahwa industri kelapa sawit di tahun 2010-2014 (RCA > 1) adalah daya saing ekspornya lebih baik dari rata-rata daya saing global. Daya saing yang dicatat pada tahun 2010 adalah  54,28. Kelapa sawit mempunyai daya saing yang sangat kuat di 10 produk ini. Di perhitungan RCA memperlihatkan bahwa industri kehutanan di tahun 2010-2014 (RCA > 1) merupakan daya saing ekspor yang lebih baik dari rata-rata daya saing di dunia. Kemudian untuk pencapaian daya saing tertinggi pada tahun 2014 sebesar 2,84. Di perhitungan RCA menunjukkan industri sepatu di tahun 2010-2014 (RCA>1) berarti daya saing ekspornya lebih baik dari rata-rata daya saing di dunia. Kemudian daya saing yang tercapai pada tahun 2013 sampai 2014 dengan nilai RCA 3,14. Dihitung RCA memperlihatkan bahwa Otomotif di tahun 2010-2014 (RCA1) berarti daya saing ekspornya lebih baik dari rata-rata daya saing global. Serta daya saing yang dicapai di tahun 2011 senilai 6,36. Serta 2012-2014 (RCA1), ini berarti daya saing ekspornya lebih baik dari rata-rata daya saing di dunia. Daya saing tertinggi tejadi di tahun 2010 senilai 4,11. Dan produk biji coklat kompetitif pada pasar internasional. dihitung RCA memperlihatkan  industri coffee di tahun 2010-2014 (RCA > 1) pencapaian daya saing ekspor lebih baik dari rata-rata daya saing di dunia. Pesaing tertinggi berukuran 4,28 di tahun 2013. Kemudian pada tahun 2010-2014 produk coffee mampu bersaing pada pasar internasional. Di antara bahan baku utama Indonesia, alas sepatu dan elektronik, tekstil serta tekstil, getah srta produk getah, kelapa sawit, di produksi hasil hutan, alas sepatu dan coffee meningkat secara signifikan antara tahun 2010 dan 2014 dan kakao, udang dan mobil menurun. Di antara sepuluh komoditas teratas, importir terbesar adalah kelapa sawit, yang menyumbang 28% dari total nilai ekspor 81.636.136 USD pada 2010-2014, dan yang terkecil adalah udang, yang menyumbang hanya 1% dari total nilai ekspor pada tahun 2010. Perhitungan RCA tahun 2014 USD 1.813.201 menunjukkan bahwa sektor tersebut adalah kelapa sawit, hasil hutan, sepatu, biji coklat  coffee.
KESIMPULAN
Di antara bahan baku utama Indonesia, alas sepatu dan elektronik, tekstil serta tekstil, karet serta produk karet, kelapa sawit, di produksi hasil hutan, alas sepatu serta coffee meningkat secara signifikan antara tahun 2010 dan 2014.  dan kakao, udang dan mobil menurun. Di antara sepuluh komoditas teratas, importir terbesar adalah kelapa sawit, yang menyumbang 28% dari total nilai ekspor 81.636.136 USD pada 2010-2014, dan yang terkecil adalah udang, yang menyumbang 1% dari total nilai ekspor pada 2010. Di tahun 2014 USD 1.813.201 dihitung RCA memperlihatkan industri kelapa sawit, hasil hutan, alas sepatu, bii coklat, coffee, karet dan tekstil di tahun 2010-2014 (RCA>1) berarti daya saing produk ekspor hal tersebut lebih baik dari rata-rata daya saing di global. Jumlah tertinggi ada  industri kelapa sawit di tahun 2014 dengan pencapaian RCA sebanyak 54,28. Jika industri elektronika serta otomotif di tahun 2012-2014 (RCA1) berarti daya saing ekspornya lebih baik dari rata-rata daya saing global. Tahun 2012-2014 2014 (RCAandlt;1) berarti ekspor tesebut mmpunyai daya saing yang lemah.
Trimakasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H