Mohon tunggu...
Kezia Laura
Kezia Laura Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia

Maba yang hobi menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Lutung Kasarung dengan Bahasa Gaul

29 November 2024   15:06 Diperbarui: 29 November 2024   15:06 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Pada masa kini, semakin banyak inovasi dalam upaya melestarikan budaya, misalnya cerita rakyat. Upaya tersebut dilakukan agar budaya Indonesia yang kaya tidak tergerus oleh kemajuan masa yang semakin modern. Salah satu upaya melestarikan budaya berupa cerita rakyat adalah dengan melakukan transformasi dalam bentuk lain, seperti drama musikal. EKI Dance Company menampilkan pentas drama musikal yang mengangkat cerita rakyat Lutung Kasarung di Galeri Indonesia Kaya pada 14 September 2024. Adapun video musikal tersebut dapat diakses melalui kanal Youtube Galeri Indonesia kaya. Transformasi cerita rakyat Lutung Kasarung menjadi drama musikal dibuat unik dari segi penggunaan bahasa sehari-hari yang sederhana dan kekinian, ditambah interaksi yang dilakukan dengan penonton dan candaan humor. Hal tersebut menjadi daya tarik, sehingga penonton merasa semakin penasaran.

Sebelumnya drama musikal Lutung Kasarung sudah pernah dipertunjukkan melalui tayangan #MusikalDiRumahAja di kanal Youtube Galeri Indonesia Kaya  pada masa pandemi empat tahun lalu. Projek #MusikalDiRumahAja dibuat sebagai sarana hiburan di tengah karantina pandemi, sekaligus untuk mendukung para Pekerja Seni. Projek drama musikal tersebut memiliki enam episode yang masing-masing menceritakan cerita rakyat tradisional Indonesia yang mana salah satunya adalah cerita Lutung Kasarung. Oleh karena antusias penikmat seni, pementasan drama musikal Lutung Kasarung dipertunjukkan kembali di panggung Galeri Indonesia Kaya dan ditonton langsung oleh banyak orang.

Lutung Kasarung merupakan cerita rakyat dari tanah Sunda yang bercerita tentang Sanghyang Guruminda yang turun ke bumi dengan wujud lutung yang buruk rupa, serta Purbasari yang dikutuk oleh kakaknya, Purbararang, yang iri karena Purbasari memenangkan kontes kecantikan dan berhasil menjadi ratu. Kutukan. itu membuat Purbasari menderita sakit kulit sehingga ia diusir dari kerajaan. Sanghyang Guruminda alias Lutung Kasarung kemudian bertemu dengan Purbasari di hutan, Lutung Kasarung membantu Purbasari agar pulih dari kutukannya dan dapat kembali ke kerajaan untuk merebut haknya.

Drama musikal yang ditampilkan oleh EKI Dance Company disutradarai oleh Ara Ajisiwi dan Nala Amrytha sebagai produser, selain itu musik yang ada dalam pentas tersebut dibawakan oleh Oni Krisnerwinto. Dilansir dari website indonesiakaya.com, EKI Dance Company merupakan perusahaan seni profesional di Indonesia dengan penari dan tim produksi yang bekerja penuh waktu dan tinggal di asrama. EKI Dance Company telah bergiat dalam dunia seni selama 25 tahun dan menghasilkan banyak karya berupa tari, musikal, dan berbagai pertunjukkan lainnya. Selain itu, EKI Dance Company juga memiliki tim produksi pertunjukkan, show management, hingga event organizer yang kerap dipercaya dalam berbagai event nasional maupun internasional.

Untuk memahami lebih dalam mengenai keunikan bahasa yang digunakan dalam pementasan drama musikal Lutung Kasarung oleh EKI Dance Company, akan dilakukan analisis singkat dengan teori modifikasi yang dikemukakan oleh Pradotokusumo. Teori modifikasi tersebut digunakan juga dalam penelitian yang dilakukan oleh Sundusiah, dkk. (2009) yang membahas tentang transformasi sastra klasik menjadi komik. Pradotokusumo (dalam Sundusiah, dkk., 2009) menyatakan bahwa modifikasi merupakan manipulasi pada tataran linguistik, yaitu manipulasi kata atau urutan kata dalam kalimat pada tataran kesastraan, yakni manipulasi tokoh protagonis atau alur sehubungan dengan kenyataan. Manipulasi pada tataran linguistik perlu memperhatikan masalah semantik dan masalah estetika bahasa. Sedangkan, tataran kesastraannya dipengaruhi oleh tuntutan zaman.

Dialog dalam pementasan Lutung Kasarung oleh EKI Dance Company mengalami modifikasi secara kebahasaan yang mana banyak menggunakan bahasa sehari-hari yang sederhana dan campur kode ke bahasa asing. Hal tersebut dilakukan untuk menciptakan kesan unik dan dijadikan sebagai daya tarik, selain itu juga penonton bisa merasa lebih terhibur dan memahami cerita dengan mudah. Tidak hanya itu, dalam lirik-lirik lagu yang dinyanyikan terdapat rima yang menciptakan kesan estetika pada lagu dan membuatnya enak didengar. Berikut beberapa analisis kutipan dialog unik yang di dalamnya menggunakan bahasa sehari-hari, campur kode, maupun rima:

  1. “Sorry, guys. Hari ini hari terakhir aku single. Karena aku dijodohin sama putri dari… darimana gitu, lupa. Be right back, ya.”: Dialog tersebut diucapkan oleh tokoh Pangeran Guruminda pada saat cerita baru saja dimulai pada tokoh-tokoh sampingan. Tokoh Pangeran Guruminda menyatakan bahwa itu adalah hari terakhirnya sebagai lajang, karena konteksnya tokoh tersebut akan segera dijodohkan. Dari awal sudah digunakan dialog dengan bahasa sehari-hari yang sederhana dan juga campur kode.

  2. “Dress up, make up, aku udah siap. Sayembara pewaris tahta yang akan duduk di singgasana. Make up, stand up, everybody stand up. Pilih satu jangan ragu, pilih aku jadi ratu.”: Kutipan tersebut merupakan lirik dari salah satu lagu yang dibawakan. Penggunaan bahasa asing berupa bahasa Inggris cukup mendominasi, selain itu digunakan juga Bahasa Indonesia yang tidak baku. Selain itu, jika diperhatikan, terdapat rima pada lirik tersebut sehingga enak untuk didengar, terlebih jika diiringi musik menjadi sebuah lagu.

  3. “Kalian pikir aku bakal marah? Aku chill, santai aja lah. Asal kalian tau aja, Purbararang gak pernah kalah.”: Kutipan tersebut juga merupakan bagian lirik dari salah satu lagi. Penggunaan bahasa sehari-hari yang tidak baku mendominasi dengan sedikit campur kode, serta adanya rima.

  4. Lutung Kasarung: “Kenapa dia ngusir kamu?”

Purbasari: “Soalnya, mestinya, tuh, aku jadi ratu.”

Lutung Kasarung: “Oh? Kamu putri?”

Purbasari: “Iya!”

Lutung Kasarung: “Oh, pantes, keliatan keputriannya.”

Purbasari: “Makasih. Aku, tuh, anak keduanya raja.”

Lutung Kasarung: “Kamu berarti adek? Kok bisa jadi ratu?”

Purbasari: “Iya. Soalnya, papaku, tuh, milihnya aku. Karena, aku yang lebih cantik.”

Lutung Kasarung: “Oh… gitu, ya, sistemnya di kerajaan kamu.”

Kutipan di atas merupakan dialog yang dilakukan antara tokoh Lutung Kasarung dan Purbasari saat keduanya bertemu di hutan. Dari dialog di atas didapati penggunaan bahasa sehari-hari yang sederhana dan tidak baku, namun tetap sesuai dengan konteks cerita seperti apa yang hendak disampaikan, yang mana pada kutipan tersebut Purbasari seperti sedang ‘curhat’ dengan Lutung Kasarung tentang kehidupannya.

  1. Purbararang: “Wait a minute. Tungtung?... Tungtung? Heh! Purbasari! Lu punya panggilan sayang buat lutung itu? Hah? Oh? Eh! Hei, Purbasari, hei, hei.”

Purbasari: “Apa, sih?”

Purbararang: “Jangan bilang lutung itu pacar lo. Iya? Iya?! Woi, rakyat. Masa mau punya raja monyet? Ih… mau?”

Purbasari: “Eh! Mungkin dia, tuh, gak seganteng pacar lo, tapi dia, tuh, hatinya jauh lebih baik daripada elo yang busuk tau, gak?! Inner beauty, man!”

Pada kutipan tersebut, selain adanya penggunaan bahasa sehari-hari dan campur kode, terdapat juga dialog yang tertuju kepada audiens sehingga timbul interaksi secara tidak langsung. Selain itu, penyampaian langsung yang dilakukan oleh para tokoh terasa sangat natural. Sebenarnya persoalan antara Purbararang dan Purbasari cukup serius dan intens, namun dalam pentas drama tersebut dibuat menjadi kasual melalui modifikasi bahasa dan cara penyampaian.

Hasil analisis singkat berdasarkan beberapa kutipan dari dialog dalam drama musikal Lutung Kasarung di atas menunjukkan adanya modifikasi secara linguistik. Pada dialog terdapat unsur bahasa sehari-hari dan campur kode ke bahasa asing, sementara pada lirik lagu estetika lebih diperhatikan dengan adanya rima. Modifikasi tersebut dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman sekaligus agar bisa menghibur audiens. Meski demikian, modifikasi tersebut tidak menggeser esensi cerita Lutung Kasarung karena hanya terdapat pada kebahasaannya saja, alur dan tokoh tetap ditunjukkan sesuai dengan cerita rakyat yang diketahui orang-orang.

Cerita Lutung Kasarung yang dijadikan drama musikal tersebut, mengandung berbagai nilai moral yang sangat relevan bagi kehidupan manusia, terutama dalam konteks kesetiaan, kejujuran, dan pengorbanan. Salah satu nilai utama yang terkandung dalam cerita ini adalah pentingnya ketulusan dan kesetiaan dalam hubungan antar individu, khususnya antara raja, anaknya, dan makhluk lainnya. Tokoh utama, Lutung Kasarung, adalah seorang pangeran yang disihir menjadi seekor lutung (kera) sebagai hukuman, tetapi melalui kesetiaannya yang luar biasa kepada seorang putri bernama Purbasari, ia mampu mengatasi berbagai rintangan dan akhirnya kembali ke wujud aslinya sebagai seorang pangeran. Lutung Kasarung dengan setia membantu Purbasari yang sedang teraniaya, memberikan bantuan yang tulus dan tanpa pamrih. Dari sisi Purbasari, cerita ini mengajarkan pentingnya keteguhan hati dan kemampuan untuk tetap berbuat baik meskipun berada dalam situasi yang sangat sulit, seperti saat ia disisihkan oleh kakaknya dan harus menghadapi banyak cobaan. Selain itu, cerita ini juga menekankan nilai keadilan, di mana yang benar pada akhirnya akan mendapatkan balasan yang setimpal. Kebaikan dan kesetiaan yang ditunjukkan oleh Lutung Kasarung pada akhirnya mendapat ganjaran, yaitu ia bisa kembali menjadi manusia dan menikahi Purbasari. Selain itu, cerita ini juga mencerminkan nilai kehormatan diri, di mana setiap individu harus menjaga kehormatan dan integritasnya meskipun terperangkap dalam situasi yang penuh tantangan. Secara keseluruhan, cerita Lutung Kasarung mengajarkan kita tentang pentingnya memiliki hati yang baik, setia, jujur, dan penuh pengorbanan untuk kebaikan bersama, serta bahwa kebaikan yang dilakukan dengan tulus pada akhirnya akan mendapatkan penghargaan yang pantas.

Inovasi dalam melestarikan budaya berupa cerita rakyat juga dilakukan melalui projek podcast (siniar) Kisah Nusantara. Inovasi yang dilakukan oleh EKI Dance Company berupa transformasi cerita rakyat Lutung Kasarung menjadi pertunjukan drama musikal yang unik, sementara inovasi dari projek podcast Kisah Nusantara berupa melisankan cerita rakyat dalam bentuk audio. Keduanya menjadikan cerita rakyat sebagai objek untuk dilestarikan, selain itu keduanya juga memanfaatkan media online sebagai sarana penyebaran, yang mana drama musikal Lutung Kasarung oleh EKI Dance Company diunggah melalui akun Youtube Galeri Indonesia Kaya dan audio berisi berbagai cerita rakyat dalam projek Kisah Nusantara diunggah ke Spotify.

Mempertahankan dan melestarikan budaya dapat dilakukan dengan usaha apapun. Kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia justru membuka berbagai peluang agar masyarakat dapat berinovasi, juga kemajuan teknologi yang akan berguna apabila digunakan dengan baik. Cerita rakyat menjadi warisan budaya secara turun-temurun, kita harus menjaganya supaya tidak tertelan oleh perkembangan zaman. Pementasan drama, siniar audio, dan berbagai sarana lain yang dapat menyebarkan budaya seperti cerita rakyat. Mudah-mudahan, ke depannya semakin banyak anak muda yang sadar akan betapa berharganya budaya Indonesia dan membuat lebih banyak inovasi untuk melestarikannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun