Lutung Kasarung: “Oh? Kamu putri?”
Purbasari: “Iya!”
Lutung Kasarung: “Oh, pantes, keliatan keputriannya.”
Purbasari: “Makasih. Aku, tuh, anak keduanya raja.”
Lutung Kasarung: “Kamu berarti adek? Kok bisa jadi ratu?”
Purbasari: “Iya. Soalnya, papaku, tuh, milihnya aku. Karena, aku yang lebih cantik.”
Lutung Kasarung: “Oh… gitu, ya, sistemnya di kerajaan kamu.”
Kutipan di atas merupakan dialog yang dilakukan antara tokoh Lutung Kasarung dan Purbasari saat keduanya bertemu di hutan. Dari dialog di atas didapati penggunaan bahasa sehari-hari yang sederhana dan tidak baku, namun tetap sesuai dengan konteks cerita seperti apa yang hendak disampaikan, yang mana pada kutipan tersebut Purbasari seperti sedang ‘curhat’ dengan Lutung Kasarung tentang kehidupannya.
Purbararang: “Wait a minute. Tungtung?... Tungtung? Heh! Purbasari! Lu punya panggilan sayang buat lutung itu? Hah? Oh? Eh! Hei, Purbasari, hei, hei.”
Purbasari: “Apa, sih?”
Purbararang: “Jangan bilang lutung itu pacar lo. Iya? Iya?! Woi, rakyat. Masa mau punya raja monyet? Ih… mau?”