Halo teman -- teman pembaca Kompasiana! Â
Ini merupakan kali pertama aku menulis sebuah artikel di Kompasiana. Tujuanku dalam menulis artikel ini agar para pembaca Kompasiana dapat memperoleh informasi -- informasi yang menarik selain itu artikel ini juga dapat menambah pengetahuan umum untuk kalian. Pada kesempatan kali ini aku ingin menyampaikan pendapatku mengenai pemanfaatan sifat totipotensi untuk kultur jaringan yang dilakukan oleh negara maju. Sebagian dari kalian pasti bertanya -- tanya apa itu kultur jaringan? Apa itu sifat totipotensi? Apa saja jenis dalam kultur jaringan? Bagaimana teknik kultur jaringan dilakukan? Apa keunggulan dan kekurangan dari kultur jaringan? Apakah negara -- negara maju menggunakan teknik kultur jaringan dalam membudidayakan sumber daya hayati mereka? Apa yang dilakukan negara lain dengan teknik kultur jaringan tersebut? Â
Tenang saja para pembaca Kompasiana, di artikel ini aku akan menjawab semua pertanyaan yang berada di atas. Jadi sebelum menjawab pertanyaan di atas akan lebih baik jika kita memahami tentang kultur jaringan. Ya, beberapa dari kalian pastinya sudah belajar mengenai kultur jaringan saat duduk di kursi SMP bahkan ada yang sudah mempraktekkan kultur jaringan tersebut. Pengertian dari kultur jaringan itu sendiri adalah pembudidayaan yang menggunakan jaringan tanaman untuk membuat tanaman baru dengan mempunyai sifat yang sama dengan induknya. Ternyata jika tumbuhan hasil dari kultur jaringan tersebut disimpan di lingkungan yang sesuai, maka tumbuhan tersebut dapat tumbuh menjadi tanaman yang sempurna. Bagaimana itu bisa terjadi? Karena sel -- sel dari tumbuhan memiliki sifat totipotensi, yaitu sifat yang membuat sel tumbuhan mampu untuk membentuk individu baru secara utuh. Mungkin dari penjelasan singkat mengenai pengertian ini dapat menjelaskan sedikit mengenai sifat totipotensi pada kultur jaringan. Â
Aku akan membahas sedikit mengenai sejarah ditemukannya teori totipotensi sel. Teori mengenai totipotensi sel (total genetic potencial cell) mulai muncul pada tahun 1838 yang dikemukakan oleh ilmuan yang bernama Schleiden dan Schwann. Awalnya,teori yang dikemukakan ini belum bisa dibuktikan karena pengetahuan mengenai hormon dan nutrisi tumbuhan pada saat itu masih sangat minim. Kemudian, pada tahun 1930 teori totepotensi sel dapat dibuktikan setelah penemuan auksin, Indol Acetic Acid (IAA) dan Napthalene Acetic Acid (NAA). Setelah itu, perkembangan mengenai teori totepotensi sel terus dilakukan dan kemudian para ahli juga meneliti tata cara perbanyakan tanaman secara kultur jaringan. Sifat totipotensi pada kultur jaringan juga pernah dibuktikan oleh F.C Steward pada tahun 1969 yang melakukan eksperimen dengan cara mengambil satu sel empulur telur setelah itu ditumbuhkan menjadi individu baru.
Kultur jaringan juga memiliki beberapa dasar teori yaitu yang pertama adalah sel dari suatu organisme multiseluler sama dengan sel zigot. Hal itu disebabkan karena berada dari satu sel (setiap sel berasal dari satu sel). Kedua adalah teori totipotensi sel seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa sel memiliki potensi genetik seperti zigot yang bisa berdiferensiasi dan memperbanyak diri menjadi tanaman yang lengkap. Ketiga tumbuhan masih jaringan atau sel yang belum dibedakan yaitu jaringan dasar (parenkim) dan jaringan meristem yang masih aktif membelah. Â
Apa saja jenis -- jenis kultur jaringan? Jenis kultur jaringan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan jenis sel atau jaringan asalnya yang pertama Meristem culture merupakan teknik kultur jaringan dengan cara menggunakan sel atau jaringan asal (eksplan) dari jaringan muda atau meristem. Yang kedua adalah Somatic cross atau silangan protoplasma yaitu penyilangan dua macam protoplasma menjadi satu, kemudian hasilnya dibudidayakan sehingga menjadi tanaman yang memiliki sifat baru. Yang ketiga adalah Pollen yang merupakan teknik kultur jaringan dengan menggunakan eksplan dari serbuk sari ataupun benang sari. Yang keempat Chloroplast culture yaitu teknik kultur jaringan dengan memakai eksplan kloroplas yang memiliki tujuan untuk memperbaiki sifat tanaman dengan membuat varietas baru. Yang kelima yaitu Protoplas culture yaitu teknik kultur jaringan dengan memakai eksplan dari protoplasma biasanya sel hidupnya telah dihilangkan dinding sel. Â
Lalu bagaimana cara melakukan kultur jaringan? Teknik kultur jaringan terdiri dari beberapa tahap yang pertama adalah Sterilisasi, dalam menanam tanaman dengan teknik kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril misalnya Laminar air flow cabinet. Selain itu alat - alat yang digunakan juga harus steril. Cara menyeterilkan peralatan dengan memanaskan di dalam autoklaf serta pencelupan ke dalam etanol ataupun kaporit. Kemudian pembuatan media, komposisi media yang dibuat berdasarkan tanaman yang ingin dikultur. Setelah itu yaitu inisiasi dengan cara mengambil eksplan (sel atau jaringan asal) dari bagian tanaman yang ingin dikultur. Lalu Multipikasi adalah proses kultur jaringan terjadi melalui pertumbuhan eksplan. Jika kultur jaringan yang dilakukan yang dilakukan berjalan dengan baik maka terjadi pertumbuhan akar. Proses yang terakhir yaitu kegiatan pengeluaran eksplan dari aseptik ke bedeg. Â
Dalam menanam menggunakan teknik kultur jaringan juga muncul beberapa gangguan seperti dapat terkontaminasi oleh bakteri, virus, dan lain -- lain. Untuk menghindari gangguan ini maka peralatan yang digunakan dalam kulturasi ini harus disterilkan terlebih dahulu agar tidak terkontaminasi. Setelah itu juga bisa terjadi Browning (pencoklatan) untuk mengatasinya dengan mengabsorbsi fenol. Penyebab dari pencoklatan ini adalah arang yang aktif.
Keunggulan dari kultur jaringan itu biasanya bibit yang diperoleh bersifat mirip dengan induknya, dalam penanaman tidak menggunakan tempat yang luas, kualitas dan kesehatan bibit lebih terjamin, bibit akan lebih cepat pertumbuhannya, dalam kurun waktu singkat dapat diperoleh bibit yang jumlahnya banyak, bibit yang dihasilkan seragam, dapat melakukan manipulasi genetik, dan tidak tergantung pada musim. Di samping kelebihan tersebut, kultur jaringan juga memiliki beberapa kekurangan seperti memperlukan biaya yang banyak karena harus dilakukan di ruang laboratorium dan terkadang menggunakan bahan kimia, memperlukan orang yang ahli karena tidak semua orang dapat melakukannya dan memperlukan aklimatisasi ke lingkungan eksternal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kultur jaringan membutuhkan biaya yang besar dan perkembangan teknologi.
Setelah memahami mengenai kultur jaringan, saat ini aku akan memberikan tanggapanku mengenai pemanfaatan kultur jaringan oleh negara lain. Banyak negara -- negara yang maju dalam ilmu Bioteknologi memanfaatkan teknik kultur jaringan. Dengan menggunakan teknik kultur jaringan, negara maju tersebut dapat melestarikan dan memanfaatkan sumber daya hayati tanpa harus merusaknya. Selain itu bibit yang dihasilkan lebih baik dari induknya. Sehingga karena banyaknya manfaat tersebut negara maju memanfaatkan kultur jaringan. Indonesia sendiri memiliki keanekaragaman hayati yang unik dari setiap pulaunya. Mulai dari bunga bangkai (Rafflesia arnoldi) yang merupakan bunga terbesar di dunia. Bunga bangkai hanya ditemukan di daerah Bengkulu, namun keberadaannya sangat langka. Tentu saja, negara Indonesia dapat memperbanyak jumlah bunga bangkai dengan teknik kultur jaringan. Sehingga populasi dari bunga bangkai dapat meningkat dan tidak menjadi tanaman yang langka. Bunga bangkai juga merupakan ciri khas dari Indonesia karena tidak semua negara memiliki Rafflesia arnoldi di daerahnya masing -- masing. Dengan begitu kultur jaringan dapat berdampak positif bagi negara Indoneisa. Namun pemanfaatan teknik kultur jaringan dapat disalahgunakan. Kenapa bisa seperti itu? Contohnya saja, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa banyak negara maju menggunakan teknik kultur jaringan. Namun biasanya negara maju tersebut mengambil eksplan dari negara lain yang kemudian eksplan tersebut akan dibesarka dan diperbanyak jumlahnya di daerah negara itu sendiri. Negara maju tersebut seringkali mengambil eksplan dari tanaman yang hanya tumbuh di negara lain atau bisa dibilang bahwa tanaman yang diambil merupakan ciri khas dari negara tersebut. Apakah kasus ini pernah terjadi di Indonesia? Tentu saja kasus ini pernah terjadi di Indonesia khususnya pada tanaman kantong semar (Nepenthes adrianii) yang merupakan tanaman khas lereng Gunung Slamet, Baturraden, Kabupaten Banyumas. Ternyata tanaman kantong semar ini sangat diincar oleh negara internasional, bahkan sel plasma nutfah dari kantong semar dicuri dan diperbanyak jumlahnya di negara lain. Sementara keadaan tanaman kantong semar terancam punah di Indonesia.
Dari kasus tersebut tentu saja itu berdampak negatif bagi negara Indonesia. Jika negara asing memperbanyak jumlah kantong semar di daerahnya sementara di Indonesia terancam menghilang. Keanekaragaman hayati miliki Indonesia dapat diklaim oleh negara asing karena jumlah kantong semar yang mereka miliki akan terus dikembangkan sedangkan tanaman tersebut akan punah di Indonesia. Jika dilihat dari sisi negara yang mencuri tentu saja kasus ini berdampak positif bagi mereka karena kekayaan alam yang mereka punya bertambah. Mereka juga mendapatkan keuntungan dengan memperjualbelikan kantong semar di daerahnya. Biasanya mereka melakukan hal tersebut tanpa memikirkan kelestarian negara lain. Â