"Mamah nggak pernah bermaksud menyakiti kamu. Tapi mungkin, Mamah terlalu sibuk berusaha jadi orang tua yang kuat sampai lupa... kalau kamu juga butuh perhatian." Matanya mulai berkaca-kaca.
Aku masih diam, tapi air mataku tak henti-hentinya mengalir.
"Mamah nggak pernah cerita ini, karena Mamah nggak mau kalian merasa khawatir, terutama kamu. Tapi... selama ini Mamah memang sulit membagi perhatian. Waktu itu, Papa dan Mamah sering bertengkar. Setelah Papa pergi, Mamah harus kerja keras untuk kalian. Rasanya, seperti nggak ada waktu buat mendengarkan atau memahami lebih dalam. Mamah pikir, kalau Mamah tetap tegar, semuanya akan baik-baik saja."
Aku tertegun. Kata-kata Mamah memukulku keras, seperti tamparan yang tidak pernah aku duga sebelumnya.
"Tapi... itu salah. Sangat salah. Mamah baru sadar, ketegaran Mamah yang berlebihan malah bikin kamu merasa ditinggalkan." Suaranya pecah. "Mamah benar-benar minta maaf, Nina. Maaf kalau selama ini kamu merasa nggak cukup berarti buat Mamah. Kamu nggak tahu, betapa bangganya Mamah sama kamu."
Malam itu, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi. Semua beban yang selama ini aku tahan rasanya mulai lepas, perlahan. Aku hanya bisa meraih tangan Mamah, menggenggamnya erat, dan menangis dalam pelukannya.
Kakakku pun ikut mendekat, menaruh tangannya di pundakku. "Kamu tahu, Dik, aku juga sering merasa kurang sebagai Kakak. Tapi aku sadar, Mamah selalu melakukan yang terbaik, walaupun caranya nggak selalu terlihat oleh kita."
Malam itu, untuk pertama kalinya, ruang keluarga menjadi tempat di mana aku merasa benar-benar dimengerti. Tidak ada lagi dinding yang membatasi kami. Mamah, Kakakku, dan aku akhirnya kami berbicara dengan hati yang terbuka.
Sejak saat itu, aku tahu perjalanan kami sebagai keluarga belum sempurna, tapi setidaknya, kami telah menemukan cara untuk memulai kembali. Aku berjanji pada diriku sendiri, aku tidak akan menyimpan luka ini lagi, melainkan menjadikannya kekuatan untuk tetap berjalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H