Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki penduduk muslim terbanyak di dunia. Negara dengan mayoritas muslim terbanyak berada di Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Dan negara dengan minoritas berada di Burma (Myanmar), Singapura, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Secara geografis, kawasan Asia Tenggara memiliki potensi pariwisata yang luas dan termasuk kawasan yang memiliki dampak besar bagi peradaban Islam di dunia. Faktor terbesar dalam penyebaran Islam berada di kawasan Asia Tenggara yaitu pada letak wilayah yang strategis untuk jalur perdagangan seluruh negara di sekitarnya.
Selain itu, Asia Tenggara adalah kawasan yang terkenal akan sejarah peradaban dan kebudayaannya. Tidak heran bahwa Asia Tenggara memiliki keanekaragaman budaya yang berbeda dan ciri khas yang beragam setiap negaranya. Keanekaragaman budaya di Asia Tenggara sangat kaya dan beragam, termasuk dalam hal etnis, bahasa, makanan, dan musik. Adanya keanekaragaman budaya di Asia Tenggara dipengaruhi dari adanya berbagai budaya lain diantaranya budaya India, Cina, Arab dan Eropa yang membawa ide dan budaya baru ke wilayah ini.
Dari banyak keanekaragaman budayanya membuat negara-negara di Asia Tenggara ini seringkali di dorong untuk membangun identitas regional bersama yang bertujuan agar mereka berintegrasi sebagai satu kesatuan Asia Tenggara. Dalam gagasan ini Asia Tenggara membuat organisasi bernama Association of Southeast Asia Nations (ASEAN) dengan harapan membuat kawasan yang damai, stabil, terciptanya pertumbuhan ekonomi, serta membentuk kerjasama dalam mencapai kepentingan bersama untuk ASEAN yang lebih makmur dan harmonis.
Bahasa sebagai Jejaring Budaya Asia Tenggara
Bahasa menciptakan bentuk Asia Tenggara sebagai entitas budaya. Salah satu keragaman budaya yang menjadi penghubung di Asia Tenggara adalah bahasanya. Adanya bahasa sebagai pemersatu beberapa negara antar Asia Tenggara dalam berkomunikasi. Bahasa melayu sebagai bahasa niaga utama seluruh Asia Tenggara sekitar abad ke-15 hingga ke-17 merupakan contoh nyata pengaruh bahasa di wilayah Asia Tenggara ini.
Bahasa melayu yang sering digunakan sebagai bahasa keseharian dari para pedagang Nusantara ternyata menjadi masalah serius pada eksistensi bahasa-bahasa lokal disana. Kurangnya pemahaman bahasa dari seorang ibu membuat kedudukan bahasa-bahasa daerah disana tergeser dan semakin lemah. Tidak heran banyak dari penduduk sana yang tidak paham akan bahasa daerahnya sendiri dan menjadikan bahasa melayu sebagai bahasa keseharian.
Bahasa dan agama seringkali menjadi elemen penting dalam pembentukan identitas nasional di negara-negara Asia Tenggara. Bahasa yang memiliki peran krusial dalam menjaga keberlanjutan budaya dan tradisi. Melalui bahasa, terdapat kearifan lokal, ungkapan, dan kata-kata yang menggambarkan aspek budaya masyarakat setempat. Di Asia Tenggara, penduduknya merayakan berbagai festival tradisional, memiliki kesenian dan tarian yang khas, serta melaksanakan adat istiadat yang diwariskan dari generasi ke generasi. Bahasa yang menjadi media utama dalam memelihara dan mewariskan tradisi-tradisi ini.
Menghargai, melindungi, dan mendorong keanekaragaman bahasa dan budaya di Asia Tenggara sangat penting dalam membangun identitas daerah yang kuat. Keragaman ini menciptakan ikatan sosial diantara masyarakat setempat. Dengan mempromosikan keunikan dan kekayaan budaya dari setiap daerah, pariwisata budaya dan ekonomi kreatif dalam berkembang. Dalam hal ini, dapat diciptakannya lapangan kerja, meningkatkan pendapatan, dan memajukan ekonomi lokal. Selain itu industri pariwisata dan ekonomi kreatif yang berfokus pada kekayaan budaya juga dapat memperkuat identitas daerah yang kuat.
Keberagaman Budaya Asia Tenggara; membangun identitas multikultural
Keberagaman budaya di Asia Tenggara ini memiliki potensi besar dalam membangun identitas multikultural yang kuat. Salah satu cara budaya dapat berkontribusi membangun identitas multikultural adalah dialog antarbudaya. Saat individu dan komunitas dari beragam latar budaya berinteraksi, terjadi pertukaran ide, pengetahuan, dan pengalaman. Dialog ini mendorong pemahaman yang lebih baik tentang kebudayaan masing-masing dan memperkaya perspektif dalam memahami dunia secara lebih luas. Dengan adanya dialog ini, identitas multikultural diperkuat melalui pembangunan jembatan antara kelompok budaya yang berbeda.
Dalam membahas multikultural, penting untuk diakui bahwa kesadaran tentang pentingnya multikulturalisme telah meningkat diantara para ulama, aktivis, dan pembuat kebijakan. Multikulturalisme dipandang sebagai sebuah konsep yang penting, pendekatan yang relevan, ideologi yang perlu diperjuangkan, keyakinan yang dikawal, dan juga sebagai objek studi dan penelitian. Ini mencerminkan cara kita memahami budaya dan nilai-nilai yang dihadirkan oleh multikulturalisme (Ali, 2011).
Program yang Dilakukan ASEAN
ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) memiliki sejumlah program dan kegiatan yang dilakukan untuk memperkuat jejaringan budaya di Asia Tenggara. Program ini dilakukan dengan upaya untuk memperkuat jejaring budaya di Asia Tenggara, mempertahankan keberagaman budaya, dan meningkatkan pemahaman serta kerjasama antara negara-negara anggota dalam bidang budaya dan seni.
ASEAN Cultural Heritage Digital Archive (ACHDA) adalah proyek yang memiliki tujuan menjaga dan melestarikan budaya Asia Tenggara dengan cara mengumpulkan dan mengubah materi budaya dari negara-negara ASEAN menjadi format digital. Sebagai kawasan yang terdiri dari negara-negara yang memiliki kesamaan budaya, ASEAN membuat museum digital berisi benda-benda bersejarah dari negara anggotanya (B. Riyanto, 2023)
ASEAN Cultural Festival adalah perayaan keragaman budaya di Asia Tenggara. Â Banyaknya festival tradisional membuat para ilmuan dan peneliti tertarik akan budaya ini. Upaya ini merupakan kesempatan untuk menampilkan keunikan sejarah, kepercayaan, dan nilai masing-masing negara.
Kelima negara di Asia Tenggara yang mengenali kebaya sebagai busana tradisional perempuan adalah Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, dan Brunei Darussalam. Negara-negara yang telah mengusulkan kebaya sebagai nominasi bersama untuk dimasukkan dalam Daftar Representatif Warisan Budaya Takbenda Manusia oleh UNESCO pada tahun 2023. Keberhasilan dalam pengajuan ini akan memberikan pengakuan internasional terhadap pentingnya kebaya sebagai warisan budaya yang bernilai di wilayah Asia Tenggara.
Melalui program-program tersebut, ASEAN berupaya untuk memperkuat kerjasama antar-negara anggota dan membangun identitas multikultural di Asia Tenggara.
Pembentukan Identitas ASEAN
Proses yang terus berlangsung dan melibatkan upaya yang berkelanjutan untuk membangun kesatuan dan solidaritas diantara negara-negara anggota ASEAN. Meskipun negara-negara ini memiliki perbedaan dari budaya, agama, bahasa, dan sistem politik, ada beberapa faktor yang memainkan peran penting dalam membentuk identitas kolektif ASEAN. Proses inilah yang merupakan sebuah usaha yang kompleks dan berkelanjutan.
Identitas dan perhatian regional ini melibatkan konsep komunitas yang dibayangkan dengan wilayah tertentu dan mengabaikan yang lain. Hal ini mengarah pada persepsi bahwa kepemilikan bersama terhadap komunitas tersebut berdasarkan kesamaan budaya, sejarah, tradisi, agama, serta adanya persepsi ancaman yang sama dari luar kawasan.
Pendekatan "ASEAN Way" juga memainkan peran penting dalam membentuk identitas ASEAN. Pendekatan ini mencakup konsensus, diplomasi, kerjasama, dialog terbuka, dan penghormatan terhadap perbedaan. ASEAN Way telah diterapkan sebagai pendekatan utama dalam upaya penyelesaian konflik di kawasan Asia Tenggara, termasuk sengketa di Laut China Selatan (Lardo, 2021). Beberapa sarjana percaya bahwa ASEAN Way telah berhasil dalam menjaga stabilitas kawasan dengan menghindari konflik militer langsung dan memfasilitasi pembicaraan damai. Pendeketan ini memungkinkan negara-negara ASEAN untuk membahas secara terbuka dan mencari solusi yang saling menguntungkan.
Harus diingat bahwa identitas ASEAN sedang mengalami perkembangan yang terus berlangsung. Meskipun ada keraguan dari beberapa akademisi mengenai implementasinya, upaya terus dilakukan untuk memperkuat identitas kolektif ASEAN. Melalui dialog, kerjasama, dan kesadaran akan pentingnya integrasi regional, harapannya adalah Identitas ASEAN akan terus berkembang dan mengatasi tantangan yang ada, sehingga dapat mencapai tingkat persatuan budaya yang lebih kuat di antara negara-negara anggota ASEAN.
Kajian tentang ASEAN
Kajian mengenai identitas dan budaya ASEAN berfokus pada penelusuran nilai-nilai bersama, tradisi, adat istiadat, dan warisan kultural yang membedakan negara-negara anggota. Dalam kajian ini, dilakukan analisis terhadap upaya pembentukan identitas ASEAN, pengaruh globalisasi terhadap budaya ASEAN, dan peran budaya dalam memperkuat persatuan regional.
Kajian tentang ASEAN dapat menyoroti sejarah terbentuknya ASEAN, masyarakat sosial budaya ASEAN, dan kerja sama ASEAN. Indonesia sebagai anggota ASEAN juga memiliki peran penting dalam membangun identitas regional di Asia Tenggara (Abidin, 2020).
Kajian Asia Tenggara tidak hanya berkontribusi pada peningkatan pengetahuan tentang kawasan ini, tetapi juga membentuk identitas kawasan ini melalui proses interaksi antara akademik, pembuat kebijakan, dan masyarakat luas (Liwe, 2019). Studi yang melibatkan pemahaman yang mendalam tentang sejarah, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan isu-isu yang relevan dengan kawasan ini. Melalui penelitian dan analisis yang dilakukan oleh akademisi, informasi yang berharga ditemukan dan disebarkan kepada masyarakat, pembuat kebijakan, dan komunitas internasional. Hal ini membentuk pemahaman yang lebih baik tentang Asia Tenggara sebagai entitas kawasan yang unik.
REFERENSI
Abidin, Y. (2020). Pengantar Budaya Masyarakat Asia Tenggara. Jakarta: UNAS PRESS-Universitas Nasional, Jakarta.
Ali, M. (2011). Multiculturalism in Southeast Asia. Jakarta: The Wahid Institute.
B. Riyanto, A. A. (2023). Forging the ASEAN's cultural identity through digital museum diplomacy.In Sustainable Development in Creative Industries. Embracing Digital Culture for Humanities , 381-386.
Lardo, N. R. (2021, November 2). ASEAN WAY: MANAGING EXPECTATION IN THE CODE OF CONDUCT FOR THE SOUTH CHINA SEA. Jurnal Politik Internasional , 218-235.
Liwe, A. J. (2019). MAKNA STRATEGIS KAJIAN WILAYAH ASIA TENGGARA DARI SUDUT PANDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional , 87-95.
 MARLISA, S. V. AGAMA DAN BUDAYA MELAYU SEBAGAI SOFT POWER DIPLOMASI DI ASIA TENGGARA Oleh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H