Mohon tunggu...
Keysa Maharani
Keysa Maharani Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa universitas nasional

my hobby is watching a movie

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Arab Spring dan Dampaknya bagi Perekonomian Timur Tengah dan Negara Sekitarnya

29 Juli 2023   20:01 Diperbarui: 29 Juli 2023   20:31 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kehidupan di dunia ini tidak terlepas dari yang nama nya konflik. Baik itu konflik antar individu, masyarakat maupun antar negara. Jika dikaji dalam studi Hubungan Internasional, konflik yang terjadi di dunia terjadi karena tiap manusia merupakan makhluk yang mengandalkan segala cara untuk bertahan hidup, bergitu pula dengan negara. Dalam perspektif Realisme yang mana power merupakan kunci untuk mencapai tujuannya. Kaum realism menempatkan negara sebagai actor utama yang mana hanya negara yang bisa menentukan kondisi Hubungan Internasional terutama yang memiliki kekuatan besar tentunya bisa memaksa negara yang lebih lemah untuk mencapai tujuan sesuai dengan yang merekan inginkan.

Pemberontakan bersejarah yang terjadi di kawasan Timur Tengah dan Afrika Selatan yang mengacu pada kondisi pertikaian antar bangsa yang mengundang pihak luar untuk ikut menyelesaikannya yang kerap disebut dengan Arab Spring. Pemberontakan pertama terjadi di Turnisia dan memberikan dampak pada negara kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA). Dalam kurun waktu yang cukup lama proses perdamaian menjadikan negara-negara kawasan tersebut bergantung kepada negara sponsor yang membuat konflik semakin berkecamuk secara lebih hebat dan belum diketahui kapan akan berakhir.

Awal mula terjadinya krisis Arab Spring ini ialah  dimulai saat Mohamed Bouazizi melakukan pembakaran diri sebagai bentuk protes terhadap pemerintah yang menyita barang dagangannya di Tunisia pada tahun 2010. Pada saat itu terjadi demonstrasi dan aksi kekerasan sebagai bentuk aksi solidaritas masyarakat Tunisia terhadap Bouazizi. Hingga pada tahun 2011 aksi protes yang dilakukan oleh masyarakat Turnisia berhasil memaksa kepala negara Tusinia dan Arab untuk mundur dari jabatannya.

Selanjutnya terjadi pemberontakan di Mesir yang terjadi karena masyarakat merasa bahwa negara tidak dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya. Aksi ini dikenal dengan sebutan Revolusi Mesir 2011. Tujuan dari pemberontakan ini ialah untuk menggulingkan rezim Husni Mubarak yang merupakan Presiden Mesir pada saat itu yang sudah menjabat selama 30 tahun. Aksi tersebut sempat ditolak oleh Mubarak dan tetap ingin mempertahankan jabatannya hingga masa jabatannya berakhir, akan tetapi akhirnya Mubarak mundur dari posisi nya karena aksi protes yang berakibat cukup fatal. Revolusi Mesir ini terus meningkat karena pengaruh yang cukup besar dari keberhasilan Tursinia dalam menggulingkan kepala negaranya.

Negara selanjutnya yang juga melakukan penggulingan kekuasaan ialah Libya. Libya yang merupakan sebuah negara di Afrika yang merupakan salah satu negara penghasil minyak terbesar didunia melakukan pemberontakan yang cukup panjang dibanding negara lain. Pemberontakan ini dilakukan untuk menggulingkan Moammar Qaddafi yang merupakan Presiden Libya yang menjabat selama lebih dari 40 tahun. Libya yang merupakan negara penghasil minyak terbesar didunia hanya mendapat 52,8% hasil dari minyak negaranya. Karena tindakan korupsi dari Moammar Qaddafi pembangunan dinegara nya tidak terwujud. Hasil dari pemberontakan Libya ialah penggulingan rezim Moammar Qaddafi.

Gelombang protes yang diawali oleh Turnisia dan menjalar ke Mesir, Libya, Yaman, Bahrain hingga saat ini tengah bergejolak di Suriah. Kejadian penggulingan kekuasaan ini membawa perang saudara antara suriah dan Libya. Setelah gelombang pemberontakan Tursinia, Mesir dan Libya dalam kurun waktu yang cukup cepat menyebar ke seluruh negara kawasan timur tengah termasuk Suriah. Pada awal Februari seruan untuk melakukan demonstrasi beesar-besaran di Suriah terdapat pada situs sosial media yang berisi mengajak para demonstran untuk menuntut agar pemerintah segera melakukan reformasi. Beberapa hari sebelum jadwal demontrasi besar-besaran tersebut intel Suriah melakukan kontak dengan para aktivis dengan penekanan agar tidak melakukan demonstrasi yang sudah di jadwalkan.

Demonstrasi Suriah memanas karena yang awalnya para demonstran mengharapkan adanya perubahan secara damai tanpa adanya perang saudara. Akan tetapi tujuan awal para aktivis berubah akibat terjadi kasus penangkapan 15 pelajar di Kota Deraa. Para demonstran menuntut untuk keadilan terhadap gubernur Kora Deraa dan disambut dengan aparat keamanan yang sensitif. Situasi demonstrasi semakin rusuh ketika aparat keamanan melepaskan tembakan senjata api untuk menjatuhkan para demonstran.

Lebih dari 250.00 orang menjadi korban dalam konflik di Suriah. Akibatnya banyaknya pengungsi yang meninggalkan Suriah ke berbagai negara tetangga. Krisis yang terjadi di Timur Tengah dan Afrika Utara ini menyebabkan beberapa dampak bagi perekonomian negara lain. Berikut dampak Arab Spring bagi perekonomian Timur Tengah dan negara sekitarnya.

Krisis ekonomi di Mesir

Sebelum Husni Mubarak longsor dari jabatannya, kondisi perekonomian Mesir memang sudah memburuk. Setelah Mubarak digulingkan Mesir dipimpin oleh Mursi dan mengalami kesenjangan yang cukup tajam. Mesir dihadapkan dengan krisis keuangan negara. Hal ini terjadi akibat penyusutan sektor wisata akibat tidak stabilnya politik pasca terjadinya pemberontakan. Kurangnya minat dari investor terhadap mesir dan melambungnya harga pangan membuat kondidi ekonomi menjadi terpuruk.

Tercatat sejak tahun 2010 angka pengangguran di Mesir mengalami peningkatan yang awalnya hanya 9% menjadi 12,7% di tahun 2011. Akibat dari besarnya utang luar negri, Mesir mengalami inflasi yang cukup tinggi dan termasuk kedalam pertumbuhan ekonomi yang lambat dibanding negara Timur Tengah lainnya. Hal ini sangat berdampak pada tingkat pengangguran dan kemiskinan yang ada di Mesir.

Tuntutan rakyat terhadap kesejahteraan dan stabilitas ekonomi kepada presiden Mursi membuat terjadinya demonstrasi besar-besaran terulang kembali. Mursi dianggap gagal dalam membangun stabilitas perekonomian dan hal tersebut dijadikan senjata untuk menggulingkan pemerintahannya. Realita yang terjadi di Mesir ialah pemerintahan Mursi tidak jauh berbeda dari rezim Mubarak.

Pemberhentian produksi minyak di Libya

Libya yang merupakan salah satu negara penghasil minyak terbesar dunia terpaksa menghentikan produksi minyak akibat banyaknya fasilitas yang rusak akibat perang. Perusahaan minyak nasional Libya baru mula beroperasi sejak bulan Januari 2012. Masalah perekonomian merupakan salah satu tugas yang cukup berat bagi pemerintahan Libya. Hal ini tidak hanya penting bagi kondisi domestik negara, tetapi juga menjadi penentu kebijakan ekonomi antara Libya dengan negara-negara lain terutama negara barat.

Krisis ekonomi di Suriah

Akibat dari pemberontakan di Suriah, perekonomian di negara tersebut ikut terganggu. Penggulingan Basar Al-Asad yang merupakan Presiden Suriah yang menjabat dari tahun 2000. Sebelum Basar Al-Ashad menjabat, perekonomian Suriah memang sudah memburuk, lalu Bashar Al-Asad menjanjikan akan melakukan reformasi ekonomi. Namun tidak dapat merata dan menyebar ke daerah-daerah kecil. Perkembangan penduduk yang tidak setara dengan ketersediaan lapangan pekerjaan dan sumber daya alam yang semakin menipis. Produksi minyak per hari pada tahun 2010 hanya 385.000 barrel yang jika dibandingkan tahun 1996 jauh lebih sedikit yaitu 585.000 barrel.

Selain krisis ekonomi dan pemberhentian produksi minyak, dampak dari Arab Spring lainnya ialah tidak stabilnya harga minyak di dunia. Hal ini terjadi karena produsen minyak utama yaitu Uni Emirat Arab, Arab Saudi dan Kuwait yang berusaha menghindari dari peristiwa Arab Spring. Selain itu, Arab Spring yang merupakan gerakan untuk mengatasi masalah ekonomi dan memberantas diktator yang korup, setelah terjadinya krisis besar-besaran tersebut kondisi perekonomian masih tidak stabil karena banyak kelompok politik bersaing untuk memperebutkan pembagian kekuasaan.

Selain masalah perekonomian dan politik, pemberontakan tersebut menghambat minta para wisatawan untuk berkunjung ke negara tersebut karena takut akan mencelakai dirinya. Hal ini menambah kekacauan dalam bidang ekonomi.

Atikel ini sebagai salah satu syarat Tugas 2 Mata Kuliah Teori Hubungan Internasional  II dengan Dosen Pengampu: Fadlan Muzakki, S.IP., M.Phil., LLM.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun