Tercatat sejak tahun 2010 angka pengangguran di Mesir mengalami peningkatan yang awalnya hanya 9% menjadi 12,7% di tahun 2011. Akibat dari besarnya utang luar negri, Mesir mengalami inflasi yang cukup tinggi dan termasuk kedalam pertumbuhan ekonomi yang lambat dibanding negara Timur Tengah lainnya. Hal ini sangat berdampak pada tingkat pengangguran dan kemiskinan yang ada di Mesir.
Tuntutan rakyat terhadap kesejahteraan dan stabilitas ekonomi kepada presiden Mursi membuat terjadinya demonstrasi besar-besaran terulang kembali. Mursi dianggap gagal dalam membangun stabilitas perekonomian dan hal tersebut dijadikan senjata untuk menggulingkan pemerintahannya. Realita yang terjadi di Mesir ialah pemerintahan Mursi tidak jauh berbeda dari rezim Mubarak.
Pemberhentian produksi minyak di Libya
Libya yang merupakan salah satu negara penghasil minyak terbesar dunia terpaksa menghentikan produksi minyak akibat banyaknya fasilitas yang rusak akibat perang. Perusahaan minyak nasional Libya baru mula beroperasi sejak bulan Januari 2012. Masalah perekonomian merupakan salah satu tugas yang cukup berat bagi pemerintahan Libya. Hal ini tidak hanya penting bagi kondisi domestik negara, tetapi juga menjadi penentu kebijakan ekonomi antara Libya dengan negara-negara lain terutama negara barat.
Krisis ekonomi di Suriah
Akibat dari pemberontakan di Suriah, perekonomian di negara tersebut ikut terganggu. Penggulingan Basar Al-Asad yang merupakan Presiden Suriah yang menjabat dari tahun 2000. Sebelum Basar Al-Ashad menjabat, perekonomian Suriah memang sudah memburuk, lalu Bashar Al-Asad menjanjikan akan melakukan reformasi ekonomi. Namun tidak dapat merata dan menyebar ke daerah-daerah kecil. Perkembangan penduduk yang tidak setara dengan ketersediaan lapangan pekerjaan dan sumber daya alam yang semakin menipis. Produksi minyak per hari pada tahun 2010 hanya 385.000 barrel yang jika dibandingkan tahun 1996 jauh lebih sedikit yaitu 585.000 barrel.
Selain krisis ekonomi dan pemberhentian produksi minyak, dampak dari Arab Spring lainnya ialah tidak stabilnya harga minyak di dunia. Hal ini terjadi karena produsen minyak utama yaitu Uni Emirat Arab, Arab Saudi dan Kuwait yang berusaha menghindari dari peristiwa Arab Spring. Selain itu, Arab Spring yang merupakan gerakan untuk mengatasi masalah ekonomi dan memberantas diktator yang korup, setelah terjadinya krisis besar-besaran tersebut kondisi perekonomian masih tidak stabil karena banyak kelompok politik bersaing untuk memperebutkan pembagian kekuasaan.
Selain masalah perekonomian dan politik, pemberontakan tersebut menghambat minta para wisatawan untuk berkunjung ke negara tersebut karena takut akan mencelakai dirinya. Hal ini menambah kekacauan dalam bidang ekonomi.
Atikel ini sebagai salah satu syarat Tugas 2 Mata Kuliah Teori Hubungan Internasional  II dengan Dosen Pengampu: Fadlan Muzakki, S.IP., M.Phil., LLM.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H