Mohon tunggu...
Keynesgara wenefri tanan
Keynesgara wenefri tanan Mohon Tunggu... Buruh - Pelajar

Manusia yang belum selesai dan akan menjadi abadi setelah beristirahat dengan nyenyak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bersifat Konsisten, Apakah Perlu?

2 November 2019   03:17 Diperbarui: 24 Juni 2021   17:00 1608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengetahui pentingnya sikap konsisten (unsplash/aaron burden)

"Ingin sukses? Jadilah konsisten","konsisten adalah kunci sukses","tidak konsisten penyebab terbesar kegagalan". Itu beberapa kalimat yang berbekas dikepala setelah membaca artikel tentang kata konsisten. 

Kesuksesan sangat melekat pada kata konsisten. Saat melakukan pencarian kata konsisten di mesin pencarian (google). Selain artikel pengertian atau definisi konsisten, artikel yang membahas sifat konsisten sebagai alat untuk sukses padat memenuhi  daftar pencarian. 

Kata konsisten merupakan serapan dari consistent dan consistentem yang berarti 'berdiri dengan kokoh' atau 'berdiri tegak'. Dari kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), konsisten artinya  'tetap (tidak berubah-ubah)',  'taat asas' atau 'ajek'.  KBBI juga mengartikan konsisten sebagai 'selaras atau sesuai'.

Dalam kehidupan sehari-hari kita dituntut untuk menjadi konsisten, entah itu tuntutan dari dosen, senior, teman, saudara, dan bahkan orang tua. Dituntut untuk tetap pada pendirian, tidak berubah-ubah, dan focus pada tujuan awal yang dimana tujuan akhir dari tuntutan itu adalah menjadi pribadi yang baik dan mendekatkan diri pada kesuksesan, katanya.

Namun, untuk menjadi konsisten itu tidaklah mudah dan sangat membosankan. Selalu dihadapkan dengan pilihan-pilihan yang sempit, tidak bebas dan terlihat kaku dalam menghadapi situasi yang hadir karena dipagari oleh tujuan awal agar tidak melenceng, sehingga seseorang sulit mengeksplorasi diri yang sejatinya "manusia adalah kebebasan" (A. Setyo Wibowo & Majalah Driyarkara, filsafat Eksistensialisme Jean-Paul Sartre, 2011)

Pernah mencoba inkonsisten? (gambard olahan penulis)
Pernah mencoba inkonsisten? (gambard olahan penulis)

Baca juga : Ganjar Pranowo, Antara Pencitraan dan Konsistensi

Dari penjelasan diatas maka timbul pertanyaan 'apakah inkonsisten itu bersifat buruk?'. Mari kita sedikit berbicara tentang seorang filsuf bernama Jean-Paul Sartre. 

Eksistensi mendahului esensi; eksistensi adalah kontigensi; manusia adalah kebebasan. Itulah ide-ide umum yang dikenal dari Jean-Paul Sartre. Menurutnya manusia itu kontigensi, selalu menjadi (proses), dan otentiknya manusia ialah yang eksistensinya sendiri ia pilih dan ia jalani secara bebas.

Kontigensi menurut Dr. A. Setyo Wibowo ialah sesuatu yang berlawanan dengan absolut, mutlak atau yang memiliki landasan kokoh. Artinya, kontigensi juga merupakan suatu yang remeh-temeh tanpa konsistesi, tidak pasti, selalu berubah dan terombang-ambing.

Baca juga : Konsisten pada Bidang yang Digeluti Salah Satu Cara Membangun Personal Branding

Nah keterombang-ambingan (inkonsisten atau kontigensi) inilah yang juga penting untuk manusia. Dimana ketika manusia masuk dalam situasi keterombang-ambingan dan dapat keluar dari situasi tersebut dan bertanggung jawab atas pilihan yang ia pilih dalam keterombang-ambingan maka, ia dapat menjadi dirinya yang otentik.

Sartre telah melewati itu yang dimana pada masa kecil dan masa kematangannya ditandai oleh kisah cinta yang rumit dengan banyak wanita dan perubahan-perubahan pandangan politis dan filosofis. Itulah proses yang dilalui Sartre hingga menjadi salah satu tokoh besar eksistensialisme, yang dimana sari pati dari eksistensialisme.

Jadi, berbicara tentang  konsisten dan inkonsisten merupakan kata yang kontradiksi namun perlu untuk diterapkan dalam kehidupan kita. Terlepas dari penilaian baik dan buruk dari kata tersebut.

Hal yang paradox merupakan suatu kewajaran yang terjadi  pada manusia dengan maksud menjadikan manusia otentik dan yaaa seperti penjelasan awal tadi yaitu mencapai kesuksesan.

Baca juga : Konsisten Membangun Personal Branding di Sosial Media

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun