Kevin Saputra
1405623065
Pendidikan Sosiologi B
  Belakangan ini banyak sekali terjadi terutama pada kalangan remaja fenomena Flexing, apa itu Flexing dan bagaimana kaitan serta pandangan dari sisi Sosiologi?
Â
Pengertian Flexing
  Flexing atau pamer adalah kegiatan yang mana seseorang menampilkan kekayaan maupun harta benda mereka sebagai bentuk kepemilikan mereka terhadap suatu barang yang dianggap mewah dan memiliki nilai tinggi. Flexing memiliki beragam macam bentuk, dari hanya sekedar menggunakan maupun memamerkan hal yang berharga. Hingga mengoleksi barang-barang mewah yang bernilai sangat tinggi.
  Flexing tidak hanya terjadi di dalam keseharian nyata saja. Sebagaimana diketahui flexing ini dapat terjadi juga di dalam dunia maya, terutama sosial media. Banyak manusia yang memamerkan barang barang berharganya di sosial media. Tidak jarang ada yang menjadikannya konten hingga menghancurkannya sebagai bukti kekayaan yang ia miliki.
  Tidak hanya di sosial media, didalam video game pun dapat terjadi peristiwa Flexing. Sebagaimana video game yang memiliki sistem pay to win atau berbayar memiliki item yang hanya dapat dimiliki jika membayar sejumlah biaya tertentu dan membeli item tersebut. Tentu hal ini akan menjadi flexing terhadap player yang hanya bermain biasa.
Ciri-ciri Orang Yang Melakukan Flexing
  Dalam kegiatan orang berflexing, tentu memiliki ciri khas masing-masing dalam memamerkan apa yang ia miliki, bisa berupa harta benda, peliharaan, koleksi, barang konsumtif, maupun hal lain yang dianggap mewah bagi masyarakat.
  Dikaji dari bagaimana mereka melakukan flexing, dapat diketahui jika orang tersebut melakukan pamer terutama dengan ia selalu membicarakan hal yang ia miliki. Selain membicarakannya, ia akan terus menerus menunjukan kepada orang lain atas kebanggaanya memiliki hal yang dianggap spesial.
  Kendati demikian, tak hanya dilakukan secara blak-blakan dalam melakukan flexing. Ada yang hanya sekedar diam, namun ia menampilkan kepunyaan miliknya tanpa menyinggungnya. Permainan psikologis yang membuat orang merasa ia adalah orang yang tidak sombong namun di lain sisibia berusaha menampilkan kepunyaannya dengan berusaha menutupi perasaan pamernya itu.
 Flexing di Kalangan Remaja
  Fenomena flexing hampir tak mengenal batasan kalangan, dari anak-anak hingga orang tua pun dapat melakukan hal ini, tak terkecuali remaja. Remaja yang berada dalam masa pertumbuhan memiliki emosi yang tidak stabil. Dikarenakan ketidak-stabilan itu dapat memicu mereka mengikuti bagaimana cara pandang masyarakat terhadap mereka sehingga flexing dapat terjadi.
 Tak jarang demi agar bisa flexing mereka melakukan segala macam cara untuk mendapatkan kepuasan terhadap agar bagaimana masyarakat memandang tinggi mereka. Mulai dari meminta uang kepada orang tua dengan memaksa. Ataupun berusaha mencari penghasilan sendiri.
Penyebab Peristiwa Flexing
  Segala sesuatu hal tentu ada akibatnya, begitu juga dengan flexing ini. Flexing diakibatkan oleh hal-hal yang positif maupun negatif bagi individu itu sendiri maupun masyarakat di sekitarnya. Sebab dari flexing sendiri juga terpengaruh dari bagaimana mental dan pola pikir seseorang itu berupaya meraih sesuatu.
  Dalam banyak kajian, peristiwa flexing utamanya dilakukan karena adanya perasaan ingin dipandang. Manusia sebagai mahkluk sosial memiliki keinginan kuat untuk mendominasi sekitarnya. Salah satunya ialah dengan flexing, dengan flexing mereka dapat lebih menonjolkan eksistensi dan seberapa berpengaruhnya mereka terhadap lingkup ruang sosial mereka masing-masing.
  Selain dari untuk mendapatkan eksistensi, flexing juga dilakukan sebagai bentuk usaha dalam meraih kekuasaan dalam suatu lingkup. Misalnya saja dalam pemilu, flexing suatu pemerintah dapat menuai dukungan dari pihak lain dengan pencitraan. Semisalnya saja berbagi sembako kepada masyarakat, tentu masyarakat akan menganggap calon pemimpin itu ialah orang yang memiliki banyak harta dan berkuasa sehingga masyarakat tertarik untuk memilih calon tersebut.
  Disisi lain juga, flexing ini juga dapa dilaksanakan sebagai penguat rasa kepercayaan diri dalam lingkup sosialnya. Peningkatan percaya diri ini bisa didapat dari flexing. Dengan melakukam flexing akan meningkatkan derajat orang tersebut terhadap orang lain yang tentu saja akan memunculkan sikap yang merasa bahwa dirinya dipandang tinggi terhadap orang-orang yang melihat bagaimana flexing yang dilakukan olehnya.
Akibat Dari Flexing
 Setiap perbuatan memiliki akibat, tak terlepas dari flexing yang dilakukan terutama oleh para remaja. Berbagai tuaian hasil negatif banyak didapat akibat tindakan flexing tersebut. Kendati hanya hasil negatif, hasil positif pun bisa didapat melalui flexing dengan mempertimbangkan bagaimana pelaku melakukannya dan tujuan dari sang pelaku melakukannya.
Dari sisi negatif, kita dapat menghadirkan akibat-akibat yang sudah pasti terjadi.
- Dianggap sombong
Sudah sewajarnya bagi orang yang sering memamerkan kelebihan yang ia milikki akan mendapat cap sombong dari masyarakat, perasaan melihat individu tersebut merasa paling tinggi dari yang lain membuat lingkungan sosialnya memandang bagaimana ia berlebih lebihan dalam apa yang ia milikki
- Sulit diajak bersosialisasi
Biasanya dikarenakan merasa orang tersebut yang paling penting dikarenakan kepemilikannya terhadap hal-hal yang tak dimiliki kebanyakan orang, akan membuatnya membatasi dirinya sendiri dalam hal berinteraksi. Pembatasan sepihak ini yang akan membuat orang itu menjadi kesulitan mendapat ajakan maupun interaksi secara non-formal sehingga memimbulkan jarak sosial diantara dirinya dengan masyarakat lain.
  Dilain sisi dari bagaimana kegiatan flexing menyebabkan stigma negatif pada masyarakat, dari dalam diri individu itu sendiri dapat menimbulkan efek positif pula kepada dirinya sendiri maupun aktor di dalam lingkup sosialnya.
- Meningkatkan percaya diri
Tak dapat dipungkiri ketika individu melakukan suatu flexing maka ia meningkatkan percaya dirinya sendiri. Dari percaya diri itu ia dapat melakukan hal yang ia inginkan dengan tanpa mengkhawatirkan resiko akan dicemooh oleh orang lain dan mencapai tujuannya dengan mudah
- Menjadi motivasi
Flexing yang dilakukan orang lain tentu akan menyebabkan jengkel di hati orang lain yang melihatnya. Lantas jika seseorang itu mengelola bagaimana ia seharusnya bertindak, ia akan merasa termotivasi dalam meraih keberhasilan yang sama dengan orang yang dilihatnya sebelumnya, sehingga ia akan mengeluarkan usaha lebih dalam menggapai hal yang ingin ia flexing juga terhadap orang lain.
Flexing Dari Sudut Pandang Sosiologi
  Flexing dapat dikaji melalui teori-teori yang telah disampaikan dalam sosiologi. Bagaimana individu beraksi untuk mendapatkan suatu kepuasan terhadap dirinya yang berhubungan dengan masyarakat. Sudut pandang masyarakat inilah yang membuat sosiologi mengambil bagian terhadap fenomena flexing yang banyak terjadi ini, terutama dalam usia remaja.
  Ketidakstabilan emosi dalam diri remaja yang masih mencari eksistensi diri mengibaratkan mereka sedang melakukan Dramaturgi seperti yang dikonsepkan oleh Ervin Goffman. Remaja-remaja ini berusaha menampilkan bagimana mereka sebagai seseorang yang baru saja beranjak dewasa memberikan citra mereka pada front stage yang menginginkan mereka dipandang sebagai orang yang memiliki kekuasaan, keberadaan dalam lingkungannya.
  Selain itu, keinginan mendapatkan atensi pada ruang sosialnya suatu individu itu semakin mendorong keinginannya untuk melakukan kegiatan pamer agar tiap aktor yang berada dalam masyarakat, terutama lingkup ruang sosialnya itu memberikan perhatian mereka terhadap individu itu yang tentu dapat meningkatkan atensi terhadapnya.
  Flexing harta kekayaan juga termasuk ke dalam penjabaran teori interaksionisme simbolik oleh George herbert mead. Yang mana menggambarkan bagimana seseorang maupun kelompok berinteraksi menggunakan simbol-simbol yang ada dalam kehidupannya. Dalam flexing, memamerkan harta benda juga merupakan simbol akan bagimana seseorang memiliki kuasa lebih yang tercermin pada benda-benda yang ia miliki.
  Kegiatan flexing sendiri pun telah menjadi dasar bagian hidup manusia yang dengan cara memamerkan apa yang ia miliki membuat ia menjadi orang yang dipandang dan menjadi kelebihan terhadap orang lain dalam konteks positif maupun negatif. Dan dijabarkan kembali melalui kajian-kajian dari sisi Sosiologi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H