Mohon tunggu...
Kevin Saputra
Kevin Saputra Mohon Tunggu... Lainnya - Merupakan mahasiswa aktif di jenjang strata 1 Universitas Negri Jakarta Pendidikan Sosiologi

Hobi menikmati masyarakat terutama dalam lingkup kendaraan umum

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Flexing dalam Lingkup Kalangan Remaja

24 Oktober 2023   07:40 Diperbarui: 24 Oktober 2023   07:46 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  Setiap perbuatan memiliki akibat, tak terlepas dari flexing yang dilakukan terutama oleh para remaja. Berbagai tuaian hasil negatif banyak didapat akibat tindakan flexing tersebut. Kendati hanya hasil negatif, hasil positif pun bisa didapat melalui flexing dengan mempertimbangkan bagaimana pelaku melakukannya dan tujuan dari sang pelaku melakukannya.

Dari sisi negatif, kita dapat menghadirkan akibat-akibat yang sudah pasti terjadi.

  • Dianggap sombong

Sudah sewajarnya bagi orang yang sering memamerkan kelebihan yang ia milikki akan mendapat cap sombong dari masyarakat, perasaan melihat individu tersebut merasa paling tinggi dari yang lain membuat lingkungan sosialnya memandang bagaimana ia berlebih lebihan dalam apa yang ia milikki

  • Sulit diajak bersosialisasi

Biasanya dikarenakan merasa orang tersebut yang paling penting dikarenakan kepemilikannya terhadap hal-hal yang tak dimiliki kebanyakan orang, akan membuatnya membatasi dirinya sendiri dalam hal berinteraksi. Pembatasan sepihak ini yang akan membuat orang itu menjadi kesulitan mendapat ajakan maupun interaksi secara non-formal sehingga memimbulkan jarak sosial diantara dirinya dengan masyarakat lain.

   Dilain sisi dari bagaimana kegiatan flexing menyebabkan stigma negatif pada masyarakat, dari dalam diri individu itu sendiri dapat menimbulkan efek positif pula kepada dirinya sendiri maupun aktor di dalam lingkup sosialnya.

  • Meningkatkan percaya diri

Tak dapat dipungkiri ketika individu melakukan suatu flexing maka ia meningkatkan percaya dirinya sendiri. Dari percaya diri itu ia dapat melakukan hal yang ia inginkan dengan tanpa mengkhawatirkan resiko akan dicemooh oleh orang lain dan mencapai tujuannya dengan mudah

  • Menjadi motivasi

Flexing yang dilakukan orang lain tentu akan menyebabkan jengkel di hati orang lain yang melihatnya. Lantas jika seseorang itu mengelola bagaimana ia seharusnya bertindak, ia akan merasa termotivasi dalam meraih keberhasilan yang sama dengan orang yang dilihatnya sebelumnya, sehingga ia akan mengeluarkan usaha lebih dalam menggapai hal yang ingin ia flexing juga terhadap orang lain.

Flexing Dari Sudut Pandang Sosiologi

   Flexing dapat dikaji melalui teori-teori yang telah disampaikan dalam sosiologi. Bagaimana individu beraksi untuk mendapatkan suatu kepuasan terhadap dirinya yang berhubungan dengan masyarakat. Sudut pandang masyarakat inilah yang membuat sosiologi mengambil bagian terhadap fenomena flexing yang banyak terjadi ini, terutama dalam usia remaja.

   Ketidakstabilan emosi dalam diri remaja yang masih mencari eksistensi diri mengibaratkan mereka sedang melakukan Dramaturgi seperti yang dikonsepkan oleh Ervin Goffman. Remaja-remaja ini berusaha menampilkan bagimana mereka sebagai seseorang yang baru saja beranjak dewasa memberikan citra mereka pada front stage yang menginginkan mereka dipandang sebagai orang yang memiliki kekuasaan, keberadaan dalam lingkungannya.

   Selain itu, keinginan mendapatkan atensi pada ruang sosialnya suatu individu itu semakin mendorong keinginannya untuk melakukan kegiatan pamer agar tiap aktor yang berada dalam masyarakat, terutama lingkup ruang sosialnya itu memberikan perhatian mereka terhadap individu itu yang tentu dapat meningkatkan atensi terhadapnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun