Mohon tunggu...
KEVIN MUBAROK
KEVIN MUBAROK Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menyusun kata" menggunakan logika

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Antisipasi Pencegahan Penyakit LSD (Lump Skin Disease) Pada Sapi

19 Juni 2023   22:18 Diperbarui: 19 Juni 2023   22:31 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyakit pada ternak merupakan kondisi hewan ternak yang menurun akibat dari kondisi fisik yang melemah, kurangnya nafsu makan, kondisi cuaca yang berubah-ubah. Terkadang peternak mengeluh, jika hewan ternaknya terkena atau terpapar penyakit. Jika ternak sakit, maka ternak harus membutuhkan perawatan yang ekstra hingga ternak tersebut sembuh total dari penyakitnya. Ternak yang sakit harus segera dijauhkan atau disendirikan, supaya tidak menular ke ternak lain. 

Sebagai peternak harus memahami kondisi setiap ternak, apabila ternak ada gejala-gejala atau diindikasikan terpapar penyakit. Konsumsi pakan, dan pemberian suplemen harus terpenuhi selama pemeliharaan. Tujuannya agar peternak terhindar dari penyakit dan menjaga kondisi ternak. 

Saat ini, penyakit yang umumnya menyerang ternak adalah PMK (Penyakit Mulut Dan Kuku), jika ternak terpapar penyakit ini dan tidak segera ditangani akan mengakibatkan kematian. Namun akhir-akhir ini ada penyakit yang menyerang ternak yaitu, LSD (Lump Skin Disease). 

Penyakit LSD ini merupakan jenis penyakit yang menyerang kulit infeksikus yang disebabkan oleh LSDV (Lumpy Skin Desease Virus), dimana virus ini bermateri genetik DNA dari genus Capripoxvirus dan famili Poxviridae. Virus ini umumnya akan menyerang ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, dan beberapa jenis ternak ruminansia liar. 

Penyakit LSD pertama kali muncuk dan ditemukan di Zambia, lalu di Afrika pada tahun 1928. Penyakit menyebar sampai ke afrika utara (1980) dan ke Mesir (1988) kemudian ke Israel dan timur tengah (1988), dan menjadi wabah di timur tengah pada tahun 2006 dan 2007. Kemudian tahun 2012, LSD menyebar ke Yunani dan Bulgaria dan Balkan. Terus masuk ke Eropa dan menjadi wabah pada tahun 2018. 

Menurut Badan Pangan Dunia, Food and Agriculture Organization  (FAO), penyakit LSD sudah sampai di Asia. Negara pertama Asia yang tertular adalah Bangladesh (Juli 2019), kemudian India dan China (Agustus 2019). Selanjutnya Taiwan (Juli 2020), Vietnam (Oktober 2020), Thailand (Mei 2021), dan Malaysia (Juni 2021). Dengan sudah tertularnya negara-negara tetangga dekat dengan Indonesia, maka LSD sudah menjadi ancaman bagi Indonesia sehingga Indonesia perlu mewaspadai penyakit lumpy skin diseases (LSD). 

Berikut ini merupakan bentuk antisipasi yang dapat dilakukan adalah:

1. Mengenali dan mengenalkan penyakit LSD kepada masyarakat, terutama kepada peternak.

2. Melaporkan bila menemukan penyakit dengan gejala seperti LSD.

3. Mencegah masuknya penyakit dengan mengawasi lebih teliti lalu lintas ternak, hewan dan bahan pangan asal hewan dari luar negeri maupun antar wilayah di Republik Indonesia.

4. Meningkatkan manajemen peternakan.

5. Menerapkan biosekuriti secara disiplin di peternakan.

Berikut merupakan cara penanganannya pada ternak adalah:

-Menjaga kondisi tubuh ternak agar tetap sehat dengan mencukupi kebutuhan pakan dan menyediakan kandang yang nyaman bagi ternak.

-Mengupayakan agar kandang dalam kondisi bersih, kering dan hangat.

-Menjaga kebersihan kandang dan lingkungannya, membersihkan sampah dan kotoran ternak setiap hari agar tidak menjadi sarang  serangga penghisap darah, seperti nyamuk, caplak dan lalat karena serangga merupakan salah satu vektor yang menularkan penyakit LSD.

-Melakukan penyemprotan (spraying) kandang dengan anti serangga dan merendam ternak (dipping) dalam larutan insektisida secara berkala.

Penyakit ini menular secara langsung melalui kontak dengan lesi kulit, namun penyakit LSD ini juga diekskresikan melalui darah, leleran hidung dan air mata ternak, air liur, semen, dan susu.  Adapun penularannya juga dapat terjadi secara intrauterine. Penularan secara tidak langsung melalui peralatan dan perlengkapan kandang. Peralatan dan peralatan kandang yang terkontaminasi virus LSD seperti pakaian kandang, peralatan kandang, dan jarum suntik. Jadi sangat penting untuk dilakukan sterilisasi peralatan baik sebelum digunakan atau sesudah digunakan, sehingga dapat mengantisipasi adanya penyakit tersebut. Penyakit ini juga bisa ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk, lalat, migas penggigit dan caplak.

Gejala klinis dari penyakit LSD ini dipengaruhi oleh faktor umur, ras, dan status imun ternak. Tanda klinis LSD yang bisa dilihat terdapat pada kulit berupa nodul berukuran 1-7 cm yang biasanya ditemukan pada daerah leher, kepala, kaki, ekor dan ambing ternak biasanya gejalanya diawali dengan demam hingga 40.5 derajat celcius.  Nodul semacam benjolan menyerupai jerawat, namun berukuran besar. Hewan ternak yang terpapar penyakit LDS kondisi tubuhnya akan lemah, demam berkepanjangan, adanya leleran dihidung dan mata, dan pembengkakan. Selain itu, penyakit LDS ketika terpapar pada ternak betina akan mempengaruhi produksi susu yang dihasilkan. Hingga saat ini belum ada pengobatan khusus terhadap LSD. Pengobatan untuk LSD bersifat gejala untuk mengobati gejala klinis yang muncul dan suportif untuk memperbaiki kondisi tubuh ternak terinfeksi. Pencegahan secara spesifik dilakukan dengan vaksinasi. Sebagian besar vaksin LSD adalah  live attenuated, namun juga tersedia dalam bentuk inaktif. Vaksinasi untuk daerah bebas LSD seperti Indonesia tidak dilakukan. Kewaspadaan terhadap penyakit LSD di Indonesia perlu ditingkatkan dengan memperkuat sistem surveilans deteksi dini penyakit, memperketat pemeriksaan lalu lintas hewan, dan meningkatkan kapasitas pengujian dan diagnosis penyakit LSD. Meskipun tidak bersifat zoonosis atau tidak menular kepada manusia, namun LSD menimbulkan kerugian yang besar. Kerugian yang ditimbulkan berupa kehilangan berat badan, karena hewan tidak bernafsu makan, kehilangan produksi susu, mandul pada sapi jantan dan betina, keguguran dan kerusakan pada kulit. 

Sapi yang terserang LSD menunjukkan beberapa gejala seperti demam, timbulnya benjolan-benjolan pada kulit dengan batas yang jelas, sehingga penyakit ini bisa juga dinamai penyakit kulit benjol, keropeng pada hidung dan rongga mulut dan pembengkakan pada kelenjar pertahanan. Berikut penularan penyakit dari satu hewan ke hewan lain terjadi melalui beberapa jalur, yaitu

-Ditularkan oleh serangga penghisap darah, seperti nyamuk, caplak dan lalat.

-Kontak langsung antara hewan sakit dan hewan yang sehat dalam satu kandang.

-Penularan dari induk yang sakit kepada anak di dalam kandungan dan melalui air susu.

-Melalui jarum suntik yang tidak steril dan digunakan berulang.

-Pakan dan air minum yang tercemar ludah hewan yang terinfeksi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun