5. Menerapkan biosekuriti secara disiplin di peternakan.
Berikut merupakan cara penanganannya pada ternak adalah:
-Menjaga kondisi tubuh ternak agar tetap sehat dengan mencukupi kebutuhan pakan dan menyediakan kandang yang nyaman bagi ternak.
-Mengupayakan agar kandang dalam kondisi bersih, kering dan hangat.
-Menjaga kebersihan kandang dan lingkungannya, membersihkan sampah dan kotoran ternak setiap hari agar tidak menjadi sarang  serangga penghisap darah, seperti nyamuk, caplak dan lalat karena serangga merupakan salah satu vektor yang menularkan penyakit LSD.
-Melakukan penyemprotan (spraying) kandang dengan anti serangga dan merendam ternak (dipping) dalam larutan insektisida secara berkala.
Penyakit ini menular secara langsung melalui kontak dengan lesi kulit, namun penyakit LSD ini juga diekskresikan melalui darah, leleran hidung dan air mata ternak, air liur, semen, dan susu.  Adapun penularannya juga dapat terjadi secara intrauterine. Penularan secara tidak langsung melalui peralatan dan perlengkapan kandang. Peralatan dan peralatan kandang yang terkontaminasi virus LSD seperti pakaian kandang, peralatan kandang, dan jarum suntik. Jadi sangat penting untuk dilakukan sterilisasi peralatan baik sebelum digunakan atau sesudah digunakan, sehingga dapat mengantisipasi adanya penyakit tersebut. Penyakit ini juga bisa ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk, lalat, migas penggigit dan caplak.
Gejala klinis dari penyakit LSD ini dipengaruhi oleh faktor umur, ras, dan status imun ternak. Tanda klinis LSD yang bisa dilihat terdapat pada kulit berupa nodul berukuran 1-7 cm yang biasanya ditemukan pada daerah leher, kepala, kaki, ekor dan ambing ternak biasanya gejalanya diawali dengan demam hingga 40.5 derajat celcius.  Nodul semacam benjolan menyerupai jerawat, namun berukuran besar. Hewan ternak yang terpapar penyakit LDS kondisi tubuhnya akan lemah, demam berkepanjangan, adanya leleran dihidung dan mata, dan pembengkakan. Selain itu, penyakit LDS ketika terpapar pada ternak betina akan mempengaruhi produksi susu yang dihasilkan. Hingga saat ini belum ada pengobatan khusus terhadap LSD. Pengobatan untuk LSD bersifat gejala untuk mengobati gejala klinis yang muncul dan suportif untuk memperbaiki kondisi tubuh ternak terinfeksi. Pencegahan secara spesifik dilakukan dengan vaksinasi. Sebagian besar vaksin LSD adalah  live attenuated, namun juga tersedia dalam bentuk inaktif. Vaksinasi untuk daerah bebas LSD seperti Indonesia tidak dilakukan. Kewaspadaan terhadap penyakit LSD di Indonesia perlu ditingkatkan dengan memperkuat sistem surveilans deteksi dini penyakit, memperketat pemeriksaan lalu lintas hewan, dan meningkatkan kapasitas pengujian dan diagnosis penyakit LSD. Meskipun tidak bersifat zoonosis atau tidak menular kepada manusia, namun LSD menimbulkan kerugian yang besar. Kerugian yang ditimbulkan berupa kehilangan berat badan, karena hewan tidak bernafsu makan, kehilangan produksi susu, mandul pada sapi jantan dan betina, keguguran dan kerusakan pada kulit.Â
Sapi yang terserang LSD menunjukkan beberapa gejala seperti demam, timbulnya benjolan-benjolan pada kulit dengan batas yang jelas, sehingga penyakit ini bisa juga dinamai penyakit kulit benjol, keropeng pada hidung dan rongga mulut dan pembengkakan pada kelenjar pertahanan. Berikut penularan penyakit dari satu hewan ke hewan lain terjadi melalui beberapa jalur, yaitu
-Ditularkan oleh serangga penghisap darah, seperti nyamuk, caplak dan lalat.
-Kontak langsung antara hewan sakit dan hewan yang sehat dalam satu kandang.