Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) merupakan suatu program dari kampus merdeka dimana mahasiswa dari seluruh Indonesia dengan karakteristik kebudayaan dan kepribadiannya melakukan pertukaran secara akademis juga kultural. Adapun Universitas Pattimura sebagai salah satu mitra kampus program PMM turut melakukan 16 kegiatan mingguan modul nusantara yang mencakup 9 aktivitas kebhinekaan, 5 refleksi, 1 inspirasi, dan 1 kontribusi sosial.
- Kebhinekaan: Pengenalan produk pangan lokal sebagai tradisi masyarakat di Maluku. Kegiatan ini dilakukan di GPM Maranatha dengan berbagai produk yang dipasarkan, yakni: keripik keladi, kenari, minyak beta kayu putih, minyak cengkeh, minyak lawang bintang benaya jus pala, ikan cakalang, sambal cumi, pizza kasbi, kerupuk amplang ikan tuna, nasi pulut bambu, kain tenun Ambon dan Tanimbar, serta aksesoris khas Maluku lainnya.
- Kebhinekaan: Acara HUT Ambon ke 448. Kegiatan ini dilakukan di Lapangan Merdeka Ambon. Terdapat berbagai tradisi Ambon yang menarik diantaranya penyerahan kapata bendera kebesaran Ambon berbalut kain gendong merah diiringi tarian cakalele (tarian perang) hingga tradisi makan patita (makan bersama dengan mengambil sendiri beragam makanan yang tersedia di sepanjang jalan).
- Refleksi: Makna Sejarah Kota Ambon. Kegiatan dilakukan di Desa Laha dengan berbagai temuan diantaranya bunker suatu situs peninggalan sejarah penjajahan portugis merupakan tempat penyimpanan senjata dan persembunyian untuk perang, kemudian mengunjungi jembatan amerika yang diyakini tempat berlabuhnya kapal portugis untuk pertama kalinya di kota Ambon.
- Inspirasi: Mewawancarai tokoh dan saksi sejarah lahirnya Kota Ambon. Kegiatan ini dilakukan di Desa Hative Besar, salah satu negeri yang kental adat dengan system kedududukan/kasta, dipimpin oleh raja (bawahannya ada orang kaya, pati, kepala soa, hingga rakyat biasa), terdapat talaga raja yakni tempat pemandian raja dan penjagaan siluman bebek, sumur tua dan prasasti batu pamali di gunung kerbau yang merupakan tempat berkumpulnya orang-orang tua bicara tentang adat, serta patung St. Fransiskus Xaverius, tokoh portugis yang membawa katolik ke Indonesia, mendarat pertama kali di Hative Besar, Maluku.
- Kebhinekaan: Mengenal Budaya Etnik Maluku (Busana dan Tarian Tradisional). Kegiatan dilakukan di Desa Waiyari dengan belajar tarian lenso (tari penyamputan tamu) dan tari tifa, juga busana khas Maluku berupa kebaya putih berlengan panjang, rok berwarna merah, tali kain berwarna putih, bagian konde dihiasi bunga ron (terbuat dari papaceda atau isi pohon kamboja), serta baju cele dengan dominasi merah dan putih.
- Kebhinekaan: Mengunjungi Benteng Amsterdam dan Gereja Tua di Maluku. Benteng Amsterdam merupakan tempat penyimpanan makanan, persenjataan, pengintaian, peristirahatan, dan tahanan, di luarnya ada sumur yang pernah ditemukan 8 tengkorak manusia, serta gereja tua imanuel: awalnya gereja katolik yang didirikan portugis, kemudian diganti jadi protestan oleh belanda.
- Refleksi: Peninggalan budaya sebagai sejarah yang penting. Kegiatan dilakukan di Pantai rumah tiga, sekaligus monev kendala selama PMM.
- Kebhinekaan: Pengenalan alat musik tradisional di Maluku. Kegiatan dilakukan di Desa Hutumuri dengan berbagai pengenalan dan praktik alat music khas Maluku, diantaranya tifa, totobuang, suling kulit bia atau tahuri, suling bambu, klapper, dan ukulele.
- Kontribusi Sosial: Pembersihan kawasan wisata sebagai warisan budaya dan Pemberian bantuan peralatan kebersihan ke 12 petugas kebersihan berupa sepatu boot, masker dan sarung tangan, serta pemberian perlengkapan alat tulis ke anak-anak pengajian. Kegiatan dilakukan di Desa Nusantara, Banda Neira dengan tujuan untuk menumbuhkan semangat gotong royong dan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, serta meningkatkan semangat belajar anak-anak.
- Refleksi: Kearifan lokal dan tempat bersejarah di Pulau Banda. Berbagai temuan di Banda Neira, yakni terdapat Parigi Rante (sumur dikelilingi rantai dan diapit 2 mariam, tempat ini sebagai monumen bersejarah pembantaian puluhan ribu rakyat Banda dan pemutilasian 40 orang kaya), perahu kora-kora (tradisi local masyarakat pulau banda yang digerakkan dengan tenaga pendayung untuk keperluan perang dan ekspansi), benteng belgica (benteng pertahanan portugis), benteng hollandia (tempat pemantauan aktivitas rakyat Banda dan lalu lintas perairan di sekitar pulau Lonthoir), benteng Nassau (benteng pertama yang dibangun Belanda di pulau Banda), sumur pusaka (sumur tua yang dijaga ratusan tahun hingga saat ini untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat desa Lonthoir), rumah pengasingan bung hatta, rumah pengasingan bung syahrir, istana mini banda neira, gereja tua banda neira, rumah adat banda neira, rumah kapten cole, dll.