Saat dia mulai melakukan tes dengan menulis dengan tulisan tangan, aku memerhatikan dengan seksama dan memoto dia diam-diam. Aku kirim foto dia ke council of advisor dan mengatakan, 'Cantik banget dia'. Lalu salah satu dewan penasihat bilang, 'kendalikan dirimu nak, jangan norak'. Beberapa saat kemudian aku hendak memfoto dia yang sedang menulis tapi kali ini minta izin dulu. Aku bilang, 'Izin foto ya buat saya post di instagram training saya'. Dia hanya menggeser matanya menatap saya seraya berkata 'oh iya' sambil lanjut menulis. Saya bisa mengonfirmasi kalau apa yang ia katakan dalam hatinya adalah 'ya elah fotomah foto aja kali pake bilang segala'.
'Ini A' (aku dipanggil Aa)
'Oh iya aa baca dulu ya' aku meraih tulisan Agnes. Ada beberapa hal yang bisa aku langsung tafsirkan saat itu, selebihnya harus kubuat dalam bentuk laporan.
'Dimakan makanannya'
'Makasih A' sambil tetap tidak bergeming menyentuh makanannya. Aku sempat berpikir apa dia lagi diet atau tidak suka sama makanannya?
'Oh iya ngomong-ngomong Agnes ini tipenya perasa atau logis?' tanyaku sambil memerhatikan pola tulisan tangan Agnes.
'Aku orangnya perasa banget' jawab Agnes singkat sambil tersenyum.
'Oh iya, Aa sempet mikir kalau kamu orangnya logical thinking banget, ternyata perasa ya'.
Aku memerhatikan ada salah satu indikasi tulisan tangan yang mengindikasikan adanya beban masa lalu yang belum selesai.
'Ada hal di masa lalu yang masih mengganggu sampai sekarang?'