Mohon tunggu...
Kevin Julianto
Kevin Julianto Mohon Tunggu... Administrasi - Writer. Banker. Announcer.

A Passion Worker.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Psikolovea "The Rooftop"

6 April 2021   09:48 Diperbarui: 6 April 2021   12:29 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: www.pegipegi.com

Dalam paper bag tersebut ada buku yang masih tersegel dengan judul kumpulan doa. Juga ada sepucuk surat. Surat yang sudah sangat lama tidak kuterima. Hampir 6 bulan yang lalu terakhir aku menerima surat seperti itu. Ternyata benar, dari Agnes.

'Hai Aa, apa kabar?'

***

Kalimat pembuka suratnya saja sudah membuatku menarik nafas panjang. Sebelum aku diisolasi, aku membeli beberapa keperluan dari mulai alat mandi, sandal sampai makanan. Salah satu makanan yang aku beli adalah susu indomilk rasa strawberry dan melon ukuran satu kali minum. Aku masih ingat saat pertama aku cerita kalau aku suka susu indomilk rasa strawberry dan melon. Besoknya Agnes mengirimiku makanan masakannya sendiri lengkap dengan dua susu indomilk kesukaanku. Dengan hanya menyentuhnya saja membuatku ingat, semua memori terputar kembali dari mulai sejak awal kenal hingga akhirnya kita harus pelan pelan belajar letting go each other. Sesaat setelah aku masuk ke ruang isolasi karena hasil Swab PCR katanya positif, aku mengabari Agnes, aku teringat Agnes karena aku membeli satu paket susu indomilk tersebut. Dan jujur, hingga saat ini, jika ego diredam, dia masih yang terbaik dari yang terbaik.

Kalimat selanjutnya setelah kalimat pembuka pada surat tersebut adalah 'Semoga aa cepat sembuh ya, ini ada buku doa supaya aa nggak jauh jauh dari Tuhan. Semoga aa suka ya' diakhiri dengan tanda tangannya yang khas. Ohiya, ngomong-ngomong tentang tulisan tangan, kedekatanku dengan Agnes memang diawali dari sebuah pelatihan Public Speaking yang aku bawakan, aku sebagai trainernya dan Agnes sebagai pesertanya. Aku memerhatikan ada peserta yang mencuri perhatianku dari mulai bicaranya yang lembut dan cenderung lucu sampai pesona kecantikan dan senyumannya. 

Tidak bisa dipungkiri waktu pelatihan yang berlangsung selama empat hari dengan timestamp dua kali weekend itu, cukup membuatku jatuh cinta pada Agnes. Darisana aku mulai berpikir bagaimana cara mendekati Agnes ya? Supaya tidak terlalu mencolok. Disanalah aku mulai melakukan modus pendekatan. Ditambah Agnes adalah salah satu peserta terbaik, aku memberikannya voucher gratis untuk konseling berdasarkan analisa tulisan tangan. Aha moment. Selain itu posisinya tidak hanya sekedar konseling biasa, karena set tempatnya sangat tidak biasa. Coba pikir, dimana ada konseling atau tes analisis tulisan tangan di roof top hotel yang pemandangannya sangat romantis? Nobody will ever do that, unless clearly tujuannya apalagi kalau bukan untuk PDKT.

Aku masih ingat, meski aku sering mengisi pelatihan, talkshow di radio maupun memberikan konseling, aku juga punya semacam dewan penasihat. Such an advisor of council. Dari mulai seorang yang memberikan motivasi praktis seperti 'udah buru tembak aja sih', sampai yang memberikan saran kalau pendekatan sebaiknya jangan terlalu ketara, kemas dalam bentuk yang relate dengan awal kita saling kenal, ya apalagi kalau bukan training dan konseling? 

Juga ada yang memberi saran praktis seperti nanti kalau lagi jalan bukain pintu buat dia, jadi pemimpin jangan bikin dia yang mikir dan memutuskan, puji penampilannya yang spesifik (yang akhirnya aku lakukan sesederhana bilang 'baju kita sama ya' dan lately I thought that was absurd even funny). Ada juga yang selalu menenangkan 'udah sih jangan tegang sama terlalu deg-degan'. Karena tidak bisa tidak, kalau jatuh cinta itu pure bawaannya memang tulus meski kadang suka jadi takut salah.

***

Aku juga ingat, saat akhirnya kita janjian di sebuah rooftop hotel, tepatnya Hotel Horison. Pemandangannya indah dan romantis karena viewnya pemandangan satu kota di samping kolam renang. Satu-satunya rooftop yang paling worthed. Aku berusaha tampil se-manner mungkin. Agnes agak ngejailin juga sih sebenernya, jadi dia bilang dia masih di lobby. Pas aku nengok ternyata dia sudah persis di sebelahku, yang sedang duduk di kursi yang agak tinggi. Aku spontan loncat karena ingin mempersilakan duduk. Kalau dipikir-pikir sekarang lucu juga momen itu. Ngapain coba udah enak enak duduk harus loncat, ya kalau mau turun juga turun aja pelan-pelan kan bisa. 

Lebih elegan. Aku ingat satu stel pakaian apa yang Agnes pakai. Setelah basa basi hangat, aku persilakan ia duduk dan berikan ia kertas hvs polos dan pulpen, eh ternyata dia sudah membawa pulpen sendiri dan katanya lebih bagus. Hahaha ya iyalah pulpen yang aku bawa standar banget. Pulpen sejuta umat kalau nggak salah pilot. Sedangkan pulpen yang ia bawa merekny miniso. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun