Mohon tunggu...
Kevin Julianto
Kevin Julianto Mohon Tunggu... Administrasi - Writer. Banker. Announcer.

A Passion Worker.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Psikolovea "The Statement"

17 Agustus 2018   05:35 Diperbarui: 17 Agustus 2018   06:23 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Saya memang sedang 'mengeliminasi' perempuan-perempuan tertentu yang sedang dekat atau mendekati saya. Dari mulai yang deketin dan ujung-ujungnya mereka minjem uang, minta dinafkahi padahal boro-boro jadi istri, pacaran juga belum, sampai yang ngajak nakal macem-macem seperti modus ngajak main ke luar kota dan nginep bareng, perempuan-perempuan toxic seperti itu harus saya eliminasi dari kehidupan sehari-hari. Simpel, saya pakai DP (Display Picture) Whatsapp sedang bergandengan dengan perempuan. Memang cantik luar biasa perempuannya. Tapi itu sepupu saya. Pencitraan itu pacar supaya mereka berhenti hubungi saya. Dan ternyata it works.

***

Hari pertama pelatihan, 80% pesertanya adalah perempuan. Sedikit surprised tapi profesionalisme tetap dikedepankan. Sosok teman SMA saya yang bernama Risa adalah salah satu peserta yang cukup partisipatif dalam kelas tersebut.

Teringat jaman-jaman SMA, beberapa teman membisiki Saya saat itu kalau ada perempuan yang naksir saya, namanya Risa. Dan setelah hampir 12 tahun berlalu, sepertinya saya tidak merasakan apapun pada sosok Risa tersebut. Ya dia adalah teman SMA, sudah. Gaya dan bahasa komunikasi saya padanyapun tidak ada yang beda. Saya berkomunikasi sangat sewajarnya. Meski dari gerak geriknya, kelihatannya sosok Risa masih sedikit menaruh rasa padaku. Dan aku tidak ada rasa untuknya. Semoga dia benar-benar paham, kalau saya memang totally tidak ada rasa lebih untuknya. Saya pun menghubungi Rahmat, teman SMA yang satu kelas dengan Saya dan Risa. "Mat, gue mohon jangan bahas Risa lagi ya. Simpen nama Risa dari pembahasan obrolan kita. Semoga dia cepet dapet jodohnya, dan itu bukan gue, karena gue nggak bisa memaksakan perasaan gue, kalau gue emang nggak ada rasa sama dia."

Sehari sebelumnya, saya menghubungi Natasha Abigail. Salah satu penyiar pemandu talkshow saya, yang sepertinya pernah saya beri nasihat yang keliru dan harus saya koreksi. Saya tegaskan dan meralat nasihat saya padanya. Saya meralat nasihat padanya menjadi, menikahlah dengan diawali rasa cinta. Kemudian diikuti dengan mengenali kepribadian pasangan, jika tingkat kecocokan cukup tinggi, mampu menerima kelebihan dan kekurangan, selama tidak ada cacat moral, maka lanjutkan. Kalau diawalnya saja sudah tidak ada rasa cinta, jangan. Jangan berspekulasi dalam kehidupan yang akan kamu habiskan rest of your life, jangan jalani dengan sebuah tindakan yang bersifat 'gambling' seperti, mungkin nanti cinta akan ngikutin. Jangan. Harus diawali dengan rasa cinta. Harus.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun