Natal
harapan kita, Yesus Kristus, Mesias terjanji, kepenuhan Wahyu Ilahi telah rela menghampakan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba supaya kodrat manusia ikut menjadi Ilahi.
Natal telah menjadi salah satu tradisi suci bagi umat Kristiani sejak dahulu kala. Pada masa ini berbagai macam sukacita dan kebahagiaan hadir dan boleh dirasakan oleh setiap manusia yang sedang berziarah di dunia karena masa penantian telah tiba melalui datangnya Sang Mesias sejati melalui gerbang perawan Maria murni nan suci dengan pengantinnya yang setia dan taat St. Yusuf. Anak Allah keturunan Daud hadir dalam kesederhanaan dengan nyanyian merdu bala tentara surgawi, seluruh malaikat bernyanyi bagi-Nya menghaturkan pujian dan kemuliaan bersama para gembala dan para majus yang dipimpin oleh Bintang Timur menuju kediaman Sang Raja. “Sabda telah menjadi daging dan tinggal di antara kita” bersama kita dan memenuhiSebuah surat undangan melalui cakrawala penuh bintang bersinar terang dan nyanyian penghuni Kerajaan Surga mengguncang seluruh semesta. Para gembala dan peziarah mendapati undangan menuju Dia dan menyembah serta menyatukan suara bersama bala tentara Surgawi. Demikian pula kontekstual dengan manusia terutama manusia Kristiani sebagai peziarah yang menerima undangan untuk menuju “Betlehem.” Sebagai peziarah yang telah lama berharap dan meletakan harapan pada kedatangan sang Mesias sejati.
Peziarah Pengharapan
Tema Natal 2024 kali ini yaitu “Marilah Kita Pergi ke Betlehem,”(Luk 2: 13) adalah sebuah ajakan langsung untuk terjun dalam peziarahan mengikuti Bintang Timur menuju Dia. Respon atas penantian sumber harapan sejati yang kini terpenuhi dengan kehadiran Yesus. Bisikan hati yang mengarahkan untuk segera pergi menuju Sabda yang menjadi daging. Allah Putra telah manusia maka, kini para gembala dan orang – orang percaya yang meletakan harapan akan penantiannya telah bergegas untuk berjalan menuju bayi Yesus.
Panggilan Sebagai Peziarah Pengharpan
Berkesinambungan juga dengan tahun Iubelium biasa, tahun 2025 yang menyongsong tema Peziarah Harapan / Peregrinantes in Spem, pengharapan tak pernah mengecewakan menuju “Betlehem.” Panggilan untuk berziarah bersama – sama / Syn – Hodos menjadi saksi lahirnya Mesias, memurnikan dari dosa, menuju rekonsiliasi, dan pembaharuan kehidupan rohani atau reformatio vitae. Semakin serupa dengan-Nya dan dengan semangat Injil bakti akan Allah, supaya semua maksud dan tujuan diarahkan agar orang lain ”membaca” Injil soal kehadiran Mesias yang sejati secara tidak langsung dari perbuatan, perkataan, dan tindakan kita sebagai peziarah harapan menjadi saksi kelahiran / kedatangan Yesus.
Gereja dalam kekuatan Bonum Commune. Berjalan dalam ikatan dan iman yang sama untuk mewujudkan nilai prioritas dalam Peradaban Kasih yaitu, kekatolik, kerasulan, kebangsaan, kerja sama, serta sinergi profesionalitas menciptakan pribadi yang cerdas, tangguh, misioner, dan peka zaman.
Pepatah tua mengatakan, siapa hendak berjalan cepat maka berjalanlah sendiri, tetapi siapa hendak berjalan jauh hendaknya ia berjalan bersama. Panggilan untuk berjalan sebagai peziarah ini adalah perjalanan yang sungguh jauh menuju “Betlehem.” Oleh sebab itu, kita dipanggil sebagai peziarah harapanKerinduan Akan Kristus
Adven minggu pertama mengajak kita untuk mengingat – ingat dan mencecap – cecap lagi makna dari masa Adven terutama saat pandemi Covid-19. Saat – saat khusus manusia berjuang dan berseru setiap saat kepada Allah. Manusia tiap hari harus selalu berhadapan dengan kenyataan dan ketegangan, mengisolasi diri di rumah bahkan hampir kehilangan harapan. Namun, paguyuban – paguyuban ikatan terutama ikatan Kristiani, Gereja terus mengusahakan untuk meletakan dan memelihara harapan akan kehidupan dan rahmat kesembuhan.
Kondisi dunia kini seperti memasuki masa eskatologis di mana seluruh makhluk terancam kehidupannya karena sebuah virus yang membawa ketakutan dan tantangan. Namun, di tengah – tengah musibah ini, terdapat pesan tawaran akan harapan dan keselamatan. Manusia menjadi tak henti – hentinya merindukan Kristus melalui doa – doa mental dan spontan bercakap – cakap dengan Tuhan. Meskipun Tuhan telah mengetahui segalanya bahkan lebih dari yang manusia ketahui, Ia memilih untuk mendengarkan rintihan serta kerapuhan manusia, lalu mempersatukannya dengan sengsara dan wafat-Nya. Harapan lahir dari hal – hal kecil, iman sekecil biji sesawi pun mampu menyelamatkan seluruh dunia.
Paus Fransiskus juga menyerukan bahwa Gereja hadir sebagai paguyuban harapan di tengah kesulitan dan tantangan, terutama melalui bulla Spes non Confudit. St. Paulus juga mengatakan bahwa iman adalah harapan, jawaban atas Wahyu Ilahi. Kita sebagai Gereja berziarah menuju sumber kesembuhan (rahmat kesembuhan) dalam rentangan tangan Allah. Gereja telah dirangkul oleh Allah dengan kasih-Nya yang tak bersyarat, maka kerinduan serta harapan ini dibagikan (sharing is caring) supaya semua orang pun merasa terpanggil untuk dirangkul dan merangkul kasih Tuhan yang tak bersyarat.
Berjalan Bersama Sebagai Peziarah Pengharapan
Luk 3: 3 berbunyi, “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu.” Ajakan untuk membangun dan memiliki sikap rendah hati untuk bertobat. Menyadari bahwa “aku” seorang pendosa, tetapi dicintai oleh Allah. Perjalanan menuju pertobatan tidak hanya dilakukan sendiri, tetapi dilalui bersama - sama sebagai peziarah yang menempuh perjalanan begitu jauh. Pepatah lawas mengatakan bahwa “jika kamu ingin berjalan cepat, maka berjalanlah sendiri. Namun, jika kamu ingin berjalan jauh maka berjalanlah bersama,” pepatah ini mencerminkan Gereja yang berjalan bersama (Syn-Hodos) menuju Betlehem dalam perjalanan panjang dan menantang tanpa meninggalkan satu pun kawanannya, mengarungi zaman sebagai satu kesatuan.
Betlehem tempat kelahiran Yesus, Tuhan kini sebuah Kerajaan Surga di dunia. Menggerakan hati setiap orang beriman dan berpengharapan untuk menuju pada-Nya. Kerajaan Surga merupakan suasana di mana Allah merajai hati manusia dan melalui kesatuan dengan Sang Sabda, orang - orang terutama orang berdosa dipanggil untuk datang kembali, berkumpul untuk bertobat dan tinggal damai dalam keterpesonaan akan kemuliaan-Nya serta dipersatukan kembali sebagai Tubuh Mistik Kristus.
"Aku Dengar Bisikan Suara-Mu"
"Menggema lembut di dalam batinku, sungguh engkau sahabat-Ku, jikalau engkau menaati menaati perintah-Ku. Pergilah dan sebarkanlah kabar sukacita-Ku, sampai akhir zaman Aku serta-Mu.” Lirik lagu hasil dari refleksi iman yang menyatakan kegembiraan dalam minggu yang penuh sukacita. Hadirnya sukacita sejati dari masa penantian sebagai hadiah terbesar bagi dunia. Turut ikut serta dalam perjalanan memberitakan kasih yang sejati.
Seruan pertobatan yang telah kita lakukan sebelumnya bukan hanya sekedar penyesalan kesalahan dan kelemahan. Melainkan, adanya wujud laku tobat yang konkret pada tindakan sehari - hari kita mulai dari hal sederhana. Sebab dosa merupakan ketidakseimbangan relasi dengan Allah dan melalui kesetiaan akan hal - hal kecil sebagai jalan kesucian kita semua bersama melangkah menuju Allah. Menanggapi undangan untuk mewujudkan laku tobat dengan sukacita.
Keluarga sebagai Gereja rumah tangga atau Ecclesia Domestica. Tempat pertama di mana budaya kasih diturunkan dari Allah sendiri melalui orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama. “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau.” Manusia tidak ada yang tidak mengenal kasih, sebab hal pertama yang diterimanya adalah kasih lebih - lebih berasal dari Allah sendiri.
Kasih yang kita alami menyadarkan kita akan histori hidup kita sebagai jejak kasih Allah yang memanggil kita untuk membagikan juga pengalaman dikasihi pada orang lain. Dalam Luk 7: 47, “Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih,” mengakui diri berdosa dan menyadari mengalami cinta Tuhan sehingga mampu percaya akan rahmat pengampunan. Mengampuni dan diampuni sebagai jembatan hati. Not to do, but to be disciples.
Mengobarkan Api Semangat Mencintai Dalam Karya Pelayanan Kasih
Tri Munera Christi, setiap orang yang telah dibaptis, ikut ambil bagian dalam tiga tugas Kristus sebagai konsekuensi seseorang menyatakan diri mau memanggul salib mengikuti Kristus. Pembaptisan menyadarkan kita sekalian akan status kita yang telah berubah setelah dilahirkan kembali menerima imamat sederhana. Melaksanakan tugas sebagai nabi, imam, dan raja untuk mewartakan, memimpin dan menguduskan. Wujud ungkapan syukur tak tergantikan dan tak terhentikan akan harapan dan iman.
Yang ingin ditekankan yaitu rahmat perjumpaan. Gereja berulang kali mengalami krisis bahkan menutup diri dan mengeluarkan pernyataan “extra ecclesia nulla salus” yang artinya di luar Gereja tidak ada keselamatan. Dalam perjalanan waktu, pernyataan itu diberikan pada orang - orang yang akan keluar dari Gereja pada masa reformasi abad pertengahan. Namun, kini Gereja telah membuka diri dan menerima bahwa di luar Gereja pun ada keselamatan.
Salah satu wujud Gereja universal yaitu Gereja yang berani dialog mewujudkan jembatan perdamaian serta menyapa dan memberdayakan KLMTD. Sapaan Gereja membawa hangatnya harapan di tengah keputusasaan realitas dunia untuk “to be friend with the poor,” dan “man and woman for and with others.” Gereja mewujudkan diri sebagai Gereja yang katolik, kreatif, dan kontributif sebagai cara merasul meningkatkan kesejahteraan umum, realisasi nilai – nilai Ajaran Sosial Gereja. Dengan kasih, Gereja menyembuhkan, merawat, dan memberi pengharapan.
Dalam Luk 1: 39 – 45 mengisahkan Maria mengunjungi Elisabet membuat buah rahimnya bergejolak kegirangan. Begitu juga pada masa kini Gereja pun ikut menyapa kita semua sehingga kita semua pun bergejolak karena iman, harapan, dan kasih, ditandai komunitas terutama mereka yang tersingkirkan mendapatkan sapaan yang mengakarkan pengharapan. Sapaan Gereja menjadi dasar tumbuhnya ikatan harapan terutama ikatan kristiani supaya semua tinggal dalam Kristus dan berbuah bersama-Nya mewujudkan peradaban kasih. Oleh karena itu, kita semua sebagai wajah Gereja diajak untuk makin menghidupi dan berani melangkah dalam langkah karya pelayanan kasih baik jasmani maupun rohani.
Menumbuhkan pengharapan akan Allah,
membagikan pengharapan, dan
menjadi peziarah pengharapan.
“Saya ulangi, beranikanlah dirimu untuk terlibat!”
- Paus Fransiskus
(Bukan penghambat!)
Referensi :
Panduan Adven Lingkungan 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H